Cerita Sampaumur - Perselingkuhan Tanteku
Cerita Dewasa - Perselingkuhan Tanteku - Ini yakni pengalaman yang diceritakan oleh tanteku berjulukan Anita dimana ia pernah melaksanakan perselingkuhan dengan seorang pelaut. Meski semua itu hanya sekejap, namun, tante Anita agaknya sangat menikmatinya dan masih selalu terbayang dengan apa yang pernah ia lakukan beberapa waktu lalu.
Anita yakni adalah sepupu Ibuku, pada usia 24 tahun gadis yang masih terlihat polos ini dilamar dan dinikahkan dengan Ronald, seorang sarjana ekonomi yang pada waktu itu sudah berdinas sebagai Staf Muda kantor pajak di salah satu kota di Kalimantan. Setelah menikah Anita dibawa untuk tinggal di sana dan bersama mereka tinggal juga Ibu mertua Anita.
Setahun sesudah menikah, Ronald mengajak istri dan Ibunya untuk berlebaran di kampungnya di Jawa. Mereka mengambil transportasi lewat bahari yang lebih murah lantaran dititipi untuk membawa barang-barang berupa perabot meubel pesanan seorang atasan Ronald di Jawa. Dari sinilah awal Cerita Dewasa ini dimulai dimana Waktu itu belum ada kapal penumpang Pelni yang bagus sehingga terpaksa menumpang sebuah kapal barang. Kebetulan ketika menjelang Idulfitri itu penumpang di semua angkutan memang penuh. Di kapal yang ditumpangi Anita pun semua cabin awak kapal sudah habis disewakan sehingga keluarga Anita tidak kebagian kamar lagi dan terpaksa menggelar tikar di salah satu geladak kapal, itu pun kebagian geladak sebelah luar yang ditutupi terpal.
Karena suasananya berangin masbodoh tidak menyenangkan, sesaat kapal bertolak, Anita yang berpembawaan berani tanpa memberitahu keluarganya belakang layar menghadap sendiri kepada Kapten kapal menanyakan kemungkinan ada kamar lagi untuk mereka. Oleh Kapten ia diminta menanyakan sendiri pada Antok, Perwira Satu yang mengatur problem penumpang. Pergi menemui Antok di kamar kerjanya Anita gres di jumpa pertama sudah sempat tertegun melihat ketampanan pria yang simpatik ini, tapi di situ meskipun sudah merengek-rengek ternyata memang tidak ada kamar lagi. Dalam pada itu Antok yang juga sekali melihat sudah pribadi tergiur dengan kecantikan dan kemulusan Anita, mencoba iseng menarik hati lantaran dinilainya perempuan muda ini jinak dan simpel didekati. Waktu itu Anita sedang merayu untuk diperbolehkan ia dan Ibu mertuanya memakai kamar kerja Antok.
"Waduh gimana ya Nit, nanti Mas nggak punya daerah kerja lagi. Tapi.. hmm.. sanggup juga sih, asal nanti Anita sendiri tidurnya di kamar sebelah situ, gimana, sanggup kan?" kata Antok yang sebetulnya juga sudah kasihan akan memberi cuma saja disertai iseng-iseng merayu sambil menunjuk kamar tidurnya di sebelah.
"Lho itu kan kamar tidur Mas, kemudian Mas sendiri tidurnya di mana?"
"Ya sama di situ juga."
"Ihhik.. berdua di situ sih malah bukannya tidur Mas.. Lagipula Ibu Anita nanti mau di kemanain?" jawab Anita tertawa malu-malu genit.
"Kan sanggup aja, mula-mula berdua Ibu di sini tapi kalau Ibu sudah tidur kamunya pindah ke kamar Mas," kata Antok semakin berani berlanjut.
"Wihh.. itu sih nekat Mass.. nanti ketauan Ibu malah rame nggak karuan," Anita tertawa geli sambil memukul canda pangkal lengan Antok yang mulai merapat kepadanya.
Keduanya ketika itu berbicara sambil berdiri berhadapan dan dengan Antok inilah Cerita Dewasa Perselingkuhan Tanteku dilakukan.
"Kalau cuma bikin supaya nggak ketauan sih gampang, yang penting maunya dulu, nanti diaturnya belakangan."
"Ah Mas sih guyon aja, nanti udah gitu tapi tau-taunya harga sewanya dimahalin juga?"
"Ini bener-bener serius, pokoknya kalau mau malah sanggup Mas kasih gratis," kejar lagi Antok tapi sudah mulai menarik Anita merapat padanya.
Antok 30 tahun, pria playboy peranakan Menado-Jawa ini memang berakal memanfaatkan ketampanannya untuk menaklukkan wanita. Yakin bahwa Anita sanggup ditaklukkan, ia makin berani apalagi dilihatnya ada kesempatan terbuka. Begitu rapat ia pun mulai merangkul bahu Anita.
"Tapii.. gimana caranya Mass.." terdengar nada Anita bimbang tergiur proposal Antok.
"Pokoknya damai aja.. Bilang mau dulu nanti Mas yang jamin niscaya aman.."
Kali ini bujukan Antok sudah diikuti aksinya. Anita yang masih menunduk malu-malu diangkat dagunya untuk diajak bertatap mesra. Dan ketika Anita masih melongo ragu, Antok sudah menunduk dan memberinya satu ciuman dalam melekat di bibirnya. Anita sempat gelagapan, tapi seruan berciuman pria berwajah ganteng simpatik ini cepat saja memukaunya dan melambungkannya dalam asyik. Sehingga ia jadi terikut membalas melumat, saling bergelut pengecap bertukar ludah. Yang begini terang tambah memperlemah Anita lantaran tiba-tiba tubuhnya terasa melayang dipondong Antok dibawa berpindah ke kamar tidur sebelah. Tentu saja Anita kaget, meronta-ronta untuk lepas tapi bibirnya disumbat ketat oleh bibir Antok dan gres dilepas ketika tubuhnya sudah dibaringkan di atas daerah tidur.
"Aduhh nggak Mas, saya nggak mau..! ja.. jangan Mass, jangan sekarang..!" panik ia ingin ke luar dari kepungan Antok tapi cepat dibujuk Antok.
Anita memang sudah mulai terbujuk Antok tapi suasananya dianggap tidak cocok ketika itu.
"Sstt, sst damai aja.. Mas juga nggak ngajakin kini kok..?"
"Tapi ngapain saya dibawa ke sini!?"
"Mas cuma mau buktiin lewat ciuman tapi kuatir di sebelah situ ada yang mergokin kita, kalau di sini kan aman. Tenang aja, percaya sama Mas deh."
Anita terbujuk lagi dan agak tenang, ia pun segera mendapatkan lagi rayuan Antok. Kembali ia melambung dalam asyiknya berciuman, di sini Antok semakin menjadi-jadi. Tangan pelaut senior ini cepat saja menyusup lewat bawah rok Anita. Lagi-lagi Anita kaget ingin lepas tapi posisinya sudah dibentuk terkunci lebih dulu oleh Antok.
Semakin keras Anita berusaha, semakin ketat tekanan Antok dan semakin gencar terasa rangsangan Antok di kemaluannya.Anita dari semula ingin berontak lepas, kini malah pasrah kepada Antok. Ini dibuktikan ketika Antok mengendorkan cekalan tangannya, Anita ternyata tidak ribut ingin lepas malah melongo hanyut dengan mata terpejam menikmati asyik bencana itu.
Ini di luar dugaan Antok dan ia juga sadar kini bukan waktu yang sempurna untuk melakukannya tapi untuk pribadi berhenti Antok tidak tega alasannya yakni dilihatnya Anita sudah terlalu hanyut. "Hhghh ssh.." betul juga, mengerang pelan terdengar bunyi Anita meskipun tidak kentara tapi Antok tahu bahwa Anita mulai menikmatinya. Antok pun risikonya mulai berhenti.
"Tuu kaan, percaya kalau Mas nggak mau jahat sama Anita. Ini cuma sekedar supaya lebih kenal deket, soalnya cewek bagus kayak Anita gini bikin Mas pribadi gemes pengen cium sambil diremes-remes. Ayo, rapiin dulu bajunya habis itu sanggup ajak Ibunya ke sini," kata Antok dalam gaya merayu lembut simpatik untuk tetap mengambil hati Anita.
Caranya ibarat sudah yakin bahwa Anita niscaya akan menyetujui tawarannya tapi memang Anita juga ibarat tersihir dengan undangan itu. Dia hanya sempat ragu-ragu waktu berjalan menemui keluarganya, cuma saja di situ ia justru mengikuti apa yang ditawarkan Antok untuk mengajak Ibu mertuanya menginap di kamar kerja Antok. Tentu saja Ibu bahagia dengan kebaikkan Antok, padahal Anita sendiri sesudah itu berdebaran jantungnya menunggu pengalaman gres yang akan dialaminya malam nanti.
Kapal keluar mengarungi lautan, siang itu sudah pribadi diterpa ombak menciptakan para penumpang mulai pening. Lewat makan malam sebagian besar sudah menggeletak lunglai termasuk Ibu dan Anita. Melihat itu Antok memberi pil anti mabuk pada Ibu, tapi ketika Anita juga minta, ia membisiki bahwa itu gotong royong obat tidur dan Anita dicegah untuk ikut meminumnya.
Betul juga menjelang tengah malam ibunya sudah terkulai pulas di sebelahnya dan ketika itu Antok yang sedari tadi kalau ke luar masuk lewat pintu tersendiri dari kamar tidurnya, kali ini akal-akalan masuk dari pintu kamar kerja. Meyakinkan dulu bahwa Ibu benar-benar sudah pulas, ia menarik lengan Anita mengajaknya ke kamar sebelah. Anita yang sudah terkesan dengan bencana siang tadi sudah tidak ragu-ragu untuk bergerak berdiri mengikuti seruan Antok ke kamar tidurnya. Baru saja masuk sudah pribadi diangkat Antok dibaringkan di daerah tidur.
"Tapi Mass.. saya masih takut kalau ketauan.." bisik Anita menguatirkan perasaannya.
"Nggak usah kuatir.. Ibumu nggak akan berdiri hingga besok pagi. Sini Mas yang bantu bukain bajunya ya..?" hibur Antok sambil memperlihatkan bantuannya tapi diambil alih sendiri oleh Anita.
Antok menutup sebentar gordyn daerah tidur yang umumnya terpasang khusus pada daerah tidur kapal, ia sendiri katanya akan ke kamar mandi dulu. Suasana ruangan remang-remang dengan hanya lampu meja menyala, di daerah tidur lebih gelap lagi terhalang oleh gordyn. Tidak usang Antok kembali hanya mengenakan sarung saja ketika naik menyusul Anita yang rupanya betul-betul patuh dan tanpa mengenakan apapun dibadannya.
Meskipun kurang jelas tapi cukup terang terpandang tubuh padat Anita, sudah pribadi melonjakkan gairah Antok namun begitu ia tetap menjaga kelembutannya biar tidak berkesan bernafsu pada perkenalan pertama ini. Dipikir-pikir nekat juga Anita sudah pribadi pasrah dengan pria yang gres pertama dikenalnya ini, tapi ketampanan yang memikat serta kepintaran Antok merayu betul-betul sudah menaklukan hati Anita.
Siang tadi keasyikan yang dialaminya sudah begitu membuatnya terkesan, kini berulang lagi ketika kedua bibir mulai bertemu kembali membuatnya cepat jatuh lantaran ia memang sengaja menuju ke situ. Beda dengan tadi, Antok tidak lagi perlu keras terburu nafsu alasannya yakni Anita didapatinya sudah lebih dulu pasrah, lembut saja tapi cukup mengipasi bara birahi Anita terbakar menyala.
"Kita bikinnya pelan-pelan aja ya? Jaga bunyi supaya nggak didenger Ibumu.." begitu pesan Antok yang sekaligus pertanda pada Anita bahwa gotong royong pria ini kalem dan bukan type kasar. Ini makin menenangkan Anita dan dalam tempo sekejap ia sudah terlupa pada suaminya yang sedang meringkuk kedinginan dan pening, tidur beralaskan tikar di lantai besi di geladak yang berangin kencang, alasannya yakni ia sendiri di atas kasur empuk sedang dipeluk hangat seorang lelaki ganteng yang membuainya.
Malam itu, Ombak memang terlihat tidak mengecewakan besar dan sesekali menerpa kapal. Terdengar dari kamar ibunya, sebuah gelas jatuh dan menciptakan bunyi yang tidak mengecewakan keras. Hal ini menciptakan Ibunya Anita terbagun.Dari kamar sebelah, terdengar bunyi Ibu Anita memanggil manggil dan sontak saja anita kebingungan. Dengan cepat cepat ia mengenakan pakaiannya lagi dan berusaha untuk kembali ke kamarnya. Dilain sisi, Antok sendiri juga terheran lantaran ia sangat yakin dengan apa yang telah diberikannya kepada Ibunya Anita.
"Lho mas, koq Ibu bangun.." Aku balik ke kamar dulu.."
Kelanjutan malam itu meskipun Antok masih belum puas mengerjai Anita, tapi ia tidak memaksa ketika Anita lantaran perasaan takutnya berkeras untuk kembali tidur bersama Ibu mertuanya. Tapi cara Antok yang berakal mengambil hati begini justru menarik simpati Anita.
Masih beberapa jam menjelang tiba, semua penumpang sudah sibuk mengemasi barang-barangnya. Waktu itu di kamar kerja Antok, suami dan Ibu mertua Anita juga sibuk mengemasi perlengkapan mereka sementara Anita sendiri sedang ke luar mandi. Anita selesai mandi dan berjalan kembali ke kamar kerja Antok, rupanya sudah dinantikan Antok di balik pintu kamar tidurnya. Begitu akan melintas di situ tiba-tiba pintu terbuka dan Antok pribadi menangkap lengan Anita menariknya masuk ke kamar tidur itu. Karuan saja Anita kaget dan memberi arahan bahwa keluarganya sedang berkumpul di sebelah. Tapi Antok berkeras sehingga meskipun serba salah terpaksa dituruti juga oleh Anita, apalagi di tikungan gang terdengar langkah kaki orang, Anita takut kalau terlihat bahwa ia sedang bertarik-tarikan dengan Antok di depan pintu.
Cepat ia meloncat masuk dan secepat itu juga buru-buru melewati celah pintu penghubung kamar sebelah yang terkuak. Pintu itu memang cuma sanggup ditutup setengah dikaitkan dengan tali lantaran sudah rusak, tapi masih ada penghalang gordyn sehingga tidak terlihat keadaan di sini dari kamar kerja sebelah. Langsung mengambil daerah terlindung di arah ujung daerah tidur, Anita berdiri dengan jantung berdebaran sementara Antok membalik kaset menyetel musik untuk memperlihatkan pada orang sebelah bahwa ia masih ada di kamar sekaligus untuk meredam bunyi kehadiran Anita.
"Iddihh Mas nekat ahh.. kalau ketauan saya di sini gawat nantinya.. Ehh, adduh! mau ngapain lagi Mass.. Sebentar lagi mau nyampe saya niscaya ditungguin kini ini..!?"
Dan benar saja, lantaran bunyi sirine telah memperlihatkan bahwa kapal telah berlabuh. Anitapun berpamitan kepada Antok dan berjanji akan menemuinya jikalau ada waktu.
"Kalau udah di rumah nanti jangan lupa sama Mas Antok, ya Nit..?"
"He ehh.. saya nggak bakalan lupa sama Mas, abisnya pinter maennya. Tapi jangan-jangan Mas sendiri yang lupa sama Anita?"
"Oo nggak, Mas niscaya keinget terus sama Bu Ronald yang bagus ini.."
"Mas Antok emang pinter ngerayunya, apalagi mesti asik lainnya.." balas Anita tersenyum geli.
"Bu Ronald suka ya? tapi jangan bilang-bilang Pak Ronald ya?" kata Antok.
Keduanya mulai berpamitan dan berjanji untuk bertemu sesudah sepulang dari Jawa. Kapal merapat dan penumpang turun, Antok dari anjungan atas hanya mengantar perpisahan ini dengan senyum manis dan kekecewaan yang disembunyikannya disambut Anita yang membalas dengan juga tersenyum malu-malu geli dan tetap ingin tau dengan kegagahan Antok yang gagal ditunjukkannya.. Cerita cukup umur selanjutnya..