17Tahun : Bercinta Di Kelas

Namaku Rifan, panggilannya Ifan. Cerita ini setahun lalu, waktu saya masih kelas 2 SMU (sekarang kelas 3). Dalam soal sex, saya mengenal diri sendiri sebagai orang yang nafsu besar dan suka nekat demi kepuasan sex saya sendiri.

Aku sering mengintip cewek-cewek sekolahku yang sexy sambil onani, nafsuin, dan sebagainya dari banyak sekali tempat sepulang sekolah. Misalnya, mengintip cewek-cewek cheerleaders jikalau sedang latihan dari jendela kelas di tingkat dua. Pernah juga nekat bersembunyi di dalam WC cewek (untungnya saja tempatnya bersih) dan mengintip paha–paha ataupun celana dalam cewek-cewek dari kolong pintu yang sedang ganti baju olahraga, habis pipis, dan lain-lain. Bahkan tidak hanya siswi-siswi saja yang jadi 'korban' pelampiasan sex, guru-guru perempuan yang nafsuin, cantik, sexy dan sebagainya juga pernah.

Seperti telah dibilang tadi, waktu saya kelas 2, di kelas ada seorang cewek cantik, namanya Vina. Tapi tidak menyerupai biasanya, nafsu tidak bergejolak, hanya biasa-biasa saja. Malah, yang ada saya justru jatuh cinta sama dia. Dan kayaknya sih ia juga. Tidak hanya itu, bawah umur juga sering meledek ataupun mencomblangkan saya sama dia.

Pada awalnya ketika saya melihat tingkah laris dan ekspresi wajahnya, saya menilai ia sebagai cewek yang bukan nafsu besar. Vina memang tidak sexy, badannya tidak berisi-berisi banget. Pantatnya juga tidak bahenol. Dadanya juga mungkin kurang sedikit dari 34. Tapi kulit putihnya, pahanya yang sering kelihatan dan leher seragamnya yang suka kendor menciptakan nafsuku jadi lama-lama bergejolak. Model rambutnya sangat kusuka. Ikal, belah tengah agak ke pinggir, dan berwarna hitam kebiruan/blue black. Tapi, pikiranku tertutup oleh Ja-Im (jaga image) di depan dia, dan berpikir nanti saja jikalau sudah jadian saja gres sanggup ngapa-ngapain.

Suatu hari, saya menjalankan niat nekatku menyerupai biasa. Pertama saya bersembunyi di WC kamar mandi cewek. Aku tahu pada hari itu cewek-cewek cheer mau gladi resik, jadi sekalian menggunakan seragam lomba yang tentunya sedikit terbuka (sudah gitu ditambah pula cewek-ceweknya sexy-sexy lagi). Yang kulihat waktu itu yaitu bermacam-macam model celana dalam yang beberapa menyelip di potongan pantat, mulai dari yang putih polos, polkadot, biru, dan lain-lain.

Barang yang di bawah segera berdiri tegak, dan saya mencoba membuka retsleting perlahan. Setelah beberapa ketika saya mulai onani, tiba-tiba ada cewek yang masuk ke WC, kemudian ngobrol-ngobrol sama cewek-cewek cheers itu. Dan ketika kulihat sepatunya, ternyata Vina. Dia kemudian sedikit membetulkan rok abu-abunya, kemudian mengangkat kedua kakinya bergantian ke tembok untuk membetulkan tali sepatu. Saat itu kulihat terperinci paha mulusnya yang putih bersih. Betapa kencangnya barangku waktu itu. Tapi sebelum saya sanggup mengeluarkan spermaku, cewek-cewek sudah pergi semua. Akhirnya saya mengambil tempat lainnya itu dari kelas. Aku mengintip dan melanjutkan onani sambil duduk di bangku akrab jendela. Fuuhh.., cheers itu sexy-sexy sekali.

Tidak lama, tiba-tiba ada seseorang yang lewat di depan kelasku yang tampaknya yaitu cewek. Tiba-tiba lagi, belum sempat saya membetulkan celana, cewek tersebut masuk kelasku. Ternyata si Vina..! Kagetku tidak sanggup dideskripsikan dengan kata-kata ataupun goresan pena dengan bahasa apapun. Maluku juga bernasib sama. Cat merah pun mungkin masih kalah merah dibanding wajahku.

Vina kemudian setengah berteriak, "Yaampuunn.., si Ifaan.. ngapain kamuu..?" (Vina jikalau ngomong denganku pakai aku-kamu).
Vina melihatku dengan setengah senyum malu-malu. Bibirnya yang tersenyum ia tutupi dengan kedua telapak tangannya menyerupai orang menyembah.
Dengan terbata-bata saya berbicara, "Eehh.., Vin.., ini.."
Dia eksklusif memotong omongan gagapku itu, kembali dengan ekspresi senyuman, "Hahaa.., dasar..! Sini dong bantuin nyariin buku LKS-LKS yang ketinggalan.."
Sejenak saya justru bingung. Vina yang sudah melihatku setengah bugil bawah kok biasa-biasa saja, dan malah minta tolong mencarikan buku lagi..? Pikirku, ya sudahlah.., biar saja ia tidak 'ember' (cerita-cerita sama orang lain). Dengan akal-akalan tidak ada apa-apa, saya eksklusif menghampirinya dan membuka serta mencari-cari di lemari kelas. Vina berdiri di dekatku sambil membungkuk. Waktu saya sedang mencari-cari buku, saya menyadari jikalau Vina memperhatikan aku.
Saat kulihati dia, dan kutanya, "Kenapa, Vin..?", ia hanya menjawab, "Ehem.., Ooh.., enggaak.." dengan nada manja.

Lalu sekilas kulihat leher seragamnya agak turun, sehingga buah dadanya yang terbalut bra terlihat. Memang sih tidak besar dan tidak kecil, tapi sanggup menciptakan nafsuku bangkit. Lalu kuteruskan lagi mencari buku-bukunya. Tahu-tahu, Vina mendekatkan wajahnya ke pipi kananku, dan menciumnya lembut. Akibatnya, bulu kudukku jadi merinding. Apalagi ditambah ciuman Vina merambat hingga ke tempat kuping.

Aku setengah berbisik, "Vin..," ia malah meneruskan ciumannya ke bibirku.
Tanpa pikir panjang, kuterima dan kubalas ciumannya. Tidak mau kalah. Vina kemudian melingkari kedua tangannya di leherku. Aku pun memeluk tubuh pinggangnya sambil sekali-sekali kuelus pantatnya. Vina memulai ciuman lidahnya. Kubalas lagi, kutabrak-tabrakkan lidahnya di dalam mulutku itu dengan lidahku. Ternyata belakang layar Vina nafsuan juga. Aku mencoba menyelipkan salah satu tanganku ke balik kemeja seragamnya yang sudah keluar. Punggungnya benar-benar yummy dielus.

Ciumanku sudah tidak mengecewakan lama. Vina nampak menikmati mengulum-ngulum lidahku. Kemudian, Vina membuka kemejanya sendiri dan kemejaku juga. Untung saja waktu itu saya kebetulan tidak menggunakan kaos dalam, jadi tidak terlalu repot-repot. Vina kemudian mencopot bra-nya, modelnya yang tidak menggunakan tali. Saat sepintas kulihat, payudaranya nampak kencang dan sedikit membesar, mungkin ereksinya cewek. Apalagi ketika kuraba-raba, terasa sekali betapa kencangnya payudara Vina. Putingnya berwarna coklat gelap.

Masih dalam posisi berdiri, kuturunkan kepalaku dan kuelus payudara indahnya itu dengan lidahku. Sekelilingnya kubasahi dan kujilati kembali. Vina menikmati jilatan lidahku ke payudaranya. Ia meresponnya dengan, "Aahh.., uughh..," dan dengan sedikit jambakan ke rambutku. Tidak berapa usang sesudah menghisap 'pepaya bangkok', Vina menuntunku untuk duduk di kursi, dan ia melucuti celana abu-abu dan celana dalamku. Vina ingin 'spongky-spongky' (oral seks).

Sebelum mulai, Vina sempat mengocok-ngocok sedikit sambil mendesah, "Aghh.., ahh..,"
Kini saya tahu bagaimana rasanya apa yang banyak orang bilang menyerupai terkena getaran atau sengatan listrik. Barangku eksklusif ereksi sekeras-kerasnya. Vina mulai pelan-pelan memasukkan barangku ke mulutnya, agak malu-malu.

Saat bibirnya mengenai ujung barangku itu, saya eksklusif refleks mendongak ke atas, kedua tanganku mencengkeram pinggir meja dan bangku dengan keras. Namun, sesudah beberapa usang Vina naik turun menghisapi barangku, sudah mulai biasa. Ternyata nikmat sekali. Vina juga sekali-sekali menjilati sekeliling barangku, dan kemudian lanjut menghisap. Saat itu mungkin itulah ereksi terbesar dan terkerasku selama ini, dan juga mungkin terpanjang.

Vina memegang pangkal batang kejantananku dengan keras. Vina yang kadang mengelus bulu testisku dan menjilatinya membuatku sangat geli namun bukan geli untuk tertawa, melainkan geli nikmat. Selama aktivitas sex itu, saya dan Vina tidak mengeluarkan obrolan apa-apa kecuali hanya mendesah, "Aghg.. ehh.." dan desahan-desahan lainnya.

Tidak usang kemudian, Vina tidak mendudukiku, tapi ia justru berjongkok dan mulai meng-onani-kan aku. Sejenak saya berpikir mungkin ia belum mau perawannya hilang. Tetap saja pada kesannya saya tidak perduli. Aku mendapatkan kocokannya yang ternyata lebih yummy daripada kocokanku sendiri. Apalagi bila kocokan tangannya mengenai pangkal kepala penisku, wuiihh.., mungkin menyerupai listrik ratusan volt. Mungkin alasannya nafsuku yang sangat besar, orgasme-ku sedikit lagi tercapai.

Aku eksklusif menyuruh Vina bersiap-siap, meskipun untuk ngomong pun susah alasannya desahan, "Vin.., ehh.. hh.. bentar lagi.."
Vina tidak menjawab. Namun ia sudah siap membuka rongga mulutnya di depan kemaluanku.
Lalu, "Croott..!" kesannya saya ejakulasi.
Setelah beberapa semprotan, saya sempat berhenti beberapa detik, dan kuangkat tubuh Vina. Aku bermaksud untuk menyiram spermaku tidak hanya di wajahnya saja, namun di payudaranya juga (seperti di film-film biru).

Akhirnya sesudah kutahan, kuteruskan siraman air maniku itu ke dadanya, meskipun tinggal beberapa semprotan. Vina kemudian termangu sejenak. Dia menghempaskan kelelahannya. Sambil melihati dadanya yang tersiram mani, ia juga mengelap wajahnya yang lebih penuh dengan cairan hangat putih kental dengan telapak tangannya.

Vina kemudian berkata, "Iiihh.., Ifan banyak amat siihh..!" sambil tersenyum.
Kemudian ia mengambil handuk kecil yang sering ia bawa dari tasnya, dan lanjut membersihkan maniku lagi. Setelah itu, ia yang masih telanjang lingkaran menduduki pahaku sambil melingkari tangannya di leherku.
Lalu ia berkata, "Fan.., yang ini (sambil menunjuk ke selangkangangannya) jangan dulu yah.., kalo mau kayak tadi aja.."
Aku eksklusif mengerti maksudnya dengan mengangguk sambil tersenyum.

Kemudian, sesudah ia memelukku dengan erat, ia menyuruh supaya segera berpakaian.
"Fan.., ayo beres-beres, pakean lagi.., nanti tau-tau ada guru atau petugas sekolah loo..!"
Aku dan Vina segera berpakaian dan keluar kelas dengan hati-hati sesudah mengambil Lomba Kompetensi Siswa yang ia cari tadi, dan memasang tampang biasa-biasa supaya tidak dicurigai.

Malamnya, kesannya saya dan Vina resmi jadian. Lumayan gila kan, terbalik, jadian sesudah bercinta duluan. Sejak itu hingga sekarang, saya tidak pernah lagi mengintip dan onani melihat cewek cheers, di WC cewek ataupun guru-guru wanita.

Tamat

Subscribe to receive free email updates: