Aku Diperkosa Tiga Orang Gadis
Sebenarnya saya tidak istimewa, wajahku juga tidak terlalu tampan, tinggi dan bentuk tubuhku juga biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa dalam diriku. Tapi entah kenapa saya banyak disukai wanita. Bahkan ada yang terang-terangan mengajakku berkencan. Tapi saya tidak pernah berpikir hingga ke sana. Aku belum mau pacaran. Waktu itu saya masih duduk di dingklik kelas dua SMA. Padahal hampir semua teman-temanku yang laki, sudah punya pacar. Bahkan sudah ada yang beberapa kali ganti pacar. Tapi saya sama sekali belum punya keinginan untuk pacaran. Walau sesungguhnya banyak juga gadis-gadis yang mau jadi pacarku.
Waktu itu hari Minggu pagi. Iseng-iseng saya berjalan-jalan menggunakan pakaian olah raga. Padahal saya paling malas berolah raga. Tapi entah kenapa, hari itu saya pakai baju olah raga, bahkan pakai sepatu juga. Dari rumahku saya sengaja berjalan kaki. Sesekali berlari kecil mengikuti orang-orang yang ternyata cukup banyak juga yang memanfaatkan ahad pagi untuk berolah raga atau hanya sekedar berjalan-jalan menghirup udara yang masih bersih.
Tidak terasa sudah cukup jauh juga meninggalkan rumah. Dan kakiku sudah mulai terasa pegal. Aku duduk beristirahat di dingklik taman, memandangi orang-orang yang masih juga berolah raga dengan segala macam tingkahnya. Tidak sedikit belum dewasa yang bermain dengan gembira.
Belum usang saya duduk beristirahat, tiba seorang gadis yang pribadi saja duduk di sebelahku. Hanya sedikit saja saya melirik, cukup anggun juga wajahnya. Dia mengenakan baju kaos yang ketat tanpa lengan, dengan potongan leher yang lebar dan rendah, sehingga menunjukkan seluruh pundak serta sebagian punggung dan dadanya yang menonjol dalam ukuran cukup besar. Kulitnya putih dan higienis celana pendek yang dikenakan menciptakan pahanya yang putih dan padat jadi terbuka. Cukup leluasa untuk memandangnya. Aku pribadi berpura-pura memandang jauh ke depan, ketika beliau tiba-tiba saja berpaling dan menatapku.
"Lagi ada yang ditunggu?", tegurnya tiba-tiba.
Aku terkejut, tidak menyangka jika gadis ini menegurku. Cepat-cepat saya menjawab dengan agak gelagapan juga. Karena tidak mengira jika beliau akan menyapaku.
"Tidak.., Eh, kau sendiri..?", saya balik bertanya.
"Sama, saya juga sendirian", jawabnya singkat.
Aku berpaling dan menatap wajahnya yang segar dan agak kemerahan. Gadis ini bukan hanya mempunyai wajah yang cukup anggun tapi juga punya bentuk badan yang bisa menciptakan mata lelaki tidak berkedip memandangnya. Apalagi pinggulnya yang bundar dan padat berisi. Bentuk kakinya juga indah. Entah kenapa saya jadi tertarik memperhatikannya. Padahal biasanya saya tidak pernah memperhatikan perempuan hingga sejauh itu.
"Jalan-jalan yuk..", ajaknya tiba-tiba sambil bangun berdiri.
"Kemana?", tanyaku ikut berdiri.
"Kemana saja, dari pada melongo di sini", sahutnya.
Tanpa menunggu tanggapan lagi, beliau pribadi mengayunkan kakinya dengan gerakan yang indah dan gemulai. Bergegas saya mengikuti dan mensejajarkan ayunan langkah kaki di samping sebelah kirinya. Beberapa dikala tidak ada yang bicara. Namun tiba-tiba saja saya jadi tersentak kaget, alasannya tanpa diduga sama sekali, gadis itu menggandeng tanganku. Bahkan sikapnya begitu mesra sekali. Padahal gres beberapa detik bertemu. Dan akujuga belum kenal namanya.
Dadaku seketika jadi berdebar menggemuruh tidak menentu. Kulihat tangannya begitu halus dan lembut sekali. Dia bukan hanya menggandeng tanganku, tapi malah mengge1ayutinya. Bahkan sesekali merebahkan kepalanya dibahuku yang cukup tegap.
"Eh, nama kau siapa..?", tanyanya, memulai pembicaraan lebih dulu.
"Angga", sahutku.
"Akh.., kayak nama perempuan", celetuknya. Aku hanya tersenyum saja sedikit.
"Kalau saya sih biasa dipanggil Ria", katanya pribadi memperkenalkan diri sendiri. Padahal saya tidak memintanya.
"Nama kau bagus", saya memuji hanya sekedar berbasa-basi saja.
"Eh, boleh nggak saya panggil kau Mas Angga?, Soalnya kau niscaya lebih renta dariku",· katanya meminta.
Aku hanya tersenyum saja. Memang jika tidak pakai seragam Sekolah, saya kelihatan jauh lebih dewasa. Padahal umurku saja gres tujuh belas lewat beberapa bulan. Dan saya memperkirakan jika gadis ini niscaya seorang mahasiswi, atau karyawati yang sedang mengisi hari libur dengan berolah raga pagi. Atau hanya sekedar berjalan-jalan sambil mencari kenalan baru.
"Eh, bubur ayam disana nikmat lho. Mau nggak..?", ungkapnya menawarkan, sambil menunjuk gerobak tukang bubur ayam.
"Boleh", sahutku.
Kami pribadi menikmati bubur ayam yang memang rasanya nikmat sekali. Apa lagi perutku memang lagi lapar. Sambil makan, Ria banyak bercerita. Sikapnya begitu riang sekali, membuatku jadi bahagia dan menyerupai sudah usang mengenalnya. Ria memang cendekia menciptakan suasana jadi akrab.
Selesai makan bubur ayam, saya dan gadis itu kembali berjalan-jalan. Sementara matahari sudah naik cukup tinggi. Sudah tidak enak lagi berjalan di bawah siraman teriknya mentari. Aku bermaksud mau pulang. Tanpa diduga sama sekali, justru Ria yang mengajak pulang lebih dulu.
"Mobilku di parkir disana..", katanya sambil menunjuk formasi mobil-mobil yang cukup banyak terparkir.
"Kamu bawa mobil..?", tanyaku heran.
"Iya. Soalnya rumahku kan cukup jauh. Malas jika naik kendaraan umum", katanya beralasan.
"Kamu sendiri..?"
Aku tidak menjawab dan hanya mengangkat pundak saja.
"Ikut saya yuk..", ajaknya langsung.
Belum juga saya menjawab, Ria sudah menarik tanganku dan menggandeng saya menuju ke mobilnya. Sebuah kendaraan beroda empat starlet warna biru muda masih mulus, dan sepertinya masih cukup baru. Ria malah meminta saya yang mengemudi. Untungnya saya sering pinjam kendaraan beroda empat Papa, jadi tidak canggung lagi membawa mobil. Ria pribadi menyebutkan alamat rumahnya. Dan tanpa banyak tanya lagi, saya pribadi mengantarkan gadis itu hingga ke rumahnya yang berada di lingkungan komplek perumahan elite. sesungguhnya saya mau pribadi pulang. Tapi Ria menahan dan memaksaku untuk singgah.
"Ayo..", Sambil menarik tanganku, Ria memaksa dan membawaku masuk ke dalam rumahnya. Bahkan beliau pribadi menarikku ke lantai atas. Aku jadi heran juga dengan sikapnya yang begitu berani membawa pria yang gres dikenalnya ke dalam kamar.
"Tunggu sebentar ya..", kata Ria sesudah membawaku ke dalam sebuah kamar.
Dan saya yakin jika ini niscaya kamar Ria. Sementara gadis itu meninggalkanku seorang diri, entah ke mana perginya. Tapi tidak usang beliau sudah tiba lagi. Dia tidak sendiri, tapi bersama dua orang gadis lain yang sebaya dengannya. Dan gadis-gadis itu juga mempunyai wajah anggun serta badan yang ramping, padat dan berisi.
Aku jadi tertegun, alasannya mereka pribadi saja menyeretku ke pembaringan. Bahkan salah seorang pribadi mengikat tanganku hingga terbaring menelentang di ranjang. Kedua kakiku juga direntangkan dan diikat dengan tali kulit yang kuat. Aku benar-benar terkejut, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Karena kejadiannya begitu cepat dan tiba-tiba sekali, hingga saya tidak sempat lagi menyadari.
"Aku dulu.., Aku kan yang menemukan dan membawanya ke sini", kata Ria tiba-tiba sambil melepaskan baju kaosnya.
Kedua bola mataku jadi terbeliak lebar. Ria bukan hanya menanggalkan bajunya, tapi beliau melucuti seluruh epilog tubuhnya. Sekujur tubuhku jadi menggigil, dadaku berdebar, dan kedua bola mataku jadi membelalak lebar dikala Ria mulai melepaskan pakaian yang dikenakannya satu persatu hingga polos sama sekali.. Akhh tubuhnya luar biasa bagusnya.. gres kali ini saya melihat payudara seorang gadis secara dekat, payudaranya besar dan padat. Bentuk pinggulnya ramping dan membentuk bagai gitar yang siap dipetik, Bulu-bulu vaginanya tumbuh lebat di sekitar kemaluannya. Sesaat kemudian Ria menghampiriku, dan merenggut semua pakaian yang menutupi tubuhku, hingga saya henar-benar polos dalam keadaan tidak berdaya. Bukan hanya Ria yang mendekatiku, tapi kedua gadis lainnya juga ikut mendekati sambil menanggalkan epilog tubuhnya.
"Eh, apa-apaan ini? Apa mau kalian..?", saya membentak kaget.
Tapi tidak ada yang menjawab. Ria sudah menciumi wajah serta leherku dengan hembusan napasnya yang keras dan memburu. Aku menggelinjang dan berusaha meronta. Tapi dengan kedua tangan terikat dan kakiku juga terentang diikat, tidak gampang bagiku untuk melepaskan diri. Sementara itu bukan hanya Ria saja yang menciumi wajah dan sekujur tubuhku, tapi kedua gadis lainnya juga melaksanakan hal yang sama.
Sekujur tubuhku jadi menggeletar jago Seperti tersengat listrik, ketika mencicipi jari-jari tangan Ria yang lentik dan halus menyambar dan pribadi meremas-remas bab batang penisku. Seketika itu juga batang penisku tiba-tiba menggeliat-geliat dan mengeras secara sempurna, saya tidak bisa melawan rasa kenikmatan yang kurasakan akhir penisku di kocok-kocok dengan berangasan oleh Ria. Aku hanya bisa mencicipi seluruh batangan penisku berdenyut-denyut nikmat.
Aku benar-benar kewalahan dikeroyok tiga orang gadis yang sudah menyerupai kerasukan setan. Gairahku memang terangsang seketika itu juga. Tapi saya juga ketakutan setengah mati. Berbagai macam perasaan berkecamuk menjadi satu. Aku ingin meronta dan mencoba melepaskan diri, tapi saya juga mencicipi suatu kenikmatan yang biasanya hanya ada di dalam hayalan dan mimpi-mimpiku.
Aku benar-benar tidak berdaya ketika Ria duduk di atas perutku, dan menjepit pinggangku dengan sepasang pahanya yang padat. Sementara dua orang gadis lainnya yang kutahu berjulukan Rika dan Sari terus menerus menciumi wajah, leher dan sekujur tubuhku. Bahkan mereka melaksanakan sesuatu yang hampir saja membuatku tidak percaya, jika tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri.
Saat itu juga saya pribadi menyadari jika gadis-gadis ini bukan hanya menderita penyakit hiperseks, tapi juga biseks. Mereka bisa melaksanakan dan mencapai kepuasan dengan lawan jenisnya, dan juga dengan sejenisnya. Bahkan mereka juga menggunakan alat-alat untuk mencapai kepuasan seksual. Aku jadi ngeri dan takut membayangkannya.
Sementara itu Ria semakin asyik menggerak-gerakkan tubuhnya di atas tubuhku. Meskipun ada rasa takut dalam diriku, tetapi saya benar-benar mencicipi kenikmatan yang amat sangat, gres kali ini penisku mencicipi kelembutan dan hangatnya lubang vagina seorang gadis, lembut, rapat dan sedikit basah, Riapun mencicipi kenikmatan yang sama, bahkan sesekali saya mendengar beliau merintih tertahan. Ria terus menggenjot tubuhnya dengan gerakan-gerakan yang luar biasa cepatnya membuatku benar-benar tidak kuasa lagi mendapatkan kenikmatan bertubi-tubi saya berteriak tertahan. Ria yang mendengarkan teriakanku ini tiba-tiba mencabut vaginanya dan secara cepat tangannya meraih dan menggenggam batang penisku dan melaksanakan gerakan-gerakan mengocok yang cepat, hingga tidak lebih dari beberapa detik kemudian saya mencicipi puncak kenikmatan yang luar biasa berbarengan dengan spermaku yang menyemprot dengan derasnya. Ria terus mengocok-ngocok penisku hingga spermaku habis dan tidak bisa menyemprot lagi tubuhku merasa ngilu dan mengejang.
Tetapi Ria rupanya tidak berhenti hingga disitu, kemudian dengan cepat beliau dibantu dengan kedua temannya menyedot seluruh spermaku yang bertebaran hingga higienis dan memulai kembali menggenggam batang penisku erat-erat dengan genggaman tangannya sambil mulutnya juga tidak lepas mengulum kepala penisku. Perlakuannya ini menciptakan penisku yang biasanya sesudah orgasme menjadi lemas kini menjadi dipaksa untuk tetap keras dan upaya Ria kini benar-benar berhasil. Penisku tetap dalam keadaan keras bahkan semakin tepat dan Ria kembali memasukkan batangan penisku ke dalam vaginanya kembali dan dengan cepatnya Ria menggenjot kembali vaginanya yang sudah berisikan batangan penisku.
Aku mencicipi agak lain pada permainan yang kedua ini. Penisku terasa lebih kokoh, stabil dan lebih bisa meredam kenikmatan yang kudapat. Tidak lebih dari sepuluh menit Ria memperkosaku, tiba-tiba beliau menjerit dengan tertahan dan Ria tiba-tiba menghentikan genjotannya, matanya terpejam menahan sesuatu, saya bisa mencicipi vagina Ria berdenyut-denyut dan menyedot-nyedot penisku, hingga kesannya Ria melepaskan teriakannya dikala ia mencicipi puncak kenikmatannya. Aku mencicipi vagina Ria tiba-tiba lebih merapat dan memanas, dan saya mencicipi kepala penisku menyerupai tersiram cairan hangat yang keluar dari vagina Ria. Saat Ria mencabut vaginanya kulihat cairan hangat mengalir dengan tidak mengecewakan banyak di batangan penisku..
Setelah Ria Baru saja mendapatkan orgasme, Ria menggelimpang di sebelah tubuhku. Setelah mencapai kepuasan yang diinginkannya, melihat itu Sari pribadi menggantikan posisinya. Gadis ini tidak kalah liarnya. Bahkan jauh lebih buas lagi daripada Ria. Membuat batanganku menjadi sedikit sakit dan nyeri. Hanya dalam tidak hingga satu jam, saya digilir tiga orang gadis liar. Mereka bergelinjang kenikmatan dengan dalam keadaan badan polos di sekitarku, sesudah masing-masing mencapai kepuasan yang diinginkannya.
Sementara saya hanya bisa merenung tanpa sanggup berbuat apa-apa. Bagaimana mungkm saya bisa melaksanakan sesuatu dengan kedua tangan dan kaki terikat menyerupai ini..?
Aku hanya bisa berharap mereka cepat-cepat melepaskan saya sehingga saya bisa pulang dan melupakan semuanya. Tapi harapanku hanya tinggal angan-angan belaka. Mereka tidak melepaskanku, hanya menutupi tubuhku dengan selimut. Aku malah ditinggal seorang diri di dalam kamar ini, masih dalam keadaan telentang dengan tangan dan kaki terikat tali kulit. Aku sudah berusaha untuk melepaskan diri. Tapi justru menciptakan pergelangan tangan dan kakiku jadi sakit. Aku hanya bisa mengeluh dan berharap gadis-gadis itu akan melepaskanku.
Sungguh saya tidak menyangka sama sekali. Ternyata ketiga gadis itli tidak mau melepaskanku. Bahkan mereka mengurung dan menyekapku di dalam kamar ini. Setiap dikala mereka tiba dan memuaskan nafsu birahinya dengan cara memaksa. Bahkan mereka menggunakan obat-obatan untuk merangsang gairahku. Sehingga saya sering kali tidak menyadari apa yang telah kulakukan pada ketiga gadis itu. Dalam imbas obat perangsang, mereka melepaskan tangan dan kakiku. Tapi sesudah mereka mencapai kepuasan, kembali mengikatku di ranjang ini. Sehingga saya tidak bisa meninggalkan ranjang dan kamar ini.
Dan secara bergantian mereka mengurus makanku. Mereka memandikanku juga di ranjang ini dengan menggunakan handuk basah, sehingga tubuhku tetap bersih. Meskipun mereka merawat dan memperhatikanku dengan baik, tapi dalam keadaan terbelenggu menyerupai ini siapa yang suka? Berulang kali saya meminta untuk dilepaskan. Tapi mereka tidak pernah menggubris permintaanku itu. Bahkan mereka mengancam akan membunuhku jika berani berbuat macam-macam. Aku membayangkan jika orang renta dan saudara-saudara serta semua temanku niscaya kebingungan mencariku.
Karena sudah tiga hari saya tidak pulang akhir disekap gadis-gadis binal dan liar ini. Meskipun mereka selalu memberiku masakan yang enak dan bergizi, tapi hanya dalam waktu tiga hari saja tubuhku sudah mulai kelihatan kurus. Dan saya sama sekali tidak punya tenaga lagi. Bahkan saya sudah pasrah. Setiap dikala mereka selalu memaksaku menelan obat perangsang biar saya tetap berangasan dan bisa melayani nafsu birahinya. Aku benar-benar tersiksa. Bukan hanya fisik, tapi juga batinku benar-benar tersiksa. Dan saya sama sekali tidak berdaya untuk melepaskan diri dari cengkeraman gadis-gadis binal itu.
Tapi sungguh aneh. Setelah lima hari terkurung dan tersiksa di dalam kamar ini, saya tidak lagi melihat mereka datang. Bahkan sehari semalam mereka tidak kelihatan. Aku benar-benar ditinggal sendirian di dalam kamar ini dalam keadaan terikat dan tidak berdaya. Sementara perutku ini terus menerus menagih alasannya belum diisi makanan. Aku benar-benar tersiksa lahir dan batin.
Namun keesokan harinya, pintu kamar terbuka. Aku terkejut, alasannya yang tiba bukan Ria, Santi atau Rika Tapi seorang lelaki tua, bertubuh kurus. Dia pribadi menghampiriku dan membuka ikatan di tangan dan kaki. Saat itu saya sudah benar-benar lemah, sehingga tidak bisa lagi untuk bergerak. Dan orang renta ini memintaku untuk tetap berbaring. Bahkan beliau mengatakan satu stel pakaian, dan membantuku mengenakannya.
"Tunggu sebentar, Bapak mau ambilkan makanan", katanya sambil berlalu meninggalkan kamar ini.
Dan memang tidak usang kemudian beliau sudah kembali lagi dengan membawa sepiring nasi dengan lauk pauknya yang mengundang selera. Selama dua hari tidak makan, menciptakan nafsu makanku jadi tinggi sekali. Sebentar saja sepiring nasi itu sudah habis berpindah ke dalam perut. Bahkan satu teko air juga kuhabiskan. Tubuhku mulai terasa segar. Dan tenagaku berangsur pulih.
"Bapak ini siapa?", tanyaku
"Saya pengurus rumah ini", sahutnya.
"Lalu, ketiga gadis itu..", tanyaku lagi.
"hh.., Mereka memang belum dewasa nakal. Maafkan mereka, Nak..", katanya dengan nada sedih.
"Bapak kenal dengan mereka?", tanyaku.
"Bukannya kenal lagi. Saya yang mengurus mereka semenjak kecil. Tapi saya tidak menyangka sama sekali jika mereka akan jadi binal menyerupai itu. Tapi untunglah, orang renta mereka telah membawanya pergi dari sini. Mudah-mudahan saja insiden menyerupai ini tidak terulang lagi", katanya menuturkan dengan mimik wajah yang sedih.
Aku juga tidak bisa bilang apa-apa lagi. Setelah merasa tenagaku kembali pulih, saya minta diri untuk pulang. Dan orang renta itu mengantarku hingga di depan pintu. Kebetulan sekali ada taksi yang lewat. Aku pribadi mencegat dan meminta supir taksi mengantarku pulang ke rumahku. Di dalam perjalanan pulang, saya mencoba merenungi semua yang gres saja terjadi.
Aku benar-benar tidak mengerti, dan hampir tidak percaya. Seakan-akan semua yang terjadi hanya mimpi belaka. Memang saya selalu menganggap semua itu hanya mimpi buruk. Dan saya tidak berharap bisa terulang lagi. Bahkan saya berharap insiden itu tidak hingga menimpa orang lain. Aku selalu berdoa semoga ketiga gadis itu menyadari kesalahannya dan mau bertobat. Karena yang mereka lakukan itu merupakan suatu kesalahan besar dan perbuatan hina yang seharusnya tidak perlu terjadi.
Tamat
Waktu itu hari Minggu pagi. Iseng-iseng saya berjalan-jalan menggunakan pakaian olah raga. Padahal saya paling malas berolah raga. Tapi entah kenapa, hari itu saya pakai baju olah raga, bahkan pakai sepatu juga. Dari rumahku saya sengaja berjalan kaki. Sesekali berlari kecil mengikuti orang-orang yang ternyata cukup banyak juga yang memanfaatkan ahad pagi untuk berolah raga atau hanya sekedar berjalan-jalan menghirup udara yang masih bersih.
Tidak terasa sudah cukup jauh juga meninggalkan rumah. Dan kakiku sudah mulai terasa pegal. Aku duduk beristirahat di dingklik taman, memandangi orang-orang yang masih juga berolah raga dengan segala macam tingkahnya. Tidak sedikit belum dewasa yang bermain dengan gembira.
Belum usang saya duduk beristirahat, tiba seorang gadis yang pribadi saja duduk di sebelahku. Hanya sedikit saja saya melirik, cukup anggun juga wajahnya. Dia mengenakan baju kaos yang ketat tanpa lengan, dengan potongan leher yang lebar dan rendah, sehingga menunjukkan seluruh pundak serta sebagian punggung dan dadanya yang menonjol dalam ukuran cukup besar. Kulitnya putih dan higienis celana pendek yang dikenakan menciptakan pahanya yang putih dan padat jadi terbuka. Cukup leluasa untuk memandangnya. Aku pribadi berpura-pura memandang jauh ke depan, ketika beliau tiba-tiba saja berpaling dan menatapku.
"Lagi ada yang ditunggu?", tegurnya tiba-tiba.
Aku terkejut, tidak menyangka jika gadis ini menegurku. Cepat-cepat saya menjawab dengan agak gelagapan juga. Karena tidak mengira jika beliau akan menyapaku.
"Tidak.., Eh, kau sendiri..?", saya balik bertanya.
"Sama, saya juga sendirian", jawabnya singkat.
Aku berpaling dan menatap wajahnya yang segar dan agak kemerahan. Gadis ini bukan hanya mempunyai wajah yang cukup anggun tapi juga punya bentuk badan yang bisa menciptakan mata lelaki tidak berkedip memandangnya. Apalagi pinggulnya yang bundar dan padat berisi. Bentuk kakinya juga indah. Entah kenapa saya jadi tertarik memperhatikannya. Padahal biasanya saya tidak pernah memperhatikan perempuan hingga sejauh itu.
"Jalan-jalan yuk..", ajaknya tiba-tiba sambil bangun berdiri.
"Kemana?", tanyaku ikut berdiri.
"Kemana saja, dari pada melongo di sini", sahutnya.
Tanpa menunggu tanggapan lagi, beliau pribadi mengayunkan kakinya dengan gerakan yang indah dan gemulai. Bergegas saya mengikuti dan mensejajarkan ayunan langkah kaki di samping sebelah kirinya. Beberapa dikala tidak ada yang bicara. Namun tiba-tiba saja saya jadi tersentak kaget, alasannya tanpa diduga sama sekali, gadis itu menggandeng tanganku. Bahkan sikapnya begitu mesra sekali. Padahal gres beberapa detik bertemu. Dan akujuga belum kenal namanya.
Dadaku seketika jadi berdebar menggemuruh tidak menentu. Kulihat tangannya begitu halus dan lembut sekali. Dia bukan hanya menggandeng tanganku, tapi malah mengge1ayutinya. Bahkan sesekali merebahkan kepalanya dibahuku yang cukup tegap.
"Eh, nama kau siapa..?", tanyanya, memulai pembicaraan lebih dulu.
"Angga", sahutku.
"Akh.., kayak nama perempuan", celetuknya. Aku hanya tersenyum saja sedikit.
"Kalau saya sih biasa dipanggil Ria", katanya pribadi memperkenalkan diri sendiri. Padahal saya tidak memintanya.
"Nama kau bagus", saya memuji hanya sekedar berbasa-basi saja.
"Eh, boleh nggak saya panggil kau Mas Angga?, Soalnya kau niscaya lebih renta dariku",· katanya meminta.
Aku hanya tersenyum saja. Memang jika tidak pakai seragam Sekolah, saya kelihatan jauh lebih dewasa. Padahal umurku saja gres tujuh belas lewat beberapa bulan. Dan saya memperkirakan jika gadis ini niscaya seorang mahasiswi, atau karyawati yang sedang mengisi hari libur dengan berolah raga pagi. Atau hanya sekedar berjalan-jalan sambil mencari kenalan baru.
"Eh, bubur ayam disana nikmat lho. Mau nggak..?", ungkapnya menawarkan, sambil menunjuk gerobak tukang bubur ayam.
"Boleh", sahutku.
Kami pribadi menikmati bubur ayam yang memang rasanya nikmat sekali. Apa lagi perutku memang lagi lapar. Sambil makan, Ria banyak bercerita. Sikapnya begitu riang sekali, membuatku jadi bahagia dan menyerupai sudah usang mengenalnya. Ria memang cendekia menciptakan suasana jadi akrab.
Selesai makan bubur ayam, saya dan gadis itu kembali berjalan-jalan. Sementara matahari sudah naik cukup tinggi. Sudah tidak enak lagi berjalan di bawah siraman teriknya mentari. Aku bermaksud mau pulang. Tanpa diduga sama sekali, justru Ria yang mengajak pulang lebih dulu.
"Mobilku di parkir disana..", katanya sambil menunjuk formasi mobil-mobil yang cukup banyak terparkir.
"Kamu bawa mobil..?", tanyaku heran.
"Iya. Soalnya rumahku kan cukup jauh. Malas jika naik kendaraan umum", katanya beralasan.
"Kamu sendiri..?"
Aku tidak menjawab dan hanya mengangkat pundak saja.
"Ikut saya yuk..", ajaknya langsung.
Belum juga saya menjawab, Ria sudah menarik tanganku dan menggandeng saya menuju ke mobilnya. Sebuah kendaraan beroda empat starlet warna biru muda masih mulus, dan sepertinya masih cukup baru. Ria malah meminta saya yang mengemudi. Untungnya saya sering pinjam kendaraan beroda empat Papa, jadi tidak canggung lagi membawa mobil. Ria pribadi menyebutkan alamat rumahnya. Dan tanpa banyak tanya lagi, saya pribadi mengantarkan gadis itu hingga ke rumahnya yang berada di lingkungan komplek perumahan elite. sesungguhnya saya mau pribadi pulang. Tapi Ria menahan dan memaksaku untuk singgah.
"Ayo..", Sambil menarik tanganku, Ria memaksa dan membawaku masuk ke dalam rumahnya. Bahkan beliau pribadi menarikku ke lantai atas. Aku jadi heran juga dengan sikapnya yang begitu berani membawa pria yang gres dikenalnya ke dalam kamar.
"Tunggu sebentar ya..", kata Ria sesudah membawaku ke dalam sebuah kamar.
Dan saya yakin jika ini niscaya kamar Ria. Sementara gadis itu meninggalkanku seorang diri, entah ke mana perginya. Tapi tidak usang beliau sudah tiba lagi. Dia tidak sendiri, tapi bersama dua orang gadis lain yang sebaya dengannya. Dan gadis-gadis itu juga mempunyai wajah anggun serta badan yang ramping, padat dan berisi.
Aku jadi tertegun, alasannya mereka pribadi saja menyeretku ke pembaringan. Bahkan salah seorang pribadi mengikat tanganku hingga terbaring menelentang di ranjang. Kedua kakiku juga direntangkan dan diikat dengan tali kulit yang kuat. Aku benar-benar terkejut, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Karena kejadiannya begitu cepat dan tiba-tiba sekali, hingga saya tidak sempat lagi menyadari.
"Aku dulu.., Aku kan yang menemukan dan membawanya ke sini", kata Ria tiba-tiba sambil melepaskan baju kaosnya.
Kedua bola mataku jadi terbeliak lebar. Ria bukan hanya menanggalkan bajunya, tapi beliau melucuti seluruh epilog tubuhnya. Sekujur tubuhku jadi menggigil, dadaku berdebar, dan kedua bola mataku jadi membelalak lebar dikala Ria mulai melepaskan pakaian yang dikenakannya satu persatu hingga polos sama sekali.. Akhh tubuhnya luar biasa bagusnya.. gres kali ini saya melihat payudara seorang gadis secara dekat, payudaranya besar dan padat. Bentuk pinggulnya ramping dan membentuk bagai gitar yang siap dipetik, Bulu-bulu vaginanya tumbuh lebat di sekitar kemaluannya. Sesaat kemudian Ria menghampiriku, dan merenggut semua pakaian yang menutupi tubuhku, hingga saya henar-benar polos dalam keadaan tidak berdaya. Bukan hanya Ria yang mendekatiku, tapi kedua gadis lainnya juga ikut mendekati sambil menanggalkan epilog tubuhnya.
"Eh, apa-apaan ini? Apa mau kalian..?", saya membentak kaget.
Tapi tidak ada yang menjawab. Ria sudah menciumi wajah serta leherku dengan hembusan napasnya yang keras dan memburu. Aku menggelinjang dan berusaha meronta. Tapi dengan kedua tangan terikat dan kakiku juga terentang diikat, tidak gampang bagiku untuk melepaskan diri. Sementara itu bukan hanya Ria saja yang menciumi wajah dan sekujur tubuhku, tapi kedua gadis lainnya juga melaksanakan hal yang sama.
Sekujur tubuhku jadi menggeletar jago Seperti tersengat listrik, ketika mencicipi jari-jari tangan Ria yang lentik dan halus menyambar dan pribadi meremas-remas bab batang penisku. Seketika itu juga batang penisku tiba-tiba menggeliat-geliat dan mengeras secara sempurna, saya tidak bisa melawan rasa kenikmatan yang kurasakan akhir penisku di kocok-kocok dengan berangasan oleh Ria. Aku hanya bisa mencicipi seluruh batangan penisku berdenyut-denyut nikmat.
Aku benar-benar kewalahan dikeroyok tiga orang gadis yang sudah menyerupai kerasukan setan. Gairahku memang terangsang seketika itu juga. Tapi saya juga ketakutan setengah mati. Berbagai macam perasaan berkecamuk menjadi satu. Aku ingin meronta dan mencoba melepaskan diri, tapi saya juga mencicipi suatu kenikmatan yang biasanya hanya ada di dalam hayalan dan mimpi-mimpiku.
Aku benar-benar tidak berdaya ketika Ria duduk di atas perutku, dan menjepit pinggangku dengan sepasang pahanya yang padat. Sementara dua orang gadis lainnya yang kutahu berjulukan Rika dan Sari terus menerus menciumi wajah, leher dan sekujur tubuhku. Bahkan mereka melaksanakan sesuatu yang hampir saja membuatku tidak percaya, jika tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri.
Saat itu juga saya pribadi menyadari jika gadis-gadis ini bukan hanya menderita penyakit hiperseks, tapi juga biseks. Mereka bisa melaksanakan dan mencapai kepuasan dengan lawan jenisnya, dan juga dengan sejenisnya. Bahkan mereka juga menggunakan alat-alat untuk mencapai kepuasan seksual. Aku jadi ngeri dan takut membayangkannya.
Sementara itu Ria semakin asyik menggerak-gerakkan tubuhnya di atas tubuhku. Meskipun ada rasa takut dalam diriku, tetapi saya benar-benar mencicipi kenikmatan yang amat sangat, gres kali ini penisku mencicipi kelembutan dan hangatnya lubang vagina seorang gadis, lembut, rapat dan sedikit basah, Riapun mencicipi kenikmatan yang sama, bahkan sesekali saya mendengar beliau merintih tertahan. Ria terus menggenjot tubuhnya dengan gerakan-gerakan yang luar biasa cepatnya membuatku benar-benar tidak kuasa lagi mendapatkan kenikmatan bertubi-tubi saya berteriak tertahan. Ria yang mendengarkan teriakanku ini tiba-tiba mencabut vaginanya dan secara cepat tangannya meraih dan menggenggam batang penisku dan melaksanakan gerakan-gerakan mengocok yang cepat, hingga tidak lebih dari beberapa detik kemudian saya mencicipi puncak kenikmatan yang luar biasa berbarengan dengan spermaku yang menyemprot dengan derasnya. Ria terus mengocok-ngocok penisku hingga spermaku habis dan tidak bisa menyemprot lagi tubuhku merasa ngilu dan mengejang.
Tetapi Ria rupanya tidak berhenti hingga disitu, kemudian dengan cepat beliau dibantu dengan kedua temannya menyedot seluruh spermaku yang bertebaran hingga higienis dan memulai kembali menggenggam batang penisku erat-erat dengan genggaman tangannya sambil mulutnya juga tidak lepas mengulum kepala penisku. Perlakuannya ini menciptakan penisku yang biasanya sesudah orgasme menjadi lemas kini menjadi dipaksa untuk tetap keras dan upaya Ria kini benar-benar berhasil. Penisku tetap dalam keadaan keras bahkan semakin tepat dan Ria kembali memasukkan batangan penisku ke dalam vaginanya kembali dan dengan cepatnya Ria menggenjot kembali vaginanya yang sudah berisikan batangan penisku.
Aku mencicipi agak lain pada permainan yang kedua ini. Penisku terasa lebih kokoh, stabil dan lebih bisa meredam kenikmatan yang kudapat. Tidak lebih dari sepuluh menit Ria memperkosaku, tiba-tiba beliau menjerit dengan tertahan dan Ria tiba-tiba menghentikan genjotannya, matanya terpejam menahan sesuatu, saya bisa mencicipi vagina Ria berdenyut-denyut dan menyedot-nyedot penisku, hingga kesannya Ria melepaskan teriakannya dikala ia mencicipi puncak kenikmatannya. Aku mencicipi vagina Ria tiba-tiba lebih merapat dan memanas, dan saya mencicipi kepala penisku menyerupai tersiram cairan hangat yang keluar dari vagina Ria. Saat Ria mencabut vaginanya kulihat cairan hangat mengalir dengan tidak mengecewakan banyak di batangan penisku..
Setelah Ria Baru saja mendapatkan orgasme, Ria menggelimpang di sebelah tubuhku. Setelah mencapai kepuasan yang diinginkannya, melihat itu Sari pribadi menggantikan posisinya. Gadis ini tidak kalah liarnya. Bahkan jauh lebih buas lagi daripada Ria. Membuat batanganku menjadi sedikit sakit dan nyeri. Hanya dalam tidak hingga satu jam, saya digilir tiga orang gadis liar. Mereka bergelinjang kenikmatan dengan dalam keadaan badan polos di sekitarku, sesudah masing-masing mencapai kepuasan yang diinginkannya.
Sementara saya hanya bisa merenung tanpa sanggup berbuat apa-apa. Bagaimana mungkm saya bisa melaksanakan sesuatu dengan kedua tangan dan kaki terikat menyerupai ini..?
Aku hanya bisa berharap mereka cepat-cepat melepaskan saya sehingga saya bisa pulang dan melupakan semuanya. Tapi harapanku hanya tinggal angan-angan belaka. Mereka tidak melepaskanku, hanya menutupi tubuhku dengan selimut. Aku malah ditinggal seorang diri di dalam kamar ini, masih dalam keadaan telentang dengan tangan dan kaki terikat tali kulit. Aku sudah berusaha untuk melepaskan diri. Tapi justru menciptakan pergelangan tangan dan kakiku jadi sakit. Aku hanya bisa mengeluh dan berharap gadis-gadis itu akan melepaskanku.
Sungguh saya tidak menyangka sama sekali. Ternyata ketiga gadis itli tidak mau melepaskanku. Bahkan mereka mengurung dan menyekapku di dalam kamar ini. Setiap dikala mereka tiba dan memuaskan nafsu birahinya dengan cara memaksa. Bahkan mereka menggunakan obat-obatan untuk merangsang gairahku. Sehingga saya sering kali tidak menyadari apa yang telah kulakukan pada ketiga gadis itu. Dalam imbas obat perangsang, mereka melepaskan tangan dan kakiku. Tapi sesudah mereka mencapai kepuasan, kembali mengikatku di ranjang ini. Sehingga saya tidak bisa meninggalkan ranjang dan kamar ini.
Dan secara bergantian mereka mengurus makanku. Mereka memandikanku juga di ranjang ini dengan menggunakan handuk basah, sehingga tubuhku tetap bersih. Meskipun mereka merawat dan memperhatikanku dengan baik, tapi dalam keadaan terbelenggu menyerupai ini siapa yang suka? Berulang kali saya meminta untuk dilepaskan. Tapi mereka tidak pernah menggubris permintaanku itu. Bahkan mereka mengancam akan membunuhku jika berani berbuat macam-macam. Aku membayangkan jika orang renta dan saudara-saudara serta semua temanku niscaya kebingungan mencariku.
Karena sudah tiga hari saya tidak pulang akhir disekap gadis-gadis binal dan liar ini. Meskipun mereka selalu memberiku masakan yang enak dan bergizi, tapi hanya dalam waktu tiga hari saja tubuhku sudah mulai kelihatan kurus. Dan saya sama sekali tidak punya tenaga lagi. Bahkan saya sudah pasrah. Setiap dikala mereka selalu memaksaku menelan obat perangsang biar saya tetap berangasan dan bisa melayani nafsu birahinya. Aku benar-benar tersiksa. Bukan hanya fisik, tapi juga batinku benar-benar tersiksa. Dan saya sama sekali tidak berdaya untuk melepaskan diri dari cengkeraman gadis-gadis binal itu.
Tapi sungguh aneh. Setelah lima hari terkurung dan tersiksa di dalam kamar ini, saya tidak lagi melihat mereka datang. Bahkan sehari semalam mereka tidak kelihatan. Aku benar-benar ditinggal sendirian di dalam kamar ini dalam keadaan terikat dan tidak berdaya. Sementara perutku ini terus menerus menagih alasannya belum diisi makanan. Aku benar-benar tersiksa lahir dan batin.
Namun keesokan harinya, pintu kamar terbuka. Aku terkejut, alasannya yang tiba bukan Ria, Santi atau Rika Tapi seorang lelaki tua, bertubuh kurus. Dia pribadi menghampiriku dan membuka ikatan di tangan dan kaki. Saat itu saya sudah benar-benar lemah, sehingga tidak bisa lagi untuk bergerak. Dan orang renta ini memintaku untuk tetap berbaring. Bahkan beliau mengatakan satu stel pakaian, dan membantuku mengenakannya.
"Tunggu sebentar, Bapak mau ambilkan makanan", katanya sambil berlalu meninggalkan kamar ini.
Dan memang tidak usang kemudian beliau sudah kembali lagi dengan membawa sepiring nasi dengan lauk pauknya yang mengundang selera. Selama dua hari tidak makan, menciptakan nafsu makanku jadi tinggi sekali. Sebentar saja sepiring nasi itu sudah habis berpindah ke dalam perut. Bahkan satu teko air juga kuhabiskan. Tubuhku mulai terasa segar. Dan tenagaku berangsur pulih.
"Bapak ini siapa?", tanyaku
"Saya pengurus rumah ini", sahutnya.
"Lalu, ketiga gadis itu..", tanyaku lagi.
"hh.., Mereka memang belum dewasa nakal. Maafkan mereka, Nak..", katanya dengan nada sedih.
"Bapak kenal dengan mereka?", tanyaku.
"Bukannya kenal lagi. Saya yang mengurus mereka semenjak kecil. Tapi saya tidak menyangka sama sekali jika mereka akan jadi binal menyerupai itu. Tapi untunglah, orang renta mereka telah membawanya pergi dari sini. Mudah-mudahan saja insiden menyerupai ini tidak terulang lagi", katanya menuturkan dengan mimik wajah yang sedih.
Aku juga tidak bisa bilang apa-apa lagi. Setelah merasa tenagaku kembali pulih, saya minta diri untuk pulang. Dan orang renta itu mengantarku hingga di depan pintu. Kebetulan sekali ada taksi yang lewat. Aku pribadi mencegat dan meminta supir taksi mengantarku pulang ke rumahku. Di dalam perjalanan pulang, saya mencoba merenungi semua yang gres saja terjadi.
Aku benar-benar tidak mengerti, dan hampir tidak percaya. Seakan-akan semua yang terjadi hanya mimpi belaka. Memang saya selalu menganggap semua itu hanya mimpi buruk. Dan saya tidak berharap bisa terulang lagi. Bahkan saya berharap insiden itu tidak hingga menimpa orang lain. Aku selalu berdoa semoga ketiga gadis itu menyadari kesalahannya dan mau bertobat. Karena yang mereka lakukan itu merupakan suatu kesalahan besar dan perbuatan hina yang seharusnya tidak perlu terjadi.
Tamat