Panasnya Permainan Ranjang Iza
Waktu itu Senin sore tanggal 26 Januari 2004 sekitar pukul 15.30 waktu Malaysia sesudah mengunjungi Putrajaya daerah PM Malaysia berkantor di negara penggalan Selangor, rombongan kami check in di PNB Darby Park yang terletak di jalan Binjau No.10 Kuala Lumpur dan lokasinya berdekatan dengan Tabung Haji Malaysia dan Menara Kembar (Twin Tower) Petronas yang cukup populer di dunia. Dari hotel daerah saya meningap itu, bila hendak ke menara kembar itu dengan jalan kaki sanggup ditempuh dalam waktu 10 menit.
Aku mendapat kunci kamar dengan nomor 2805, yang berarti berada di lantai 28 dan masih menempati kamar executive suite yang mempunyai dua kamar tidur, satu ruang tamu dan satu dapur. Sehingga, tiap kami niscaya ada satu kamar yang kosong dan tak terisi. Aku berfikir, kenapa pihak penyelenggara Mega FAM Malaysia ini tidak menempatkan kami berdua dalam satu kamar sehingga tidak ada kamar yang kosong.
Sekitar pukul 16.15, bell di kamarku berdering. Ternyata dari pemandu kami yang orang Pakistan untuk mengingatkan semoga 15 menit lagi berkumpul di lobby hotel untuk berkemas-kemas pergi pesiar ke KLCC yang terletak di bawah menara kembar Petronas, ke Menara Kuala Lumpur dan terakhir ke Genting Highland, dimana di lokasi dengan ketinggian sekitar 5.350 kaki itu juga terdapat kasino nomor dua terbesar di Asia.
Namun saya memberikan kepada pemandu itu dan juga kepada pimpinan rombongan, bahwa saya ingin istirahat saja di kamar, sekaligus menyatakan bahwa saya juga hendak ke China Town sesudah magrib untuk membeli ole-ole buat teman-teman di kantor sepulang dari Malaysia nantinya. Akhirnya mereka mengerti dan meninggalkan saya sendiri di kamar.
Sepeninggalan teman-teman yang telah pergi shopping ke KLCC, untuk menghilangkan jenuh saya kemudian menghidupkan VCD player yang ada di ruang tamu dengan memutar kepingan VCD "Tourism Malaysia" yang diberikan pihak penyelenggara seminar di The Puteri Pan Pasific Hotel di Johor Baru, beberapa hari lalu, sambil tidur-tiduran di atas sofa yang cukup lebar dan empuk. Mungkin sebab capek sesudah seharian mutar-mutar di Putrajaya, tak terasa saya tertidur dan gres terbangun ketika bell di kamarku berbunyi. Aku melihat jam, ternyata sudah pukul 18.45. Siapa pula yang datang? Teman-teman kembali nanti paling juga subuh sebab memang ada diantara mereka yang ingin berjudi di Genting.
Dengan bermalas-malasan dan sesudah merapikan baju kaos yang saya pakai, saya buka juga pintu kamarku. Sesaat saya terkaget dan menyerupai tidak percaya melihat orang yang berdiri di hadapanku.
"Iza..?" hanya itu yang sanggup saya ucapkan sambil mengucek-ucek kelopak mataku.
"Kamu jahat. Kenapa kau tidak memberitahuku jikalau kau tiba ke Malaysia? Bahkan ketika kau sudah berada di Kuala Lumpur pun, kau masih tetap tidak meneleponku," cewek itu berceloteh terus sambil mendorong tubuhku ke dalam dengan tangan memukul dadaku.
"Aku bukannya sengaja untuk tidak meneleponmu. Tapi sungguh, nomor telepon kau hilang ketika saya mengganti kartu halloku dengan navigator 64kb yang dikeluarkan Telkomsel. Aku ganti kartu, sebab saya ingin mengaktifkan mobile banking, sementara memori untuk menyimpang nomor telepon di kartu gres itu tidak cukup untuk 250 nama menyerupai pada kartu lama. Aku gres tahu nomor kau tidak ada di kartuku, sesudah mau menelpon kau ketika hendak berangkat ke Malaysia seminggu lalu," ujarku menerangkan, sambil membelai rambutnya yang direbonding.
Oh ya, Iza yaitu pacarku orang Malaysia dan sekarang berusia sekitar 23 tahun yang bekerja di salah satu perusahaan swasta cukup besar di negara jiran itu, yang ku kenal ketika dalam perjalanan dengan pesawat Silk Air menuju kota "P" dari Singapore tahun 2000 lalu. Dan selama di kota "P" saya selalu menemaninya kemana pergi, dan bahkan sempat beberapa kali tidur bersama. Iza yang bertubuh seksi dan sintal dengan tinggi sekitar 168 cm berkulit putih dan menyerupai artis Eddies Adellia. Pinggangnya ramping, pinggul padat berisi dan payudara yang molek serta padat dengan ukuran bra 36B. Dan setiap saya ke Malaysia atau beliau ke kotaku, pastilah tidak pernah terlewatkan bagi kami berdua untuk bercinta.
Ketika saya tanyakan dari mana beliau tahu kalau saya sedang di Kuala Lumpur dan menginap di PNB Darby Park, ia menyatakan tahu dari teman-temanku. Waktu beliau sedang duduk-duduk di salah satu kafe di KLCC sepulang dari kerja, dan kebetulan melihat teman-temanku yang pakai kokarde "Mega FAM" bertuliskan dari kota "P", dan menguping teman-temanku bercerita, dan ia mendengar namaku ikut disebut-sebut. Waktu itu, feelingnya pribadi menyampaikan bahwa nama Sandy yang disebut-sebut itu pastilah aku, sehingga ia memberanikan diri bertanya pada salah seorang temanku, dimana saya berada, sesudah sebelumnya ia menyatakan bahwa ia mengenal aku. Akhirnya teman-temanku menyampaikan bahwa saya sedang istirahat di hotel, dan ketika ia tiba ke hotel daerah saya menginap, ia tanyakan namaku dan receptions hotel kemudian memberi nomor kamarku.
"Syukurlah kau sanggup menemukan aku. Kamu tahu kenapa saya tidak mau gabung dengan teman-teman ke Genting? Itu sebab saya punya rencana untuk tiba ke rumahmu malam ini," ujarku menjelaskan.
"Iya ke..," rajuknya dalam logat Malaysia.
"Sure..!" jawabku pasti, sambil merengkuh pundaknya sehingga ia berada dalam pelukanku.
"Aku sungguh merindukanmu, Iza," rayuku.
"Aku juga, makanya saya tiba ke tempatmu," balasnya.
"Kamu mau menemaniku disini malam ini kan?" tanyaku.
Iza menganggukkan kepalanya. Namun ia menyatakan bahwa ia harus menelepon temannya satu apartemen bersebelahan kamar untuk memberitahu, untuk memberitahu jikalau ia tidak pulang malam ini.
Karena tidak tahan lagi menahan rasa rindu yang memuncak serta impian untuk mereguk kenikmatan tubuhnya yang sensual dan sudah hampir satu tahun tidak saya cicipi itu. Kulihat Iza yang gres saja menelepon temannya itu sedang asyik menikmati siaran TV3 sambil menyandarkan tubuhnya dengan santai di sofa yang berukuran cukup panjang dan lebar itu. Aku mendekat dan pribadi mengecup keningnya. Ia menengadah, dan ciumanku terus merambat turun ke bibirnya yang sensual.
"Ah..," desahnya tertahan.
Ciumanku terus menjalar ke belakang telinganya dan terus ke lehernya yang jenjang. Sementara tanganku mulai menjalar mencari dua bukit kenyal yang molek dan selalu menantang itu. Kulihat ia mulai menggelinjang-gelinjang sambil mencicipi nikmat permainan yang saya berikan.
Perlahan-lahan tapi pasti, saya mulai membuka baju kaos yang dipakainya, dan melanjutkan dengan membuka celana jeans ketat yang menempel di tubuhnya. Sehingga terlihat ia hanya memakai bra warna hitam yang harmonis dengan celana dalamnya yang juga berwarna hitam. Sementara bibirku, tetap bermain di bibirnya yang ranum. Kemudian tangan kananku mulai mencari pengait bra yang dipakainya dan melepasnya.
Bibirku pribadi beraksi mengulum puting susunya yang sudah mulai mengeras. Sekali-sekali saya gigit puting susunya yang berwarna coklat itu, sehingga ia terdengar mengerang. Sementara tangan kananku, terus merambat turun dan mulai memelorotkan celana dalamnya. Sesaat tanganku berhenti di gundukan daging di sela pangkal pahanya yang ditumbuhi bulu-bulu hitam lebat dan tertata rapi.
"Honey, please..!" rengeknya sambil berusaha membuka kaos singlet yang kupakai.
Kemudian dengan rakusnya iapun mulai menjilati dan menghisap puting susuku yang ditumbuhi bulu-bulu. Aku tergelinjang, dan seketika nafsuku semakin memuncak. Ia semakin bergelora dan terus menjilati tubuhku hingga ke bawah. Karena terhalang celana pendek yang kupakai, iapun kemudian memelorotkannya, sehingga saya menjadi telanjang lingkaran menyerupai dirinya. Penisku terlihat mengacung dengan gagahnya ke atas.
"Oh..," desahnya sambil menjilati seluruh batang penisku.
Tak cukup hingga disitu, ia kemudian berusaha mengulum seluruh batang penisku. Namun sebab tersekat di kerongkongannya, hanya sebagian saja yang sanggup dikulum dan diisapnya, sehingga menciptakan saya kegelian dan semakin terangsang. Kemudian saya coba mengambil alih inisiatif dengan menarik tubuhnya ke atas serta menyandarkannya di sofa, dan kemudian saya mulai lagi menjilati dan menghisap puting payudaranya. Hisapanku kemudian pindah ke bibir, ke pendengaran dan leher, sehingga membuatnya makin terangsang dengan hebat.
Ciuman kemudian saya teruskan ke bawah, dan bermain-main sebentar di sekitar pusarnya. Kemudian bibirku terus merambat ke bawah, dan mendapat vaginanya yang berbulu lebat itu sudah mulai dibasahi cairan kental. Setelah kakinya saya angka dan bulu-bulu yang menutupi lubang vaginanya saya sibakkan, saya mulai menjilat clitorisnya dengan lidahku. Iza semakin menggelinjang menahan nikmat, sehingga sesudah hampir lima menit lidahku bermain di lubang vaginanya, kesudahannya saya lihat Iza berkelenjotan dan mengangkat tinggi pinggulnya dan terdengar teriakan tertahan.
"Oh, honey. Aku tak tahan lagi. Aku.. mau.. keluar..!' teriaknya.
Tak usang kemudian saya melihat cukup banyak cairan kental menyembur dari lubang vaginanya. Sementara saya kemudian menghentikan jilatan untuk memberikannya kesempatan menikmati orgasmenya yang pertama itu. Kemudian, dengan rakus saya jilati semua cairan yang keluar dari vaginanya itu.
"Ah, honey. Apa yang saya impikan selama satu tahun ini untuk bercinta kembali denganmu, kesudahannya menjadi kenyataan," katanya.
"Aku juga sayang, si kecil ini sudah usang berontak untuk sanggup bersemayam di goa milikmu yang hangat itu," balasku sambil mencium mesra bibirnya.
Ciumanku itu dibalas Iza dengan hangat. Kembali permainan pengecap yang luar biasa terjadi. Sementara tangan kananku sibuk meremas dengan lembut dua bukit kembarnya yang sangat menantang itu. Lalu perlahan dan tanpa melepaskan ciuman bibir, saya bopong Iza ke dalam kamar dengan tetap membiarkan beling jendela tidak ditutup gorden, sehingga menambah nuansa tersendiri dalam permainan seks kami.
Baru saja Iza saya rebahkan di ranjang, tiba-tiba ia bangun dan mendorongku hingga tertelentang. Ia terlihat ingin mengambil inisiatif menyerang dengan menciumi seluruh penggalan tubuhku dengan ganasnya. Akibatnya, penis saya yang semenjak tadi sudah mengeras itu, sudah tidak sabaran lagi untuk sanggup menyeruak ke dalam lubang kenikmatan Iza. Pada ketika Iza asyik melumat bibirku, secara rahasia "si kecil" saya arahkan sempurna di lubang vaginanya.
"Ah, terus sayang..," desahnya.
Sementara saya mengangkat pinggul semoga penisku sanggup masuk, Iza juga ikut membantu dengan menekan pinggulnya. Secara perlahan-lahan, penisku mulai sanggup memasuki liang vagina Iza yang masih terasa sempit sebab selalu dirawat dengan baik. Bless..! Semua batang penisku amblas masuk hingga sanggup kurasakan menyentuh dasar vaginanya.
"Oh, terus honey. Enaakk..!" desahnya.
Karena saya mencicipi goyangnya mulai mengendur sebab lelah berada di atas, kesudahannya saya mengambil inisiatif membalikkan tubuhnya hingga telentang, dengan penisku tetap berada di dalam vaginanya. Secara perlahan, saya mulai menggoyang pinggul untuk memaju mundurkan penisku di vaginanya, sementara lidahku tetap saling kait mengait dengan lidahnya. Kemudian lidahku merambat turun ke dadanya dan menghisap puting susunya yang mengeras, sementara saya tetap mempertahankan intensitas goyangan di pinggulku. Akibatnya, Iza terlihat sudah tidak sanggup menahan seranganku, sebab saya rasakan pinggulnya mulai diangkat dan kakinya mengejang.
"Oh, honey. Aku tak tahan lagi dan mau.. ke.. luar..'" erangnya.
"Tahan dulu sayang, kita keluarkan sama-sama," ujarku tertahan.
Aku kesudahannya saya tidak sanggup menahan desakan di pangkal penisku yang terasa menghentak-hentak hendak menghantam vagina Iza. Dan dalam hitungan detik, kesudahannya saya muntahkan seluruh sperma yang ada di penisku, sementara Iza juga kurasakan mengeluarkan lendir di vaginanya yang terasa hangat oleh batang penisku.
"Oh, saya benar-benar puas Sandy. Aku ingin kau masih di KL agak beberapa hari lagi," ungkapnya sambil mengecup bibirku mesra.
"Bagaimana ya, tiketku tak sanggup diundur sebab sudah diprogram oleh penyelenggara Mega FAM. Aku harus pulang ke Indonesia pagi besok," jawabku hati-hati.
"Pokoknya serahkan saja tiket itu padaku, saya yang akan mengaturnya. Kalaupun tiket pesawatmu tidak sanggup di undur, biarkan saja, nanti saya ganti dengan tiket gres untuk kembali ke Indonesia hari Kamis tanggal 29 Januari," katanya sambil mengelus dadaku yang sedikit berbulu. Aku menyatakan setuju, sehingga kulihat ia tersenyum sebab merasa senang.
Dan menjelang pagi, kami sempat melaksanakan "pertarungan" sengit itu hingga empat kali, sehingga saya lihat Iza benar-benar terpuaskan oleh permainanku yang katanya sangat dahsyat itu. Ia juga berjanji untuk minta izin kepada atasannya selama 3 hari untuk menemaniku selama berada di Kuala Lumpur, sekaligus untuk melampiaskan nafsu syahwatnya yang juga sangat dahsyat itu.
Iza kembali ke apartemennya sekitar jam 04.30 untuk berkemas-kemas pergi kerja, dan sekitar pukul 05.30 saya dibangunkan teman-teman untuk berkemas-kemas menuju KLIA untuk seterusnya kembali ke kotaku. Namun kepada teman-teman saya sampaikan, bahwa saya masih akan tinggal di Kuala Lumpur hingga tanggal 29 Januari, sebab ada sedikit urusan. Tentang tiket pesawatku yang tidak sanggup diundur keberangkatannya, saya katakan sudah ada yang mengaturnya, sehingga teman-temanku sanggup memahaminya.
*****
Salam elok untuk Marwah dan juga Sella, semoga puas membaca kisah cintaku dengan cewek Malaysia. Pesanku, "don't wait until tomorrow, what can you do to do".
Tamat
Aku mendapat kunci kamar dengan nomor 2805, yang berarti berada di lantai 28 dan masih menempati kamar executive suite yang mempunyai dua kamar tidur, satu ruang tamu dan satu dapur. Sehingga, tiap kami niscaya ada satu kamar yang kosong dan tak terisi. Aku berfikir, kenapa pihak penyelenggara Mega FAM Malaysia ini tidak menempatkan kami berdua dalam satu kamar sehingga tidak ada kamar yang kosong.
Sekitar pukul 16.15, bell di kamarku berdering. Ternyata dari pemandu kami yang orang Pakistan untuk mengingatkan semoga 15 menit lagi berkumpul di lobby hotel untuk berkemas-kemas pergi pesiar ke KLCC yang terletak di bawah menara kembar Petronas, ke Menara Kuala Lumpur dan terakhir ke Genting Highland, dimana di lokasi dengan ketinggian sekitar 5.350 kaki itu juga terdapat kasino nomor dua terbesar di Asia.
Namun saya memberikan kepada pemandu itu dan juga kepada pimpinan rombongan, bahwa saya ingin istirahat saja di kamar, sekaligus menyatakan bahwa saya juga hendak ke China Town sesudah magrib untuk membeli ole-ole buat teman-teman di kantor sepulang dari Malaysia nantinya. Akhirnya mereka mengerti dan meninggalkan saya sendiri di kamar.
Sepeninggalan teman-teman yang telah pergi shopping ke KLCC, untuk menghilangkan jenuh saya kemudian menghidupkan VCD player yang ada di ruang tamu dengan memutar kepingan VCD "Tourism Malaysia" yang diberikan pihak penyelenggara seminar di The Puteri Pan Pasific Hotel di Johor Baru, beberapa hari lalu, sambil tidur-tiduran di atas sofa yang cukup lebar dan empuk. Mungkin sebab capek sesudah seharian mutar-mutar di Putrajaya, tak terasa saya tertidur dan gres terbangun ketika bell di kamarku berbunyi. Aku melihat jam, ternyata sudah pukul 18.45. Siapa pula yang datang? Teman-teman kembali nanti paling juga subuh sebab memang ada diantara mereka yang ingin berjudi di Genting.
Dengan bermalas-malasan dan sesudah merapikan baju kaos yang saya pakai, saya buka juga pintu kamarku. Sesaat saya terkaget dan menyerupai tidak percaya melihat orang yang berdiri di hadapanku.
"Iza..?" hanya itu yang sanggup saya ucapkan sambil mengucek-ucek kelopak mataku.
"Kamu jahat. Kenapa kau tidak memberitahuku jikalau kau tiba ke Malaysia? Bahkan ketika kau sudah berada di Kuala Lumpur pun, kau masih tetap tidak meneleponku," cewek itu berceloteh terus sambil mendorong tubuhku ke dalam dengan tangan memukul dadaku.
"Aku bukannya sengaja untuk tidak meneleponmu. Tapi sungguh, nomor telepon kau hilang ketika saya mengganti kartu halloku dengan navigator 64kb yang dikeluarkan Telkomsel. Aku ganti kartu, sebab saya ingin mengaktifkan mobile banking, sementara memori untuk menyimpang nomor telepon di kartu gres itu tidak cukup untuk 250 nama menyerupai pada kartu lama. Aku gres tahu nomor kau tidak ada di kartuku, sesudah mau menelpon kau ketika hendak berangkat ke Malaysia seminggu lalu," ujarku menerangkan, sambil membelai rambutnya yang direbonding.
Oh ya, Iza yaitu pacarku orang Malaysia dan sekarang berusia sekitar 23 tahun yang bekerja di salah satu perusahaan swasta cukup besar di negara jiran itu, yang ku kenal ketika dalam perjalanan dengan pesawat Silk Air menuju kota "P" dari Singapore tahun 2000 lalu. Dan selama di kota "P" saya selalu menemaninya kemana pergi, dan bahkan sempat beberapa kali tidur bersama. Iza yang bertubuh seksi dan sintal dengan tinggi sekitar 168 cm berkulit putih dan menyerupai artis Eddies Adellia. Pinggangnya ramping, pinggul padat berisi dan payudara yang molek serta padat dengan ukuran bra 36B. Dan setiap saya ke Malaysia atau beliau ke kotaku, pastilah tidak pernah terlewatkan bagi kami berdua untuk bercinta.
Ketika saya tanyakan dari mana beliau tahu kalau saya sedang di Kuala Lumpur dan menginap di PNB Darby Park, ia menyatakan tahu dari teman-temanku. Waktu beliau sedang duduk-duduk di salah satu kafe di KLCC sepulang dari kerja, dan kebetulan melihat teman-temanku yang pakai kokarde "Mega FAM" bertuliskan dari kota "P", dan menguping teman-temanku bercerita, dan ia mendengar namaku ikut disebut-sebut. Waktu itu, feelingnya pribadi menyampaikan bahwa nama Sandy yang disebut-sebut itu pastilah aku, sehingga ia memberanikan diri bertanya pada salah seorang temanku, dimana saya berada, sesudah sebelumnya ia menyatakan bahwa ia mengenal aku. Akhirnya teman-temanku menyampaikan bahwa saya sedang istirahat di hotel, dan ketika ia tiba ke hotel daerah saya menginap, ia tanyakan namaku dan receptions hotel kemudian memberi nomor kamarku.
"Syukurlah kau sanggup menemukan aku. Kamu tahu kenapa saya tidak mau gabung dengan teman-teman ke Genting? Itu sebab saya punya rencana untuk tiba ke rumahmu malam ini," ujarku menjelaskan.
"Iya ke..," rajuknya dalam logat Malaysia.
"Sure..!" jawabku pasti, sambil merengkuh pundaknya sehingga ia berada dalam pelukanku.
"Aku sungguh merindukanmu, Iza," rayuku.
"Aku juga, makanya saya tiba ke tempatmu," balasnya.
"Kamu mau menemaniku disini malam ini kan?" tanyaku.
Iza menganggukkan kepalanya. Namun ia menyatakan bahwa ia harus menelepon temannya satu apartemen bersebelahan kamar untuk memberitahu, untuk memberitahu jikalau ia tidak pulang malam ini.
Karena tidak tahan lagi menahan rasa rindu yang memuncak serta impian untuk mereguk kenikmatan tubuhnya yang sensual dan sudah hampir satu tahun tidak saya cicipi itu. Kulihat Iza yang gres saja menelepon temannya itu sedang asyik menikmati siaran TV3 sambil menyandarkan tubuhnya dengan santai di sofa yang berukuran cukup panjang dan lebar itu. Aku mendekat dan pribadi mengecup keningnya. Ia menengadah, dan ciumanku terus merambat turun ke bibirnya yang sensual.
"Ah..," desahnya tertahan.
Ciumanku terus menjalar ke belakang telinganya dan terus ke lehernya yang jenjang. Sementara tanganku mulai menjalar mencari dua bukit kenyal yang molek dan selalu menantang itu. Kulihat ia mulai menggelinjang-gelinjang sambil mencicipi nikmat permainan yang saya berikan.
Perlahan-lahan tapi pasti, saya mulai membuka baju kaos yang dipakainya, dan melanjutkan dengan membuka celana jeans ketat yang menempel di tubuhnya. Sehingga terlihat ia hanya memakai bra warna hitam yang harmonis dengan celana dalamnya yang juga berwarna hitam. Sementara bibirku, tetap bermain di bibirnya yang ranum. Kemudian tangan kananku mulai mencari pengait bra yang dipakainya dan melepasnya.
Bibirku pribadi beraksi mengulum puting susunya yang sudah mulai mengeras. Sekali-sekali saya gigit puting susunya yang berwarna coklat itu, sehingga ia terdengar mengerang. Sementara tangan kananku, terus merambat turun dan mulai memelorotkan celana dalamnya. Sesaat tanganku berhenti di gundukan daging di sela pangkal pahanya yang ditumbuhi bulu-bulu hitam lebat dan tertata rapi.
"Honey, please..!" rengeknya sambil berusaha membuka kaos singlet yang kupakai.
Kemudian dengan rakusnya iapun mulai menjilati dan menghisap puting susuku yang ditumbuhi bulu-bulu. Aku tergelinjang, dan seketika nafsuku semakin memuncak. Ia semakin bergelora dan terus menjilati tubuhku hingga ke bawah. Karena terhalang celana pendek yang kupakai, iapun kemudian memelorotkannya, sehingga saya menjadi telanjang lingkaran menyerupai dirinya. Penisku terlihat mengacung dengan gagahnya ke atas.
"Oh..," desahnya sambil menjilati seluruh batang penisku.
Tak cukup hingga disitu, ia kemudian berusaha mengulum seluruh batang penisku. Namun sebab tersekat di kerongkongannya, hanya sebagian saja yang sanggup dikulum dan diisapnya, sehingga menciptakan saya kegelian dan semakin terangsang. Kemudian saya coba mengambil alih inisiatif dengan menarik tubuhnya ke atas serta menyandarkannya di sofa, dan kemudian saya mulai lagi menjilati dan menghisap puting payudaranya. Hisapanku kemudian pindah ke bibir, ke pendengaran dan leher, sehingga membuatnya makin terangsang dengan hebat.
Ciuman kemudian saya teruskan ke bawah, dan bermain-main sebentar di sekitar pusarnya. Kemudian bibirku terus merambat ke bawah, dan mendapat vaginanya yang berbulu lebat itu sudah mulai dibasahi cairan kental. Setelah kakinya saya angka dan bulu-bulu yang menutupi lubang vaginanya saya sibakkan, saya mulai menjilat clitorisnya dengan lidahku. Iza semakin menggelinjang menahan nikmat, sehingga sesudah hampir lima menit lidahku bermain di lubang vaginanya, kesudahannya saya lihat Iza berkelenjotan dan mengangkat tinggi pinggulnya dan terdengar teriakan tertahan.
"Oh, honey. Aku tak tahan lagi. Aku.. mau.. keluar..!' teriaknya.
Tak usang kemudian saya melihat cukup banyak cairan kental menyembur dari lubang vaginanya. Sementara saya kemudian menghentikan jilatan untuk memberikannya kesempatan menikmati orgasmenya yang pertama itu. Kemudian, dengan rakus saya jilati semua cairan yang keluar dari vaginanya itu.
"Ah, honey. Apa yang saya impikan selama satu tahun ini untuk bercinta kembali denganmu, kesudahannya menjadi kenyataan," katanya.
"Aku juga sayang, si kecil ini sudah usang berontak untuk sanggup bersemayam di goa milikmu yang hangat itu," balasku sambil mencium mesra bibirnya.
Ciumanku itu dibalas Iza dengan hangat. Kembali permainan pengecap yang luar biasa terjadi. Sementara tangan kananku sibuk meremas dengan lembut dua bukit kembarnya yang sangat menantang itu. Lalu perlahan dan tanpa melepaskan ciuman bibir, saya bopong Iza ke dalam kamar dengan tetap membiarkan beling jendela tidak ditutup gorden, sehingga menambah nuansa tersendiri dalam permainan seks kami.
Baru saja Iza saya rebahkan di ranjang, tiba-tiba ia bangun dan mendorongku hingga tertelentang. Ia terlihat ingin mengambil inisiatif menyerang dengan menciumi seluruh penggalan tubuhku dengan ganasnya. Akibatnya, penis saya yang semenjak tadi sudah mengeras itu, sudah tidak sabaran lagi untuk sanggup menyeruak ke dalam lubang kenikmatan Iza. Pada ketika Iza asyik melumat bibirku, secara rahasia "si kecil" saya arahkan sempurna di lubang vaginanya.
"Ah, terus sayang..," desahnya.
Sementara saya mengangkat pinggul semoga penisku sanggup masuk, Iza juga ikut membantu dengan menekan pinggulnya. Secara perlahan-lahan, penisku mulai sanggup memasuki liang vagina Iza yang masih terasa sempit sebab selalu dirawat dengan baik. Bless..! Semua batang penisku amblas masuk hingga sanggup kurasakan menyentuh dasar vaginanya.
"Oh, terus honey. Enaakk..!" desahnya.
Karena saya mencicipi goyangnya mulai mengendur sebab lelah berada di atas, kesudahannya saya mengambil inisiatif membalikkan tubuhnya hingga telentang, dengan penisku tetap berada di dalam vaginanya. Secara perlahan, saya mulai menggoyang pinggul untuk memaju mundurkan penisku di vaginanya, sementara lidahku tetap saling kait mengait dengan lidahnya. Kemudian lidahku merambat turun ke dadanya dan menghisap puting susunya yang mengeras, sementara saya tetap mempertahankan intensitas goyangan di pinggulku. Akibatnya, Iza terlihat sudah tidak sanggup menahan seranganku, sebab saya rasakan pinggulnya mulai diangkat dan kakinya mengejang.
"Oh, honey. Aku tak tahan lagi dan mau.. ke.. luar..'" erangnya.
"Tahan dulu sayang, kita keluarkan sama-sama," ujarku tertahan.
Aku kesudahannya saya tidak sanggup menahan desakan di pangkal penisku yang terasa menghentak-hentak hendak menghantam vagina Iza. Dan dalam hitungan detik, kesudahannya saya muntahkan seluruh sperma yang ada di penisku, sementara Iza juga kurasakan mengeluarkan lendir di vaginanya yang terasa hangat oleh batang penisku.
"Oh, saya benar-benar puas Sandy. Aku ingin kau masih di KL agak beberapa hari lagi," ungkapnya sambil mengecup bibirku mesra.
"Bagaimana ya, tiketku tak sanggup diundur sebab sudah diprogram oleh penyelenggara Mega FAM. Aku harus pulang ke Indonesia pagi besok," jawabku hati-hati.
"Pokoknya serahkan saja tiket itu padaku, saya yang akan mengaturnya. Kalaupun tiket pesawatmu tidak sanggup di undur, biarkan saja, nanti saya ganti dengan tiket gres untuk kembali ke Indonesia hari Kamis tanggal 29 Januari," katanya sambil mengelus dadaku yang sedikit berbulu. Aku menyatakan setuju, sehingga kulihat ia tersenyum sebab merasa senang.
Dan menjelang pagi, kami sempat melaksanakan "pertarungan" sengit itu hingga empat kali, sehingga saya lihat Iza benar-benar terpuaskan oleh permainanku yang katanya sangat dahsyat itu. Ia juga berjanji untuk minta izin kepada atasannya selama 3 hari untuk menemaniku selama berada di Kuala Lumpur, sekaligus untuk melampiaskan nafsu syahwatnya yang juga sangat dahsyat itu.
Iza kembali ke apartemennya sekitar jam 04.30 untuk berkemas-kemas pergi kerja, dan sekitar pukul 05.30 saya dibangunkan teman-teman untuk berkemas-kemas menuju KLIA untuk seterusnya kembali ke kotaku. Namun kepada teman-teman saya sampaikan, bahwa saya masih akan tinggal di Kuala Lumpur hingga tanggal 29 Januari, sebab ada sedikit urusan. Tentang tiket pesawatku yang tidak sanggup diundur keberangkatannya, saya katakan sudah ada yang mengaturnya, sehingga teman-temanku sanggup memahaminya.
*****
Salam elok untuk Marwah dan juga Sella, semoga puas membaca kisah cintaku dengan cewek Malaysia. Pesanku, "don't wait until tomorrow, what can you do to do".
Tamat