Paranormal Mesum 1
Profesiku yang sebetulnya yakni pengacara, tetapi belakangan ini saya lebih dikenal sebagai seorang paranormal yang sanggup untuk memecahkan masalah-masalah yang sulit termasuk menyembuhkan beberapa penyakit yang disebabkan oleh gangguan psikis. Sebenarnya ini semua hanya bermula dari keisenganku menarik hati isteri temanku yang kukira sedang kesepian. Aku mencoba membohonginya dengan membaca beberapa ciri khas di tubuhnya demi untuk sanggup menidurinya, tetapi di luar dugaanku ramalanku ternyata cocok, dan tanpa menceritakan affairku dengannya ternyata Evie sudah menceritakan kemampuanku ini pada semua kenalannya, sehingga saya menjadi menyerupai dikala ini, paranormal! Aku sangat menikmati kemampuan baruku ini, meskipun tidak pada setiap orang saya berani mengganggunya, tetapi anehnya hampir semua klienku bersedia menuruti permintaanku tanpa rewel, cuma menyerupai yang kukatakan, tak semuanya saya tiduri! Seperti siang ini, di kantorku sudah ada beberapa perempuan menungguku, ketika saya datang, saya sempat tersenyum kepada mereka dan memandang mereka satu persatu. Semuanya rata-rata perempuan kaya dan cantik, tetapi ada seorang ibu yang kelihatan anggun dengan tubuh yang tinggi besar sangat sesuai dengan seleraku. Di meja kerjaku kulihat berjajar empat lembar kartu kecil bertuliskan nama-nama pasienku, kartu ini dibentuk oleh sekretarisku Mery. Kubaca satu persatu tetapi saya tak sanggup menduga mana kartu ibu yang kuinginkan itu, sehingga kupanggil Mery untuk memanggil mereka satu demi satu. Mery sudah menjadi sekretarisku selama 3 tahun, jarang ada sekretarisku yang tahan begitu lama, lantaran rata-rata mereka manis sehingga mereka laris keras untuk kawin. Mery seringkali juga memuaskan nafsuku, terutama bila saya sedang iseng di kantor ini, kami sering main di meja kerja, di dingklik bahkan di kamar mandi, semuanya kami lakukan dengan rahasia tanpa ada seorangpun yang curiga. Lennypun tahu dengan terang hobbyku main cewek, bahkan seringkali beliau kusuruh mengintai manakala saya berafiliasi seks dengan klienku dan biasanya sesudah itu, Mery juga minta jatah lantaran beliau tak sanggup menahan nafsunya sendiri. Mery dengan gayanya yang anggun dan alim segera memanggil salah satu dari tamuku, ketika si ibu masuk ternyata bukan ibu yang kuinginkan melainkan seorang ibu muda yang kelihatan genit tetapi wajahnya kelihatan bila dalam keadaan sumpek. Kuperhatikan tubuhnya dari jauh, ia menggunakan blus tanpa lengan sehingga memamerkan lengannya yang mulus sementara tubuhnya langsing dengan pantat yang besar. Bibirnya agak tebal dan wajahnya manis sekali. Ia eksklusif menyalamiku dan memperkenalkan namanya Ria, rupanya ia lebih bahagia dipanggil dengan nama kecilnya daripada dengan nama suaminya, saya yakin beliau sudah bersuami lantaran sempat kulihat cincin kawin berlian yang melingkar di jarinya. Setelah berbasa-basi sejenak Ria segera menceritakan masalahnya kepadaku, rupanya beliau sedang dalam kesulitan lantaran hobbynya bermain judi. Meskipun judi dihentikan di Jakarta ini, tetapi ia berjudi melalui jaringan parabola, katanya beliau dulu menang cukup banyak tetapi sudah dua bulan ini beliau terus-menerus sial sehingga hampir semua hartanya sudah habis. Saat ini beliau takut bila suaminya tahu dan beliau akan diceraikan. Aku tersenyum mendengar ceritanya ini, bagiku ini kasus biasa dan mudah, niscaya beres. Tanpa membuang waktu saya menanyai Ria apakah menjelang beliau kalah terus itu beliau pernah melaksanakan sesuatu yang kurang baik, beliau menyatakan rasanya kok tidak pernah, lantaran katanya bila beliau menang maka beliau selalu baik kepada orang lain. Aku berkata kepadanya bila memang begitu maka kemungkinan sialnya ada di badannya dan saya harus mencarinya dan kemudian menangkalnya. Tanpa ragu kusuruh ia membuka pakaiannya dan telanjang bundar di depanku. Ria memandangku dengan tajam dan kemudian beliau bangun dan mulai melepas pakaiannya. Diluar kebiasaan yang saya ketahui, yang pertama dibuka Ria yakni roknya dan kemudian celana dalamnya sehingga saya eksklusif sanggup melihat vaginanya yang dihiasi bulu vagina yang hitam, gres kemudian beliau membuka blus dan BH-nya. Seperti dugaanku payudara Ria tidak terlalu semok tetapi mengkal dan bundar dengan pentil merah muda. Dalam keadaan telanjang bundar Ria berdiri mematung di depanku kakinya rapat dan tangannya terlipat di perutnya. Kusuruh ia berputar sehingga saya juga sanggup melihat pantatnya yang semok itu, benar-benar seksi. Dari apa yang kulihat saya eksklusif menyuruhnya duduk di depanku. Kukatakan bahwa saya sudah tahu dimana letak sialnya yaitu dari paha kanannya. Aku katakan bahwa semuanya sudah beres. Ria rasanya tidak percaya bila saya menyampaikan menyerupai itu, beliau minta biar saya pertanda kata-kataku itu. Dengan ngawur saya minta beliau mencabut bulu vaginanya sendiri secara sembarangan, Ria menuruti permintaanku itu dan meletakkan bulu vaginanya di mejaku. Kusuruh ia menghitungnya ternyata jumlahnya 3 lembar, kusuruh ia mencabut sekali lagi dan kali ini jumlahnya 4 lembar. Kuminta beliau untuk memasang taruhan diangka 34 atau 43 dan buktikan sendiri. Baru dikala itu Ria bisa tersenyum, ia mengucapkan terima kasih dan segera kuminta ia berpakaian kembali. Selesai merapikan pakaiannya, Ria menjabat tanganku erat-erat dan menyampaikan terima kasih. Aku mengangguk ramah, dan saya yakin bilamana dikala itu saya minta beliau untuk menghisap penisku niscaya beliau dengan bahagia hati mau melakukannya, tetapi saya punya sasaran lain. Ketika Ria keluar seorang ibu menyusul masuk, lagi-lagi bukan ibu yang kuinginkan kali ini seorang ibu berumur sekitar 40 tahunan, wajahnya manis tanpa polesan make up yang menyolok, ia memperkenalkan dirinya sebagai Ibu Sugito, seorang pejabat penting yang pernah kudengar namanya. Ia eksklusif bercerita bila suaminya punya simpanan perempuan yang jago sehingga beliau merasa murung sekali. Meskipun semenjak dulu beliau tahu bila suaminya sering main perempuan, tetapi gres kali ini beliau kecantol dengan pacarnya. Aku eksklusif menyampaikan bahwa saya harus melihat tubuhnya biar bisa melihat di mana letak masalahnya. Mulanya ibu ini agak keberatan beliau bertanya apakah tidak bisa bila hanya dengan melihat wajah atau pecahan lain yang terbuka. Aku hanya berkata enteng, bila ibu percaya pada saya silakan, bila tidak silakan juga kembali lantaran hanya itu caraku menyelidiki pasien. Dengan hati berat beliau mulai membuka pakaiannya, pertama yang dibukanya yakni jacket ungunya, ketika ia melepaskan jacket itu saya sempat melihat ketiaknya yang lebat dengan bulu, saya sempat tertegun melihatnya lantaran bila ketiaknya saja menyerupai itu alangkah lebat bulu vaginanya. Payudara Bu Sugito semok tetapi sudah agak kendur dengan pentil coklat kehitam hitaman, ketika ia membuka roknya, kembali ia ragu. Gerakannya terhenti sementara ia berdiri dengan hanya menggunakan celana dalam tipis berwarna putih yang terang sekali menampakkan bayangan bulu vaginanya yang hitam dan lebat itu. Aku sengaja mendiamkannya lantaran saya mau melihat apa yang dimaui ibu ini, tetapi saya sudah merencanakan bahwa ibu yang satu ini akan saya periksa habis-habisan biar beliau kapok. Akhirnya Bu Sugito jadi juga membuka celananya sehingga terpampanglah di hadapanku tubuhnya yang mulus dengan bulu yang sangat lebat di pangkal pahanya serta di ketiaknya. Dari yang saya lihat ini saya eksklusif tahu bahwa ibu ini hiperseks. Kaprikornus saya heran juga kenapa beliau begitu ragu-ragu untuk telanjang di hadapanku, hal ini membuatku jadi ingin mengetahui sebabnya. Ibu Sugito hanya berdiri mematung di depanku tangannya berusaha menutupi pangkal pahanya. Aku eksklusif berdiri dari kursiku dan berjalan mendekatinya, saya memutari tubuhnya yang higienis dan harum itu, tetapi tak ada sesuatu yang janggal. Tanpa ragu kusuruh beliau duduk di sofa yang ada di ruang kerjaku dan kubaringkan. Dengan pelahan saya merentangkan kakinya sehingga saya sanggup melihat vaginanya yang penuh bulu itu, lantaran bulunya sangat lebat, terpaksa saya menyibakkannya sehingga sanggup kulihat bibir kemaluannya. Aku agak kaget ketika kulihat liang vagina Ibu Sugito ini begitu lebar dan bibirnya menjuntai keluar. Rupanya Ibu Sugito bahagia masturbasi dengan alat-alat sehingga liangnya jadi molor menyerupai ini. Aku eksklusif menanyakan hal ini kepadanya dan dengan malu-malu beliau mengiakan dugaanku. Untuk menangkal masalahnya, saya minta Ibu Sugito untuk dikala itu juga melaksanakan masturbasi di depanku, dengan ragu-ragu ia berdiri dan mengambil handbagnya, dari situ ia mengeluarkan sebuah alat menyerupai penis yang berwarna coklat, sesudah itu beliau duduk lagi dan mengambil posisi menyerupai jongkok untuk kemudian penis karet itu dimasukkannya ke dalam liang vaginanya hingga amblas tinggal pangkalnya saja. Setelah itu beliau memutar-mutar pantatnya di atas penis karet itu sambil memejamkan matanya. Aku sendiri jadi tak tahan melihat pemandangan ini, akupun duduk di depannya dan kukeluarkan penisku yang eksklusif juga kukocok-kocok mengimbangi Bu Sugito yang sedang asyik, Bu Sugito jadi kaget ketika melihat saya mengeluarkan penisku yang begitu panjangnya, gerakannya terhenti memandang penisku yang 18 cm itu. Ternyata beliau berani juga menanyakan mengapa kok tidak penisku saja yang dimasukkan vaginanya biar benar-benar nikmat, saya menyampaikan bahwa saya tidak boleh melaksanakan itu. Kuminta beliau biar segera berusaha mencapai puncak kenikmatannya. Rupanya Ibu Sugito tidak tahan melihat tanganku mengelus-elus penisku sendiri yang tegak lurus menyerupai tiang bendera itu. Ia mulai merintih makin usang makin keras dan balasannya ia mengejang mencapai kepuasannya. Dasar hiperseks, ketika ia melepas penis karetnya, tangannya ikut-ikutan meremas penisku dengan lembut. Aku berkata kepadanya bahwa saya mau memasukkan penisku ke vaginanya asal saya tidak melaksanakan gerakan apapun. Ibu Sugito mengangguk dan akupun segera mengarahkan penisku ke antara selangkangan Bu Sugito yang sudah merentangkan kakinya lebar-lebar itu. Sekali tekan penisku masuk separuh dan ternyata saya tidak bisa menghabiskan seluruh penisku ke dalam liangnya. Aku benar-benar heran, lantaran dengan penis karet yang begitu besar beliau sanggup menelannya hingga habis, tetapi kenapa penisku kok hanya masuk tiga perempatnya. Aku tidak peduli, sementara Ibu Sugito sibuk memutar-mutar pantatnya biar beliau sanggup mencapai orgasme lagi. Memang benar sekitar 5 menit beliau merintih keras dan kurasakan cairan hangat membasahi ujung penisku. Tanganku segera meraih interkom dan kupanggil Mery biar masuk. Ketika Mery memasuki ruanganku, Ibu Sugito jadi kaget dan berusaha menutupi tubuhnya, tetapi Mery tak peduli, beliau eksklusif mendatangiku yang duduk di kursi. Aku minta Mery untuk mengambil tisue berair dan membersihkan penisku yang masih gagah itu dengan tisue. Mery dengan sigap mengeringkan cairan vagina Ibu Sugito yang ada di penisku sementara saya membisu saja di atas kursi, ketika semuanya sudah kering dan bersih, Mery tanpa sungkan sempat mengulum ujung penisku serta meremasnya sebelum beliau masuk lagi ke ruangannya. Aku eksklusif kembali ke daerah dudukku dan segera kuberikan penangkal komplemen untuk problem Ibu Sugito ini, saya yakin bahwa dalam waktu 1 ahad suaminya akan kembali kepadanya, lantaran sebetulnya Ibu Sugito sangat terpelajar memuaskan suaminya hanya saja mungkin belakangan ini beliau terlalu sering main sendiri sehingga beliau jadi lengah.