Andani Citra: Akhir Berenang Bugil
Hari itu, sekitar jam 12 siang, saya gres saja datang di vilaku di puncak. Pak Joko, penjaga vilaku membukakan pintu garasi supaya saya sanggup memarkirkan mobilku. Pheew.. hasilnya saya sanggup melepaskan kepenatan sesudah seminggu lebih menempuh UAS. Aku ingin mengambil dikala damai sejenak, tanpa ditemani siapapun, saya ingin menikmatinya sendirian di tempat yang jauh dari hiruk pikuk ibukota. Agar saya lebih menikmati privacy-ku maka kusuruh Pak Joko pulang ke rumahnya yang memang di desa sekitar sini. Pak Joko sudah bekerja di tempat ini semenjak papaku membeli vila ini sekitar 7 tahun yang lalu, dengan keberadaannya, vila kami terawat baik dan belum pernah kemalingan. Usianya hampir menyerupai ayahku, 50-an lebih, tubuhnya tinggi kurus dengan kulit gelap terbakar matahari. Aku daridulu sebetulnya berniat mengerjainya, tapi mengingat ia cukup loyal pada ayahku dan terlalu jujur, maka kuurungkan niatku.
"Punten Neng, kalau contohnya ada perlu, Bapak niscaya ada di rumah kok, tinggal dateng aja" pamitnya.
Setelah Pak Joko meninggalkanku, saya membereskan semua bawaanku. Kulempar tubuhku ke atas kasur sambil menarik nafas panjang, lega sekali rasanya lepas dari buku-buku kuliah itu. Cuaca hari itu sangat cerah, matahari bersinar dengan diiringi embusan angin sepoi-sepoi sehingga menciptakan suasana rileks ini lebih terasa. Aku jadi ingin berenang rasanya, apalagi sesudah kulihat kolam renang di belakang airnya higienis sekali, Pak Joko memang telaten merawat vila ini. Segera kuambil perlengkapan renangku dan menuju ke kolam.
Sesampainya disana kurasakan suasanya yummy sekali, begitu tenang, yang terdengar hanya kicauan burung dan desiran air ditiup angin. Tiba-tiba muncul kegilaanku, mumpung sepi-sepi begini, bagimana kalau saya berenang tanpa busana saja, toh tidak ada siapa-siapa lagi disini selain saya lagipula saya bahagia orang mengagumi keindahan tubuhku. Maka tanpa pikir panjang lagi, saya pun melepas satu-persatu semua yang menempel di tubuhku termasuk arloji dan segala suplemen hingga benar-benar bugil menyerupai waktu gres dilahirkan. Setelah melepas anting yang terakhir menempel di tubuhku, saya pribadi terjun ke kolam. Aahh.. yummy sekali rasanya berenang bugil menyerupai ini, badan serasa lebih ringan. Beberapa kali saya bolak-balik dengan beberapa gaya kecuali gaya kupu-kupu (karena saya tidak bisa, hehe..)
20 menit lamanya saya berada di kolam, akupun merasa haus dan ingin istirahat sebentar dengan berjemur di pinggir kolam. Aku kemudian naik dan mengeringkan tubuhku dengan handuk, sesudah kuambil sekaleng coca-cola dari kulkas, saya kembali lagi ke kolam. Kurebahkan tubuhku pada dingklik santai disana dan kupakai kacamata hitamku sambil menikmati minumku. Agar kulitku yang putih mulus ini tidak terbakar matahari, kuambil suntan oilku dan kuoleskan di sekujur tubuhku hingga nampak berkilauan. Saking enaknya cuaca di sini membuatku mengantuk, hingga tak terasa saya pun pelan-pelan tertidur. Di tepi kolam itu saya berbaring tanpa sesuatu apapun yang menempel di tubuhku, kecuali sebuah kacamata hitam. Kalau saja dikala itu ada maling masuk dan melihat keadaanku menyerupai itu, tentu saya sudah diperkosanya habis-habisan.
Ditengah tidurku saya merasakan ada sesuatu yang meraba-raba tubuhku, tangan itu mengelus pahaku kemudian merambat ke dadaku. Ketika tangan itu menyentuh bibir kemaluanku tiba-tiba mataku terbuka dan saya pribadi terkejut alasannya yang kurasakan barusan ternyata bukan sekedar mimpi. Aku melihat seseorang sedang menggerayangi tubuhku dan begitu saya bangun orang itu dengan sigapnya mencengkram bahuku dan membekap mulutku dengan tangannya, mencegah supaya saya tidak menjerit. Aku mulai sanggup mengenali orang itu, ia yaitu Taryo, si penjaga vila tetangga, usianya sekitar 30-an, wajahnya buruk sekali dengan gigi agak tonggos, pipinya yang cekung dan matanya yang lebar itu sempurna di depan wajahku.
"Sstt.. mendingan Neng nurut aja, di sini udah ga ada siapa-siapa lagi, jadi jangan macam-macam!" ancamnya
Aku mengangguk saja walau masih agak terkejut, kemudian ia pelan-pelan melepaskan bekapannya pada mulutku
"Hehehe.. udah usang saya pengen ngerasain ngentot sama Neng!" katanya sambil matanya menatapi dadaku
"Ngentot ya ngentot, tapi yang sopan dong mintanya, gak usah kaya maling gitu!" kataku sewot.
Ternyata tanpa kusadari semenjak berenang ia sudah memperhatikanku dari loteng vila majikannya dan itu sering ia lakukan daridulu kalau ada perempuan berenang di sini. Mengetahui Pak Joko sedang tidak di sini dan saya tertidur, ia nekad memanjat tembok untuk masuk ke sini. Sebenarnya saya sedang tidak mood untuk ngeseks alasannya masih ingin istirahat, namun elusannya pada kawasan sensitifku membuatku BT (birahi tinggi).
"Heh, katanya mau merkosa gua, kok belum buka baju juga, dari tadi pegang-pegang doang beraninya!" tantangku.
"Hehe, iya Neng abis tetek Neng ini loh, molek banget sampe lupa deh" jawabnya seraya melepas baju lusuhnya.
Badannya tidak mengecewakan jadi juga, walaupun agak kurus dan dekil, penisnya yang sudah tegang cukup besar, seukuran sama punyanya si Wahyu, tukang air yang pernah main denganku (baca Tukang Air, Listrik, dan Bangunan).
Dia duduk di pinggir dingklik santai dan mulai menyedot payudaraku yang paling dikaguminya, sementara saya meraih penisnya dengan tanganku serta kukocok hingga kurasakan penis itu makin mengeras. Aku mendesis nikmat waktu tangannya membelai vaginaku dan menggosok-gosok bibirnya.
"Eenghh.. terus Tar.. oohh!" desahku sambil meremasi rambut Taryo yang sedang mengisap payudaraku.
Kepalanya kemudian pelan-pelan merambat ke bawah dan berhenti di kemaluanku. Aku mendesah makin tidak karuan ketika lidahnya bermain-main di sana ditambah lagi dengan jarinya yang bergerak keluar masuk. Aku hingga meremas-remas payudara dan menggigit jariku sendiri alasannya tidak berpengaruh menahan rasanya yang geli-geli yummy itu hingga hasilnya tubuhku mengejang dan vaginaku mengeluarkan cairan hangat. Dengan merem melek saya menjambak rambut si Taryo yang sedang menyeruput vaginaku. Perasaan itu berlangsung terus hingga kurasakan cairanku tidak keluar lagi, barulah Taryo melepaskan kepalanya dari situ, nampak mulutnya berair oleh cairan cintaku.
Belum beres saya mengatur nafasku yang memburu, mulutku sudah dilumatnya dengan ganas. Kurasakan aroma cairan cintaku sendiri pada mulutnya yang belepotan cairan itu. Aku agak kewalahan dengan lidahnya yang bermain di rongga mulutku, masalahnya nafasnya agak bau, entah wangi rokok atau jengkol. Setelah beberapa menit gres saya sanggup beradapatasi, kubalas permainan lidahnya hingga pengecap kami saling membelit dan mengisap. Cukup usang juga kami berpagutan, ia juga menjilati wajahku yang halus tanpa nanah hingga wajahku berair oleh liurnya.
"Gua ga tahan lagi Tar, sini gua emut yang punya lu" kataku.
Si Taryo pribadi bangun dan berdiri di sampingku menyodorkan penisnya. Masih dalam posisi berbaring di dingklik santai, kugenggam benda itu, kukocok dan kujilati sejenak sebelum kumasukkan ke mulut.
Mulutku terisi penuh oleh penisnya, itu pun tidak menampung seluruhnya paling cuma masuk 3/4nya saja. Aku memainkan lidahku mengitari kepala penisnya yang menyerupai helm itu, terkadang juga saya menjilati lubang kencingnya sehingga badan pemiliknya bergetar dan mendesah-desah keenakan. Satu tangannya memegangi kepalaku dan dimaju-mundurkannya pinggulnya sehingga saya gelagapan.
"Eemmpp.. emmphh.. nngg..!" saya mendesah tertahan alasannya nyaris kehabisan nafas, namun tidak dipedulikannya. Kepala penis itu berkali-kali menyentuh dinding kerongkonganku. Kemudian kurasakan ada cairan memenuhi mulutku. Aku berusaha menelan cairan itu, tapi alasannya banyaknya cairan itu meleleh di sekitar bibirku. Belum habis semburannya, ia menarik keluar penisnya, sehingga semburan berikut mendarat disekujur wajahku, kacamata hitamku juga berair kecipratan maninya.
Kulepaskan kacamata hitam itu, kemudian kuseka wajahku dengan tanganku. Sisa-sisa sperma yang menempel di jariku kujilati hingga habis. Saat itu mendadak pintu terbuka dan Pak Joko muncul dari sana, ia bengong melihat kami berdua yang sedang bugil. Aku sendiri sempat kaget dengan kehadirannya, saya takut ia membocorkan semua ini pada ortuku.
"Eehh.. maaf Neng, Bapak cuma mau ngambil uang Bapak di kamar, ga tau kalo Neng lagi gituan" katanya terbata-bata.
Karena sudah tanggung, akupun nekad mengatakan diriku dan berjalan ke arahnya.
"Ah.. ga apa-apa Pak, mending Bapak ikutan aja yuk!" godaku.
Jakunnya turun naik melihat kepolosan tubuhku, meskipun agak gugup matanya terus tertuju ke payudaraku. Aku mengelus-elus batangnya dari luar membuatnya terangsang.
Akhirnya ia mulai berani memegang payudaraku, bahkan meremasnya. Aku sendiri membantu melepas kancing bajunya dan meraba-raba dadanya.
"Neng, tetek Neng gede juga yah.. yummy yah diginiin sama Bapak?" Sambil tangannya terus meremasi payudaraku.
Dalam posisi memeluk itupun saya perlahan membuka celana panjangnya, sesudah itu saya turunkan juga celana kolornya. Nampaklah kemaluannya yang hitam menggantung, jari-jariku pun mulai menggenggamnya. Dalam genggamanku kurasakan benda itu bergetar dan mengeras. Pelan-pelan tubuhku mulai menurun hingga berjongkok di hadapannya, tanpa basa-basi lagi kumasukkan batang di genggamanku itu ke mulut, kujilati dan kuemut-emut hingga pemiliknya mengerang keenakan
"Wah, Pak Joko sama majikan sendiri aja malu-malu!" seru si Taryo yang memperhatikan Pak Joko agak grogi menikmati oral seks-ku.
Taryo kemudian mendekati kami dan meraih tanganku untuk mengocok kemaluannya. Secara bergantian lisan dan tanganku melayani kedua penis yang sudah menegang itu. Tidak puas hanya menikmati tanganku, sesaat kemudian Taryo pindah ke belakangku, tubuhku dibuatnya bertumpu pada lutut dan kedua tanganku. Aku mulai merasakan ada benda yang menyeruak masuk ke dalam vaginaku. Seperti biasa, mulutku menganga mengeluarkan desahan meresapi inci demi inci penisnya memasuki vaginaku. Aku disetubuhinya dari belakang, sambil menyodok, kepalanya merayap ke balik ketiak hingga mulutnya hinggap pada payudaraku. Aku menggelinjang tak karuan waktu puting kananku digigitnya dengan gemas, kocokanku pada penis Pak Joko makin bersemangat.
Rupanya saya telah menciptakan Pak Joko ketagihan, ia jadi begitu kasar memperkosa mulutku dengan memaju-mundurkan pinggulnya seolah sedang bersetubuh. Kepalaku pun dipeganginya dengan erat hingga kesempatan untuk menghirup udara segar pun saya tidak ada. Akhirnya saya hanya sanggup pasrah saja disenggamai dari dua arah oleh mereka, sodokan dari salah satunya menjadikan penis yang lain makin menghujam ke tubuhku. Perasaan ini sungguh sulit dilukiskan, ketika penis si Taryo menyentuh bab terdalam dari rahimku dan ketika penis Pak Joko menyentuh kerongkonganku, belum lagi mereka terkadang memainkan payudara atau meremasi pantatku. Aku serasa terbang melayang-layang dibuatnya hingga hasilnya tubuhku mengejang dan mataku membelakak, mau menjerit tapi teredam oleh penis Pak Joko. Bersamaan dengan itu pula genjotan si Taryo terasa makin bertenaga. Kami pun mencapai orgasme bersamaan, saya sanggup merasakan spermanya yang menyembur deras di dalamku, dari selangkanganku meleleh cairan hasil persenggamaan.
Setelah mencapai orgasme yang cukup panjang, tubuhku berkeringat, mereka agaknya mengerti keadaanku dan menghentikan kegiatannya.
"Neng, boleh ga Bapak masukin anu Bapak ke itunya Neng?" tanya Pak Joko lembut.
Saya cuma mengangguk, kemudian ia bilang lagi, "Tapi Neng istirahat aja dulu, kayanya Neng masih cape sih".
Aku turun ke kolam, dan duduk berselonjor di kawasan dangkal untuk menyegarkan diriku. Mereka berdua juga ikut turun ke kolam, Taryo duduk di sebelah kiriku dan Pak Joko di kananku. Kami mengobrol sambil memulihkan tenaga, selama itu tangan jahil mereka selalu saja meremas atau mengelus dada, paha, dan bab sensitif lainnya. Yang satu ditepis yang lain hinggap di bab lainnya, lama-lama ya saya biarkan saja, lagipula saya menikmatinya kok.
"Neng, Bapak masukin kini aja yah, udah ga tahan daritadi belum rasain itunya Neng" kata Pak Joko mengambil posisi berlutut di depanku.
Dia kemudian membuka pahaku sesudah kuanggukan kepala merestuinya, ia arahkan penisnya yang panjang dan keras itu ke vaginaku, tapi ia tidak pribadi menusuknya tapi menggesekannya pada bibir kemaluanku sehingga saya berkelejotan kegelian dan meremas penis Taryo yang sedang menjilati leher di bawah telingaku.
"Aahh.. Pak cepet masukin dong, udah kebelet nih!" desahku tak tertahankan.
Aku meringis dikala ia mulai menekan masuk penisnya. Kini vaginaku telah terisi oleh benda hitam panjang itu dan benda itu mulai bergerak keluar masuk memberi sensasi nikmat ke seluruh tubuh.
"Wah.. seret banget memeknya Neng, kalo tau gini udah dari dulu Bapak entotin" ceracaunya.
"Brengsek juga lu, udah bercucu juga masih piktor, gua kira lu alim" kataku dalam hati.
Setelah 15 menit ia genjot saya dalam posisi itu, ia melepas penisnya kemudian duduk berselonjor dan manaikkan tubuhku ke penisnya. Dengan refleks akupun menggenggam penis itu sambil menurunkan tubuhku hingga benda itu amblas ke dalamku. Dia memegangi kedua bongkahan pantatku yang padat berisi itu, secara bersamaan kami mulai menggoyangkan badan kami. Desahan kami bercampur baur dengan suara kecipak air kolam, tubuhku tersentak-sentak tak terkendali, kepalaku kugelengkan kesana-kemari, kedua payudaraku yang terguncang-guncang tidak luput dari tangan dan lisan mereka. Pak Joko memperhatikan penisnya sedang keluar masuk di vagina seorang gadis 21 tahun, anak majikannya sendiri, tampaknya ia tak habis pikir betapa untungnya berkesempatan merasakan badan seorang gadis muda yang niscaya sudah usang tidak dirasakannya.
Goyangan kami terhenti sejenak ketika Taryo tiba-tiba mendorong punggungku sehingga pantatku semakin menungging dan payudaraku makin tertekan ke wajah Pak Joko. Taryo membuka pantatku dan mengarahkan penisnya ke sana
"Aduuh.. pelan-pelan Tar, sakit tau.. aww!" rintihku waktu ia mendorong masuk penisnya.
Bagian bawahku rasanya sesak sekali alasannya dijejali dua batang penis besar. Kami kembali bergoyang, sakit yang tadi kurasakan perlahan-lahan bermetamorfosis rasa nikmat yang menjalari tubuhku. Aku menjerit sejadi-jadinya ketika Taryo menyodok pantatku dengan kasar, kuomeli ia supaya lebih lembut dikit. Bukannya mendengar, Taryo malah makin buas menggenjotku. Pak Joko melumat bibirku dan memainkan lidahnya di dalam mulutku supaya saya tidak terlalu ribut.
Hal itu berlangsung sekitar 20 menit lamanya hingga saya merasakan tubuhku menyerupai mau meledak, yang sanggup kulakukan hanya menjerit panjang dan memeluk Pak Joko erat-erat hingga kukuku mencakar punggungnya. Selama beberapa detik tubuhku menegang hingga hasilnya melemas kembali dalam dekapan Pak Joko. Namun mereka masih saja memompaku tanpa peduli padaku yang sudah lemas ini. Erangan yang keluar dari mulutku pun terdengar makin tak bertenaga. Tiba-tiba pelukan mereka terasa makin erat hingga membuatku sulit bernafas, serangan mereka juga makin dahsyat, putingku disedot kuat-kuat oleh Pak Joko, dan Taryo menjambak rambutku. Aku kemudian merasakan cairan hangat menyembur di dalam vagina dan anusku, di air nampak sedikit cairan putih susu itu melayang-layang. Mereka berdua pun terkulai lemas diantara tubuhku dengan penis masih tertancap.
Setelah sisa-sisa kenikmatan tadi mereda, akupun mengajak mereka naik ke atas. Sambil mengelap tubuhku yang berair kuyup, saya berjalan menuju kamar mandi. Eh.. ternyata mereka mengikutiku dan memaksa ikut mandi bersama. Akhirnya kuiyakan saja deh supaya mereka senang. Disana saya cuma duduk, merekalah yang menyiram, menggosok, dan menyabuniku tentunya sambil menggerayangi. Bagian kemaluan dan payudaraku paling usang mereka sabuni hingga saya menyindir
"Lho.. kok yang disabun disitu-situ aja sih, mandinya ga beres-beres dong, masbodoh nih" disambut gelak tawa kami.
Setelah itu, giliran akulah yang memandikan mereka, dikala itulah nafsu mereka bangun lagi, akupun kembali digarap di kamar mandi.
Hari itu saya dikerjai terus-menerus oleh mereka hingga mereka menginap dan tidur denganku di ranjang spring bed-ku. Sejak itu kalau ada sex party di vila ini, mereka berdua selalu diajak dengan syarat jangan hingga diam-diam ini bocor. Aku bahagia alasannya ada alat pemuas hasratku, mereka pun bahagia alasannya sanggup merasakan tubuhku dan teman-teman kuliahku yang masih muda dan cantik. Makara ada variasi dalam kehidupan seks kami, tidak selalu main sama teman-teman perjaka di kampus. Lain hari saya akan menceritakan bagaimana jahilnya saya mengerjai teman-teman kuliahku sehingga mereka jatuh ke tangan Pak Joko dan Taryo dan juga pengalaman-pengalamanku lainnya, harap sabar yah, soalnya kan saya juga sibuk, tidak sanggup terus-terusan menulis di 17Tahun.
Tamat
"Punten Neng, kalau contohnya ada perlu, Bapak niscaya ada di rumah kok, tinggal dateng aja" pamitnya.
Setelah Pak Joko meninggalkanku, saya membereskan semua bawaanku. Kulempar tubuhku ke atas kasur sambil menarik nafas panjang, lega sekali rasanya lepas dari buku-buku kuliah itu. Cuaca hari itu sangat cerah, matahari bersinar dengan diiringi embusan angin sepoi-sepoi sehingga menciptakan suasana rileks ini lebih terasa. Aku jadi ingin berenang rasanya, apalagi sesudah kulihat kolam renang di belakang airnya higienis sekali, Pak Joko memang telaten merawat vila ini. Segera kuambil perlengkapan renangku dan menuju ke kolam.
Sesampainya disana kurasakan suasanya yummy sekali, begitu tenang, yang terdengar hanya kicauan burung dan desiran air ditiup angin. Tiba-tiba muncul kegilaanku, mumpung sepi-sepi begini, bagimana kalau saya berenang tanpa busana saja, toh tidak ada siapa-siapa lagi disini selain saya lagipula saya bahagia orang mengagumi keindahan tubuhku. Maka tanpa pikir panjang lagi, saya pun melepas satu-persatu semua yang menempel di tubuhku termasuk arloji dan segala suplemen hingga benar-benar bugil menyerupai waktu gres dilahirkan. Setelah melepas anting yang terakhir menempel di tubuhku, saya pribadi terjun ke kolam. Aahh.. yummy sekali rasanya berenang bugil menyerupai ini, badan serasa lebih ringan. Beberapa kali saya bolak-balik dengan beberapa gaya kecuali gaya kupu-kupu (karena saya tidak bisa, hehe..)
20 menit lamanya saya berada di kolam, akupun merasa haus dan ingin istirahat sebentar dengan berjemur di pinggir kolam. Aku kemudian naik dan mengeringkan tubuhku dengan handuk, sesudah kuambil sekaleng coca-cola dari kulkas, saya kembali lagi ke kolam. Kurebahkan tubuhku pada dingklik santai disana dan kupakai kacamata hitamku sambil menikmati minumku. Agar kulitku yang putih mulus ini tidak terbakar matahari, kuambil suntan oilku dan kuoleskan di sekujur tubuhku hingga nampak berkilauan. Saking enaknya cuaca di sini membuatku mengantuk, hingga tak terasa saya pun pelan-pelan tertidur. Di tepi kolam itu saya berbaring tanpa sesuatu apapun yang menempel di tubuhku, kecuali sebuah kacamata hitam. Kalau saja dikala itu ada maling masuk dan melihat keadaanku menyerupai itu, tentu saya sudah diperkosanya habis-habisan.
Ditengah tidurku saya merasakan ada sesuatu yang meraba-raba tubuhku, tangan itu mengelus pahaku kemudian merambat ke dadaku. Ketika tangan itu menyentuh bibir kemaluanku tiba-tiba mataku terbuka dan saya pribadi terkejut alasannya yang kurasakan barusan ternyata bukan sekedar mimpi. Aku melihat seseorang sedang menggerayangi tubuhku dan begitu saya bangun orang itu dengan sigapnya mencengkram bahuku dan membekap mulutku dengan tangannya, mencegah supaya saya tidak menjerit. Aku mulai sanggup mengenali orang itu, ia yaitu Taryo, si penjaga vila tetangga, usianya sekitar 30-an, wajahnya buruk sekali dengan gigi agak tonggos, pipinya yang cekung dan matanya yang lebar itu sempurna di depan wajahku.
"Sstt.. mendingan Neng nurut aja, di sini udah ga ada siapa-siapa lagi, jadi jangan macam-macam!" ancamnya
Aku mengangguk saja walau masih agak terkejut, kemudian ia pelan-pelan melepaskan bekapannya pada mulutku
"Hehehe.. udah usang saya pengen ngerasain ngentot sama Neng!" katanya sambil matanya menatapi dadaku
"Ngentot ya ngentot, tapi yang sopan dong mintanya, gak usah kaya maling gitu!" kataku sewot.
Ternyata tanpa kusadari semenjak berenang ia sudah memperhatikanku dari loteng vila majikannya dan itu sering ia lakukan daridulu kalau ada perempuan berenang di sini. Mengetahui Pak Joko sedang tidak di sini dan saya tertidur, ia nekad memanjat tembok untuk masuk ke sini. Sebenarnya saya sedang tidak mood untuk ngeseks alasannya masih ingin istirahat, namun elusannya pada kawasan sensitifku membuatku BT (birahi tinggi).
"Heh, katanya mau merkosa gua, kok belum buka baju juga, dari tadi pegang-pegang doang beraninya!" tantangku.
"Hehe, iya Neng abis tetek Neng ini loh, molek banget sampe lupa deh" jawabnya seraya melepas baju lusuhnya.
Badannya tidak mengecewakan jadi juga, walaupun agak kurus dan dekil, penisnya yang sudah tegang cukup besar, seukuran sama punyanya si Wahyu, tukang air yang pernah main denganku (baca Tukang Air, Listrik, dan Bangunan).
Dia duduk di pinggir dingklik santai dan mulai menyedot payudaraku yang paling dikaguminya, sementara saya meraih penisnya dengan tanganku serta kukocok hingga kurasakan penis itu makin mengeras. Aku mendesis nikmat waktu tangannya membelai vaginaku dan menggosok-gosok bibirnya.
"Eenghh.. terus Tar.. oohh!" desahku sambil meremasi rambut Taryo yang sedang mengisap payudaraku.
Kepalanya kemudian pelan-pelan merambat ke bawah dan berhenti di kemaluanku. Aku mendesah makin tidak karuan ketika lidahnya bermain-main di sana ditambah lagi dengan jarinya yang bergerak keluar masuk. Aku hingga meremas-remas payudara dan menggigit jariku sendiri alasannya tidak berpengaruh menahan rasanya yang geli-geli yummy itu hingga hasilnya tubuhku mengejang dan vaginaku mengeluarkan cairan hangat. Dengan merem melek saya menjambak rambut si Taryo yang sedang menyeruput vaginaku. Perasaan itu berlangsung terus hingga kurasakan cairanku tidak keluar lagi, barulah Taryo melepaskan kepalanya dari situ, nampak mulutnya berair oleh cairan cintaku.
Belum beres saya mengatur nafasku yang memburu, mulutku sudah dilumatnya dengan ganas. Kurasakan aroma cairan cintaku sendiri pada mulutnya yang belepotan cairan itu. Aku agak kewalahan dengan lidahnya yang bermain di rongga mulutku, masalahnya nafasnya agak bau, entah wangi rokok atau jengkol. Setelah beberapa menit gres saya sanggup beradapatasi, kubalas permainan lidahnya hingga pengecap kami saling membelit dan mengisap. Cukup usang juga kami berpagutan, ia juga menjilati wajahku yang halus tanpa nanah hingga wajahku berair oleh liurnya.
"Gua ga tahan lagi Tar, sini gua emut yang punya lu" kataku.
Si Taryo pribadi bangun dan berdiri di sampingku menyodorkan penisnya. Masih dalam posisi berbaring di dingklik santai, kugenggam benda itu, kukocok dan kujilati sejenak sebelum kumasukkan ke mulut.
Mulutku terisi penuh oleh penisnya, itu pun tidak menampung seluruhnya paling cuma masuk 3/4nya saja. Aku memainkan lidahku mengitari kepala penisnya yang menyerupai helm itu, terkadang juga saya menjilati lubang kencingnya sehingga badan pemiliknya bergetar dan mendesah-desah keenakan. Satu tangannya memegangi kepalaku dan dimaju-mundurkannya pinggulnya sehingga saya gelagapan.
"Eemmpp.. emmphh.. nngg..!" saya mendesah tertahan alasannya nyaris kehabisan nafas, namun tidak dipedulikannya. Kepala penis itu berkali-kali menyentuh dinding kerongkonganku. Kemudian kurasakan ada cairan memenuhi mulutku. Aku berusaha menelan cairan itu, tapi alasannya banyaknya cairan itu meleleh di sekitar bibirku. Belum habis semburannya, ia menarik keluar penisnya, sehingga semburan berikut mendarat disekujur wajahku, kacamata hitamku juga berair kecipratan maninya.
Kulepaskan kacamata hitam itu, kemudian kuseka wajahku dengan tanganku. Sisa-sisa sperma yang menempel di jariku kujilati hingga habis. Saat itu mendadak pintu terbuka dan Pak Joko muncul dari sana, ia bengong melihat kami berdua yang sedang bugil. Aku sendiri sempat kaget dengan kehadirannya, saya takut ia membocorkan semua ini pada ortuku.
"Eehh.. maaf Neng, Bapak cuma mau ngambil uang Bapak di kamar, ga tau kalo Neng lagi gituan" katanya terbata-bata.
Karena sudah tanggung, akupun nekad mengatakan diriku dan berjalan ke arahnya.
"Ah.. ga apa-apa Pak, mending Bapak ikutan aja yuk!" godaku.
Jakunnya turun naik melihat kepolosan tubuhku, meskipun agak gugup matanya terus tertuju ke payudaraku. Aku mengelus-elus batangnya dari luar membuatnya terangsang.
Akhirnya ia mulai berani memegang payudaraku, bahkan meremasnya. Aku sendiri membantu melepas kancing bajunya dan meraba-raba dadanya.
"Neng, tetek Neng gede juga yah.. yummy yah diginiin sama Bapak?" Sambil tangannya terus meremasi payudaraku.
Dalam posisi memeluk itupun saya perlahan membuka celana panjangnya, sesudah itu saya turunkan juga celana kolornya. Nampaklah kemaluannya yang hitam menggantung, jari-jariku pun mulai menggenggamnya. Dalam genggamanku kurasakan benda itu bergetar dan mengeras. Pelan-pelan tubuhku mulai menurun hingga berjongkok di hadapannya, tanpa basa-basi lagi kumasukkan batang di genggamanku itu ke mulut, kujilati dan kuemut-emut hingga pemiliknya mengerang keenakan
"Wah, Pak Joko sama majikan sendiri aja malu-malu!" seru si Taryo yang memperhatikan Pak Joko agak grogi menikmati oral seks-ku.
Taryo kemudian mendekati kami dan meraih tanganku untuk mengocok kemaluannya. Secara bergantian lisan dan tanganku melayani kedua penis yang sudah menegang itu. Tidak puas hanya menikmati tanganku, sesaat kemudian Taryo pindah ke belakangku, tubuhku dibuatnya bertumpu pada lutut dan kedua tanganku. Aku mulai merasakan ada benda yang menyeruak masuk ke dalam vaginaku. Seperti biasa, mulutku menganga mengeluarkan desahan meresapi inci demi inci penisnya memasuki vaginaku. Aku disetubuhinya dari belakang, sambil menyodok, kepalanya merayap ke balik ketiak hingga mulutnya hinggap pada payudaraku. Aku menggelinjang tak karuan waktu puting kananku digigitnya dengan gemas, kocokanku pada penis Pak Joko makin bersemangat.
Rupanya saya telah menciptakan Pak Joko ketagihan, ia jadi begitu kasar memperkosa mulutku dengan memaju-mundurkan pinggulnya seolah sedang bersetubuh. Kepalaku pun dipeganginya dengan erat hingga kesempatan untuk menghirup udara segar pun saya tidak ada. Akhirnya saya hanya sanggup pasrah saja disenggamai dari dua arah oleh mereka, sodokan dari salah satunya menjadikan penis yang lain makin menghujam ke tubuhku. Perasaan ini sungguh sulit dilukiskan, ketika penis si Taryo menyentuh bab terdalam dari rahimku dan ketika penis Pak Joko menyentuh kerongkonganku, belum lagi mereka terkadang memainkan payudara atau meremasi pantatku. Aku serasa terbang melayang-layang dibuatnya hingga hasilnya tubuhku mengejang dan mataku membelakak, mau menjerit tapi teredam oleh penis Pak Joko. Bersamaan dengan itu pula genjotan si Taryo terasa makin bertenaga. Kami pun mencapai orgasme bersamaan, saya sanggup merasakan spermanya yang menyembur deras di dalamku, dari selangkanganku meleleh cairan hasil persenggamaan.
Setelah mencapai orgasme yang cukup panjang, tubuhku berkeringat, mereka agaknya mengerti keadaanku dan menghentikan kegiatannya.
"Neng, boleh ga Bapak masukin anu Bapak ke itunya Neng?" tanya Pak Joko lembut.
Saya cuma mengangguk, kemudian ia bilang lagi, "Tapi Neng istirahat aja dulu, kayanya Neng masih cape sih".
Aku turun ke kolam, dan duduk berselonjor di kawasan dangkal untuk menyegarkan diriku. Mereka berdua juga ikut turun ke kolam, Taryo duduk di sebelah kiriku dan Pak Joko di kananku. Kami mengobrol sambil memulihkan tenaga, selama itu tangan jahil mereka selalu saja meremas atau mengelus dada, paha, dan bab sensitif lainnya. Yang satu ditepis yang lain hinggap di bab lainnya, lama-lama ya saya biarkan saja, lagipula saya menikmatinya kok.
"Neng, Bapak masukin kini aja yah, udah ga tahan daritadi belum rasain itunya Neng" kata Pak Joko mengambil posisi berlutut di depanku.
Dia kemudian membuka pahaku sesudah kuanggukan kepala merestuinya, ia arahkan penisnya yang panjang dan keras itu ke vaginaku, tapi ia tidak pribadi menusuknya tapi menggesekannya pada bibir kemaluanku sehingga saya berkelejotan kegelian dan meremas penis Taryo yang sedang menjilati leher di bawah telingaku.
"Aahh.. Pak cepet masukin dong, udah kebelet nih!" desahku tak tertahankan.
Aku meringis dikala ia mulai menekan masuk penisnya. Kini vaginaku telah terisi oleh benda hitam panjang itu dan benda itu mulai bergerak keluar masuk memberi sensasi nikmat ke seluruh tubuh.
"Wah.. seret banget memeknya Neng, kalo tau gini udah dari dulu Bapak entotin" ceracaunya.
"Brengsek juga lu, udah bercucu juga masih piktor, gua kira lu alim" kataku dalam hati.
Setelah 15 menit ia genjot saya dalam posisi itu, ia melepas penisnya kemudian duduk berselonjor dan manaikkan tubuhku ke penisnya. Dengan refleks akupun menggenggam penis itu sambil menurunkan tubuhku hingga benda itu amblas ke dalamku. Dia memegangi kedua bongkahan pantatku yang padat berisi itu, secara bersamaan kami mulai menggoyangkan badan kami. Desahan kami bercampur baur dengan suara kecipak air kolam, tubuhku tersentak-sentak tak terkendali, kepalaku kugelengkan kesana-kemari, kedua payudaraku yang terguncang-guncang tidak luput dari tangan dan lisan mereka. Pak Joko memperhatikan penisnya sedang keluar masuk di vagina seorang gadis 21 tahun, anak majikannya sendiri, tampaknya ia tak habis pikir betapa untungnya berkesempatan merasakan badan seorang gadis muda yang niscaya sudah usang tidak dirasakannya.
Goyangan kami terhenti sejenak ketika Taryo tiba-tiba mendorong punggungku sehingga pantatku semakin menungging dan payudaraku makin tertekan ke wajah Pak Joko. Taryo membuka pantatku dan mengarahkan penisnya ke sana
"Aduuh.. pelan-pelan Tar, sakit tau.. aww!" rintihku waktu ia mendorong masuk penisnya.
Bagian bawahku rasanya sesak sekali alasannya dijejali dua batang penis besar. Kami kembali bergoyang, sakit yang tadi kurasakan perlahan-lahan bermetamorfosis rasa nikmat yang menjalari tubuhku. Aku menjerit sejadi-jadinya ketika Taryo menyodok pantatku dengan kasar, kuomeli ia supaya lebih lembut dikit. Bukannya mendengar, Taryo malah makin buas menggenjotku. Pak Joko melumat bibirku dan memainkan lidahnya di dalam mulutku supaya saya tidak terlalu ribut.
Hal itu berlangsung sekitar 20 menit lamanya hingga saya merasakan tubuhku menyerupai mau meledak, yang sanggup kulakukan hanya menjerit panjang dan memeluk Pak Joko erat-erat hingga kukuku mencakar punggungnya. Selama beberapa detik tubuhku menegang hingga hasilnya melemas kembali dalam dekapan Pak Joko. Namun mereka masih saja memompaku tanpa peduli padaku yang sudah lemas ini. Erangan yang keluar dari mulutku pun terdengar makin tak bertenaga. Tiba-tiba pelukan mereka terasa makin erat hingga membuatku sulit bernafas, serangan mereka juga makin dahsyat, putingku disedot kuat-kuat oleh Pak Joko, dan Taryo menjambak rambutku. Aku kemudian merasakan cairan hangat menyembur di dalam vagina dan anusku, di air nampak sedikit cairan putih susu itu melayang-layang. Mereka berdua pun terkulai lemas diantara tubuhku dengan penis masih tertancap.
Setelah sisa-sisa kenikmatan tadi mereda, akupun mengajak mereka naik ke atas. Sambil mengelap tubuhku yang berair kuyup, saya berjalan menuju kamar mandi. Eh.. ternyata mereka mengikutiku dan memaksa ikut mandi bersama. Akhirnya kuiyakan saja deh supaya mereka senang. Disana saya cuma duduk, merekalah yang menyiram, menggosok, dan menyabuniku tentunya sambil menggerayangi. Bagian kemaluan dan payudaraku paling usang mereka sabuni hingga saya menyindir
"Lho.. kok yang disabun disitu-situ aja sih, mandinya ga beres-beres dong, masbodoh nih" disambut gelak tawa kami.
Setelah itu, giliran akulah yang memandikan mereka, dikala itulah nafsu mereka bangun lagi, akupun kembali digarap di kamar mandi.
Hari itu saya dikerjai terus-menerus oleh mereka hingga mereka menginap dan tidur denganku di ranjang spring bed-ku. Sejak itu kalau ada sex party di vila ini, mereka berdua selalu diajak dengan syarat jangan hingga diam-diam ini bocor. Aku bahagia alasannya ada alat pemuas hasratku, mereka pun bahagia alasannya sanggup merasakan tubuhku dan teman-teman kuliahku yang masih muda dan cantik. Makara ada variasi dalam kehidupan seks kami, tidak selalu main sama teman-teman perjaka di kampus. Lain hari saya akan menceritakan bagaimana jahilnya saya mengerjai teman-teman kuliahku sehingga mereka jatuh ke tangan Pak Joko dan Taryo dan juga pengalaman-pengalamanku lainnya, harap sabar yah, soalnya kan saya juga sibuk, tidak sanggup terus-terusan menulis di 17Tahun.
Tamat