Cerita Dewasa: Cinta Sesaat Dimalam Yang Gelap
Cerita dewasa: Cinta Sesaat Dimalam Yang Gelap - Ini yakni hari sabtu malam, lebih tepatnya malam minggu. Buatku ini yakni hari yang membosankan alasannya saya termasuk seorang jomblo. Bukan alasannya tidak laris tapi alasannya saya masih sakit hati sehabis beberapa waktu yang kemudian putus dengan pacarku.
Seperti malam ahad sebelumnya, malam ini saya habiskan hanya untuk minum dan mabuk hingga puas di sebuah kafe remang-remang, tempat biasa yang sering saya gunakan final tanggapan ini untuk melepas semua kepenatanku. Seperti biasa, hingga dikafe saya memesan minuman kesukaanku dan beberapa masakan ringan untuk menemani. Tak lupa sebatang rokok saya nyalain.
Kafe memang cukup ramai alasannya setiap malam ahad ada live musik dari group grup band lokal yang biasa mengisi acara. beberapa lagu yang dibawakan juga tak bisa menghibur suasana hatiku malam itu.
Setelah beberapa saat, kira kira satu jam, saya ingat tadi sebelum berangkat kakakku nitip untuk dibelikan sebuah majalah untuk dibacanya besok. Sekedar gosip saja, kakaku ini seorang cewek yang suka membaca tabloid dan buku-buku seputar kecantikan dan orangnya memang sayang banget sama aku. Untuk itulah, setiap apapun keinginanku selalu ia turuti dan ia memang orangnya sangat sabar.
Begitu pula sebaliknya, karna ia begitu baik, akupun ga mau mengecewakannya. Kulirik jam tangan di tanganku, 8:10, dengan kondisi tubuh yang sudah setengah mabuk, Saat itu juga saya pribadi cabut untuk membelikan majalah kesayangan kakakku sebelum toko tutup dan saya ga mau kakaku kecewa karna pulang tidak membawa majalah kesayangannya.
Tepat jam 8:30 saya hingga di sebuah toko buku Gramedia di Gatot Subroto untuk membeli majalah edisi khusus pesanan kakakku, yang katanya sih edisi terbatas. Hari itu saya mengenakan kaos t-shirt putih dan celana katun abu-abu.
Oya Pembaca Cerita Dewasa, sedikit saya ceritakan wacana data pribadiku, Sebenarnya potongan badanku sih biasa saja, tinggi 170 cm berat 63 kg, tubuh cukup tegap, rambut cepak. Wajahku biasa saja, bahkan cenderung terkesan sangar. Agak kotak, hidung biasa, tidak mancung dan tidak pesek, mataku agak kecil selalu menatap dengan tajam, alisku tebal dan jidatku cukup pas deh. Makara tidak ada yang istimewa denganku.
Sebelum saya sempat masuk toko, tiba tiba suasana menjadi gelap, yaaaah, mati lampu lagi. Memang sudah 3 hari ini sering terjadi pemadaman bergilir di daerah ini. Sesaat sehabis itu, kira kira 5 menit beberapa pegawai sudah menyalakan lampu penerangan darurat dengan lampu emergency.
Saat itu keadaan di toko buku tersebut tidak terlalu ramai, meskipun ketika itu yakni malam minggu, hanya ada sekitar 10-12 orang. Selain itu mungkin alasannya barusan mati lampu jadi pada males untuk membaca atau membeli buku. Aku sendiri bekerjsama males, namun alasannya sekali lagi saya gak mau mengecewakan kakakku, akupun nekat masuk ke toko.
Aku segera mendatangi rak kepingan majalah. Nah, ketika saya hendak mengambil majalah tersebut ada tangan yang juga hendak mengambil majalah tersebut.
Kami sempat saling merebut sesaat (sepersekian detik) dan kemudian saling melepaskan pegangan pada majalah tersebut hingga majalah tersebut jatuh ke lantai.
"Maaf.." kataku sambil memungut majalah tersebut dan memberikannya kepada orang tersebut yang ternyata yakni seorang perempuan yang berumur sekitar 37 tahun (dan ternyata tebakanku salah, yang benar 36 tahun), berwajah bulat, bermata tajam (bahkan agak berani), tingginya sama denganku (memakai sepatu hak tinggi), dan dadanya cukup membusung.
"Busyet! semok juga nih perempuan", pikirku. Entah alasannya otakku yang sudah tercampur dengan minuman tadi atau memang ini perempuan bener bener cantik, yang terang ketika itu ada perasaan yang abnormal di otakku
Kami sempat saling merebut sesaat (sepersekian detik) dan kemudian saling melepaskan pegangan pada majalah tersebut hingga majalah tersebut jatuh ke lantai.
"Maaf.." kataku sambil memungut majalah tersebut dan memberikannya kepada orang tersebut yang ternyata yakni seorang perempuan yang berumur sekitar 37 tahun (dan ternyata tebakanku salah, yang benar 36 tahun), berwajah bulat, bermata tajam (bahkan agak berani), tingginya sama denganku (memakai sepatu hak tinggi), dan dadanya cukup membusung.
"Busyet! semok juga nih perempuan", pikirku. Entah alasannya otakku yang sudah tercampur dengan minuman tadi atau memang ini perempuan bener bener cantik, yang terang ketika itu ada perasaan yang abnormal di otakku
"Nggak pa-pa kok, nyari majalah ini juga yah.. saya sudah mencari ke mana-mana tapi nggak dapet", katanya sambil tersenyum manis.
"Yah, edisi ini katanya sih terbatas Mbak.."
"Kamu juga suka mode dan bersolek yah?"
"Nggak kok, cuma titipan kakakku aja kok.."
Lalu kami berbicara banyak wacana banyak hal yang saya sendiri kadang ga paham hingga akhirnya, "Vir.. vira sudah dapet komiknya, beli dua ya Vir", potong seorang cewek yang mungkin temannya atau siapa saya sendiri kurang menanggapi.
"Sudah dapet Nit.. oh ya maaf ya Dik, Mbak duluan", katanya sambil menggandeng perempuan tadi yang mungkin namanya Nita alasannya dari cara mbak Vira tadi manggilnya.
Ya sudah, nggak sanggup majalah ya nggak pa-pa, saya lihat-lihat buku terbitan yang gres saja.
Sekitar setengah jam kemudian ada yang menegurku.
"Hi, asyik amat baca bukunya", tegur bunyi perempuan yang halus dan ternyata yang menegurku yakni perempuan yang tadi pergi bersama temannya tadi.
Rupanaya ia balik lagi, nggak bawa temannya.
"Ada yang kelupaan Mbak?"
"Oh tidak."
"temannya mana, Mbak?
"lagi ada perlu katanya"
"mbak Nggak ikut?
"nggak ah, lagi males, pengen nemeni masnya aja."
Kemudian kami terlibat pembicaraan wacana fotografi, cukup usang kami berbicara hingga kaki ini pegal dan verbal pun jadi haus. Akhirnya Mbak yang berjulukan Vira tersebut mengajakku makan disebuah warung deket toko.
Aku duduk di akrab jendela dan Mbak Vira duduk di sampingku. Harum parfum dan tubuhnnya membuatku konak. Dan saya merasa, semakin usang ia semakin mendekatkan badannya padaku, saya juga mencicipi tubuhnya sangat hangat.
Aku duduk di akrab jendela dan Mbak Vira duduk di sampingku. Harum parfum dan tubuhnnya membuatku konak. Dan saya merasa, semakin usang ia semakin mendekatkan badannya padaku, saya juga mencicipi tubuhnya sangat hangat.
Busyet dah, lengan kananku selalu bergesekan dengan lengan kirinya, tidak keras dan berangasan tapi sehalus mungkin. Kemudian, kutempelkan paha kananku pada paha kirinya, terus kunaik-turunkan tumitku sehingga pahaku menggesek-gesek dengan perlahan paha kirinya.
Terlihat ia beberapa kali menelan ludah dan menggaruk-garukkan tangannya ke rambutnya. Wah ia udah kena nih, pikirku. Akhirnya ia mengajakku pergi meninggalkan restoran tersebut.
Terlihat ia beberapa kali menelan ludah dan menggaruk-garukkan tangannya ke rambutnya. Wah ia udah kena nih, pikirku. Akhirnya ia mengajakku pergi meninggalkan restoran tersebut.
"Ke mana?" tanyaku.
"Terserah kau saja", balasnya mesra.
"Kamu tahu nggak tempat yang privat yang yummy buat ngobrol", kataku memberanikan diri, terus terang aja nih, maksudku sih motel.
"Aku tahu tempat yang privat dan yummy buat ngobrol", katanya sambil tersenyum.
Kami menggunakan taksi, dan di dalam taksi itu kami hanya berdiam diri kemudian kuberanikan untuk meremas-remas jemarinya dan ia pun membalasnya dengan cukup hot. Sambil meremas-remas kutaruh tanganku di atas pahanya, dan kugesek-gesekkan. Hawa tubuh kami meningkat dengan tajam, saya tidak tahu apakah alasannya AC di taksi itu sangat jelek apa nafsu kami sudah sangat tinggi.
Kami tiba di sebuah motel di daerah kota dan pribadi memesan kamar standart. Kami masuk lift diantar oleh seorang room boy, dan di dalam lift tersebut saya menentukan bangun di belakang Mbak Vira yang bangun sejajar dengan sang room boy.
Kugesek-gesekan dengan perlahan badanku ke pantat Mbak Vira, dan Mbak vira pun memberi respon dengan menggoyang-goyangkan pantatnya berlawanan arah dengan gesekanku.
Kugesek-gesekan dengan perlahan badanku ke pantat Mbak Vira, dan Mbak vira pun memberi respon dengan menggoyang-goyangkan pantatnya berlawanan arah dengan gesekanku.
Ketika room boy meninggalkan kami di kamar, pribadi kepeluk Mbak Vira dari belakang, kucium tengkuknya. "Mmhh.. kau badung sekali deh dari tadi.. hhm, saya sudah tidak tahan nih", sambil dengan cepat saya membuka bajunya dan dilanjutkan dengan membuka roknya.
Ketika tanganku mencari reitsleting roknya, masih sempat-sempatnya tangannya meremas anuku.
sambil terus membuka dari belakang, saya terus menciuminya. dan sehabis semua terbuka saya pribadi membalikkan tubuhnya.. dan...
Badalaaahhhh, menyerupai ada geledek.. tubuh ini terasa menyerupai diguyur air satu kolam.. Otak yang dari tadi kena efek alkohol terasa menyerupai hilang semua pengaruhnya.
Mataku dibentuk terbelalak dengan pemandangan yang saya lihat di depanku. Sontak saja pribadi saya dorong Vira dengan sekuat tenagaku.. Tanpa babibu lagi saya pribadi lari dan meninggalkan ia sendirian dikamar. Karna yang saya liat, ia juga sama menyerupai ku.. sama sama punya angrybird.. ternyata ia yakni seorang waria.. Akupun terus berlari dengan wajah yang entah bagaimana lagi. Perasaan malu, galau dan kacau. Mungkin ini gara gara efek minuman di tambah suasana yang remang remang tadi... Readmore..