Cerita Remaja - Nikmatnya Daun Muda
Cerita Dewasa - Nikmatnya Daun Muda - Renata Anggraini, ialah seorang gadis dengan wajah cantik, alis matanya melengkung, dan mata indah serta jernih, dilindungi oleh bulu mata lentik, hidung mancung harmonis melengkapi kecantikannya, ditambah dengan bibir mungil merah alami yang harmonis pula dengan wajahnya. Rambutnya yang hitam dan dipotong pendek menjadikannya lebih menarik, kulitnya putih mulus dan terawat, badannya mulai tumbuh begitu indah dan seksi. Dia tumbuh di kalangan keluarga yang cukup berada dan menyayanginya. Usianya gres 15 tahun, kadang sifatnya masih kekanakan. Badannya tidak terlalu tinggi berkisar 155 cm, badannya ideal dengan tinggi badannya, tidak terlalu gemuk atau terlalu kurus.
Seminggu yang kemudian Renata mulai rutin mengikuti belajar khusus Fisika di rumahku, Dimas Anggoro, saya seorang duda yang berumur 35 tahun. Aku memiliki sebuah rumah mungil dengan dua buah kamar, diantaranya ada sebuah kamar mandi yang higienis dan harum. Kamar depan diperuntukkan ruang kerja dan perpustakaan, buku-buku tersusun rapi di dalam rak dengan warna-warna kayu, sama ibarat meja kerja yang di atasnya terletak seperangkat komputer. Sebuah lukisan yang indah tergantung di dinding, lukisan itu semakin tampak indah di latar belakangi oleh warna dinding yang serasi. Ruang tidurnya dihiasi ornamen yang harmonis pula, dengan kawasan tidur besar dan pencahayaan lampu yang menciptakan suasana semakin romantis. Ruang tamu ditata sangat artistik sehingga terasa nyaman.
Rumahku memang terkesan romantis dengan terdengar pelan alunan lagu-lagu cinta, Renata sedang mengerjakan kiprah yang gres kuperintahkan. Dia terlalu asyik mengerjakan kiprah itu, tanpa sengaja penghapusnya jatuh tersenggol. Renata berusaha menggapai ke bawah bermaksud untuk mengambilnya, tapi ternyata beliau memegang tanganku yang telah lebih dulu mengambilnya. Renata kaget melihat ke arahku yang sedang tersenyum padanya. Renata berusaha tersenyum, ketika tangan kirinya kupegang dan telapak tangannya kubalikkan dengan lembut, kemudian kutaruh penghapus itu ke dalam telapak tangannya.
Aku sebagai orang yang telah cukup berpengalaman sanggup mencicipi getaran-getaran perasaan yang tersalur melalui jari-jari gadis itu, sambil tersenyum saya berkata, "Ren, kau tampak lebih bagus jikalau tersenyum ibarat itu". Kata-kataku menciptakan gadis itu merasa tersanjung, dengan tidak sadar Renata mencubit pahaku sambil tersenyum senang.
"Udah punya pacar Ren?", godaku sambil menatap Renata.
"Belum, Kak!", jawabnya malu-malu, wajahnya yang bagus itu bersemu merah.
"Kenapa, kan temen seusiamu sudah mulai punya pacar", lanjutku.
"Habis mereka maunya cuma hura-hura kayak anak kecil, caper", komentarnya sambil melanjutkan menulis balasan tugasnya.
"Ohh!", saya bergumam dan beranjak dari kawasan duduknya, mengambil minuman kaleng dari dalam kulkas.
"Minum Coca Cola apa fanta, Ren?", lanjutku.
"Apa ya! Coca Cola aja deh Kak", sahutnya sambil terus bekerja.
Aku mambawa dua kaleng minuman dan mataku terus melihat dan menelusuri tubuh Renata yang membelakangi, ternyata menarik juga gadis ini, badannya yang semampai dan bagus cukup membuatku bergairah, pikirku sambil tersenyum sendiri.
"Sudah Kak", bunyi Renata mengagetkan lamunanku, kuhampiri dan kusodorkan sekaleng Coca-Cola kesukaan gadis itu. Kemudian saya menyidik hasil pekerjaan itu, ternyata benar semua.
"Ahh, ternyata selain bagus kau juga berilmu Ren ", pujiku dan menciptakan Renata tampak tersipu dan hatinya berbunga-bunga.
Aku yang sengaja duduk di sebelah kanannya, melanjutkan pertanda pemecahan soal-soal lain, Bau wangi parfum yang kupakai sangat lembut dan terasa nikmat tercium hidung, mungkin itu yang membuatnya tanpa sadar bergeser semakin bersahabat padaku.
Pujian tadi membuatnya tidak sanggup berkonsentrasi dan berusaha mencoba mengerti apa yang sedang dijelaskan, tapi gagal. Aku yang melihatnya tersenyum dalam hati dan sengaja duduk menyamping, agak menghadap pada gadis itu sehingga instingku menyampaikan hatinya agak tergetar.
"Kamu sanggup ngerti yang gres abang jelaskan Ren", kataku sambil melihat wajah Renata lewat sudut mata.
Renata tersentak dari lamunannya dan menggeleng, "Belum, ulang dong Kak!", sahutnya. Kemudian saya mengambil kertas gres dan diletakkan di depannya, tangan kananku mulai menuliskan rumus-rumus sambil menerangkan, tangan lainnya diletakkan di sandaran bangku tempatnya duduk dan sesekali saya sengaja mengusap punggungnya dengan lembut.
Renata semakin tidak sanggup berkonsentrasi, ketika mencicipi usapan lembut jari tanganku itu, jantungnya semakin berdegup dengan keras, usapan itu kuusahakan senyaman dan selembut mungkin dan membuatnya semakin terlena oleh perasaan yang tak terlukiskan. Dia sama sekali tidak sanggup berkonsentrasi lagi. Tanpa terasa matanya terpejam menikmati belaian tangan dan anyir parfum yang lembut.
Dia berusaha melirikku, tapi saya dingin saja, sebagai wanita yang selalu ingin diperhatikan, Renata mulai mencoba menarik perhatianku. Dia memberanikan diri meletakkan tangan di atas pahaku. Jantungnya semakin berdegup, ada getaran yang menjalar lembut lewat tanganku.
Selesai pertanda saya menatapnya dengan lembut, beliau tak kuasa menahan tatapan mataku yang tajam itu, perasaannya menjadi tak karuan, tubuhnya serasa menggigil ketika melihat senyumku, tanpa sadar tangan kirinya meremas lembut pahaku, akibatnya Renata menutup mata sebab tidak berpengaruh menahan gejolak didadanya. Aku tahu apa yang dirasakan gadis itu dengan instingku.
"Kamu sakit?", tanyaku berbasa basi. Renata menggelengkan kepala, tapi tanganku tetap meraba dahinya dengan lembut, Renata membisu saja sebab tidak tahu apa yang harus dilakukan. Aku genggam lembut jari tangan kirinya.
Udara hangat menerpa telinganya dari hidungku, "Kamu benar-benar gadis yang cantik, dan telah tumbuh remaja Ren", gumamku lirih. kebanggaan itu menciptakan dirinya makin bangga, tubuhnya bergetar, dan nafasnya sesak menahan gejolak di dadanya. Dan Renata ternyata tak kuasa untuk menahan keinginannya meletakkan kepalanya di dadaku, "Ahh..", Renata mendesah kecil tanpa disadari.
Aku sadar gadis ini mulai menyukaiku, dan berhasil membangkitkan perasaan romantisnya. Tanganku bergerak mengusap lembut pendengaran gadis itu, kemudian turun ke leher, dan kembali lagi naik ke pendengaran beberapa kali. Renata merasa angan-angannya melambung, entah kenapa beliau pasrah saja ketika saya mengangkat dagunya, mungkin terselip hatinya perasaan ingin terus menikmati belaian-belaian lembut itu.
"Kamu memang sangat bagus dan saya yakin jalan pikiranmu sangat dewasa, Aku kagum!", kataku merayu.
Udara hangat terasa menerpa wajahya yang cantik, disusul bibir hangatku menyentuh keningnya, kemudian turun pelan ke telinga, hangat dan lembut, perasaan nikmat ibarat ini niscaya belum pernah dialaminya. Anehnya beliau menjadi ketagihan, dan merasa tidak rela untuk cepat-cepat mengakhiri semua insiden itu.
"Ja.., jangan Kak", pintanya untuk menolak. Tapi beliau tidak berusaha untuk mengelak ketika bibir hangatku dengan lembut penuh perasaan menyusuri pipinya yang lembut, putih dan halus. Namun, terdengar bunyi dari dalam perutnya. sontak itu membuatnya aib dan menutup mukanya kedadaku. Kamu lapar ren?" tanyaku.. belum makan ya tadi ? Dengan wajah agak aib malu, beliau menjawab, "maaf kak, rena aib nih.. perut rena jadi keroncongan gini" maaf ya kak..
Ya sudah, kita cari makan yuk, ajaku ku sambil berdiri dan membentu rena untuk berdiri. Kita cari warung aja yuk! Saya jarang masak soalnya.. ajakku dan rena hanya mangangguk.
Kamu pengen makan apa ren ? " Apa aja deh kak, yang penting jangan daging ya kak, rena bosen..
Baiklah kalao begitu kita makan di warung depan itu aja yuk, itu langganan saya,masakannya enak..
kamipun segera pergi ke warung untuk memesan makanan. Pikiranku, yang penting cepat sanggup makan dan segera melanjutkan agresi dan seranganku.. Kamipunmemesan dua porsi nasi dan trancam.. ( kuliner khas warung itu, yang dibentuk dari daun daun muda di campur dengan sambal). Dengan lembut kutatap Rena yang sedang makan dan masih kulihat matanya manja menatap ke arahku. Enak ren ? " iya kak, abang sering makan disini ya? tanya rena kembali..
Iya Ren, abang suka masakan di warung ini.. Daun muda itu bagus buat kesehatan lho.. Bergizi tinggi...
Nah, itulah tadi nikmatnya daun muda yang kami makan bersama rena..