Rirrie, Gadis Yang Pemalu 2

"Dasar perawan.." kataku di dalam hati.
Lalu perlahan kucoba merenggangkan kakinya. Terasa ada penolakan halus disana.
"Ayo dong sayang, direngganging sedikit kakinya. Katanya pengen di entotin."
Dia nurut, perlahan ia mulai mengangkangkan kedua kakinya. Rudalku pun kembali mencari sasarannya. Mulai melekat di bibir vaginanya. Terasa hangat di situ.

"Aduh Mas, saya deg-degan nich"
"Udah kau damai aja dech!"
Perlahan tanganku mencoba untuk membuka tabir itu. Kugunakan jemari tanganku untuk menguak vagina itu. Sedikit terbuka. Dan kucoba memasukkan penisku. "Bless!" Kepala rudalku mulai masuk, menciptakan Rirrie mengerang kesakitan, membuatnya sedikit tidak nyaman.

"Aduh, Mas, sakit nich!" ia merintih.
Kepalanya mendongak ke atas dengan mimik menahan rasa sakit.
"Tahan sebentar ya sayang! Sakitnya paling cuma sebentar kok."
Kasihan juga sich melihat ia begitu. Tapi demi kenikmatan itu apa boleh buat.
Namun ketika kepala rudalku mulai menguak masuk vaginanya, terasa ada energi yang sangat berpengaruh dari dalam vaginanya mencoba untuk menyedot penisku semoga masuk ke dalam vagina itu. Sampai pinggulku tertarik maju menciptakan seluruh penisku melesak ke dalam lubang itu. "Sleep.."

"Ah, Mas sakit nich!"
"Tapi kok lezat ya Mas?"
"Makanya kalo pengen lebih lezat jangan ribut terus!" kataku.
"Enak tapi kok abnormal ya Mas? Kayak ada yang ngganjel," ia ngomong sekenanya.
Aku pun tertawa.
"Kamu santai aja dong, jangan tegang gitu."

Dia menuruti perintahku. Dan sensasi yang belum pernah kami rasakan mulai meresap di diri kami. Penisku rasanya ibarat diremas-remas lembut sekali oleh suatu benda asing yang hangat dan berair tak dikenal, disedot-sedot oleh vaginanya. Duh.. nikmatnya luar biasa. Mataku hingga nanar menahan kenikmatan itu. Lembab namun terasa sangat nyaman. Mulai kugerakkan maju mundur pinggangku, kugenjot penisku perlahan dan kemudian bertahap kupercepat genjotanku, kadang kala kupelankan sambil kubenamkan sedalam-dalamnya ke lubang vaginanya hingga ia menjerit, "Mas.. Mas aduh yang ini sich lezat banget.. tusuk lagi dong yang keras Mas!" Rirrie memohon.

Langsung saja kuturuti permintaannya. penisku bergesekan dengan dinding vaginanya yang membuahkan kenikmatan tersendiri bagi kami. Mengakibatkan suara berdecak yang mengiringiku menuju sejuta kenikmatan.

Tidak usang kemudian Ririe mendesah mahir sambil badannya bergerak ke sana-kemari, cepat sekali, badannya meliuk-liuk, tangannya meremas-remas sprei tempat tidur hingga acak-acakan.
"Uuuhh.. lezat sekali Mas.. pelanin dong nyodoknya," rintih Rirrie.
Kuturuti kemauanya.
"Uh!" nikmat sekali rasanya.

Kupompa perlahan-lahan sambil kunikmati kenikmatan yang menjalar ke seluruh tubuhku. Sebentar-sebentar ia menggoyangkan pinggulnya, seakan-akan ingin semoga penisku juga mencicipi kenikmatan itu. Kedua belah tanganku bergerak kesana kemari menjelajahi serpihan belakang tubuhnya. Kujambak rambutnya dan kudongakkan kepalanya. Kubungkukan badanku kemudian kuciumi punggungnya. Kujilati leher itu. Kutampar perlahan pantat Rirrie. Dia menjerit kecil. Tanganku pun mengarah ke depan menyambar payudaranya yang menggelantung tak berdaya. Manggut-manggut mengikuti gerakan badannya. Membuatku semakin horny. Payudaranya terasa lebih keras dari biasanya. Mungkin alasannya ialah ia sedang dalam kondisi terangsang puncak.

Kuremas-remas dengan kasar. Kupilin-pilin putingnya dan, "Plop.." ya ampun puting itu terlepas. Rambutnya yang panjang melambai-lambai mengikuti irama genjotanku. Matanya terlihat amat sayu dan sebentar-sebentar terpejam. Hingga akhirnya..

"Adduuhh.. Rirrie tidak berpengaruh lagi Mas.."
"Rirrie pengen pipis.."
"Mass.. aakhh.."

Kurasakan ia menekan vaginanya sedalam mungkin sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya dan mengatupkan kedua kakinya yang menciptakan penisku semakin keras terjepit. Namun sungguh, tindakannya justru makin menambah nikmat ukiran yang kurasakan. Tubuhnya tersentak dan bangun tegak membelakangiku. Kepalanya disandarkan di bahuku.

"Mass.. lezat sekalii.. Hmm.."
Lalu kulihat kepalanya mendongak ke atas dan kedua bola matanya membalik ibarat orang kesurupan. Tangannya bergerak ke belakang memeluk tubuhku. Dan menekan berpengaruh tubuhku seolah ingin menyatukan dengan tubuhnya. Intensitas denyutan vaginanya semakin tinggi dan kekuatan menyedotnya pun bertambah besar. Yang menimbulkan penisku terasa semakin tertarik di liang senggamanya. Kupercepat lagi genjotanku. Dan akhirnya..

"Ohh.. aakhh.. ouch.. Mas enak!"
Teriakannya keluar seiring orgasme yang dicapainya. "Seerr.." cairan bening pun keluar membasahi liang senggamanya. Banjir. Kurasakan suhu di sekitar situ bertambah panas. Sekian usang berlalu tapi Rirrie masih terus memejamkan matanya dan menekan berpengaruh pinggulnya. Menggerak-gerakannya kekiri dan kekanan. Mencoba untuk menyerap segala kenikmatan yang gres pernah dirasakanya. Dia meracau tak karuan. Saat orgasme yang dialaminya berakhir, ia pun terkulai lemas. Menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan mata terpejam. Dalam posisi nungging. penisku terlepas dari vaginanya. Tubuhnya bermandikan keringat. Semakin menambah pesona kecantikan tubuhnya. Tak sengaja saya melihat kawasan selangkangannya. Ternyata bentuk vaginanya bagus sekali.

Vaginanya yang berwarna merah jambu nampak merekah sedikit monyong dan labia minora-nya nampak sedikit menjorok keluar. Mungkin alasannya ialah tadi rudalku berkali-kali membombardir pertahanannya. Vagina itu berdenyut-denyut dan berkilat terkena cahaya. Sedikit darah keluar dari dalam vaginanya perlahan turun mengalir ke pahanya. Ternyata ia masih benar-benar perawan. Kubiarkan ia untuk mengatur detak jantungnya. Agar bisa menghimpun kembali energi yang secara mendadak dikeluarkannya. Sepertinya ia agak shock. Maklum, pengalaman pertama.

"Mas.. yang barusan itu lezat sekali." Dia berbisik sambil menatapku dengan senyum kecil di sudut bibirnya. Senyum penuh kepuasan. Lalu kurebahkan tubuhnya sehingga ia dalam posisi tengkurap tidur, saya pun merebahkan tubuhku menindih punggungnya. Tanganku bergerak kembali ke arah selangkangannya. Becek sekali di sana. Kucari kembali letak liang senggama itu.

"Ayo sayang buka kembali nirwana kamu," pintaku.
Perlahan ia mengangkangkan kembali kedua kakinya. Dan sekarang giliranku untuk memetik kemenangan itu. Begitu melihat Rirrie membuka sedikit saja selangkangannya, semangatku eksklusif membara lagi. Kuambil ancang-ancang untuk memasukkan kembali penisku. Satu.. dua.. tiga.. dan, "Bleess.." dengan mudahnya penisku menembus vaginanya. Tanpa permisi dan alasannya ialah sudah tidak sabar eksklusif kugenjot dengan kecepatan tinggi. Tak usang kemudia kurasakan seluruh urat nadiku menegang dan darah mengalir ke satu titik. Aku akan mencapai orgasme.

"Rie, Mas mau keluar nich.."
"Gantian Ya?"
"Iya Mas, dienak-enakin lho!"
Rirrie berkata sambil kembali mengatupkan kedua kakinya. Terasa ia sedikit mengejan untuk memberi kekuatan di kawasan perutnya yang menimbulkan otot-otot di sekitar vaginanya kembali mencengkeram kuat. Semakin kupacu genjotanku dan akibatnya pada ketika akan terjadi titik kulminasi kuangkat tubuhku dan kutarik penisku keluar dari vaginanya dan eksklusif kubalikan tubuh Rirrie dan kuraih tangan kanannya kemudian kusuruh ia mengocok penisku. Kutarik kepalanya mendekati penisku. Penisku ibarat dipompa hingga bocor. Air maniku pun menyembur kencang dalam genggaman tangannya. Mengenai wajahnya. Aku melenguh. Kulihat air maniku menetes di sprei tempat tidur. Air maniku tampaknya tidak mau berhenti. Tanganya yang lembut terus mengurut penisku dengan cepat, mengusap-usap kepala rudalku dengan ibu jarinya. Sampai air mani terakhir menetes di tangannya. Aku mencicipi kenikmatan yang luar biasa. Sampai terasa ke tulang sumsum.

"Enak Mas?" tanya Rirrie.
Aku mengangguk.
"Belum pernah saya mencicipi yang se.pertii.. ini," jawabku terbata-bata.
Aku merasa tubuhku lelah sekali. Lemas tak berdaya. Rirrie mendekatkan wajahnya ke rudalku, dan dengan sangat-sangat lembut dikecupnya kepala rudalku berkali-kali sambil berkata, "Kamu benda kecil tapi bisa bikin orang gede kepayahan."
Aku tersenyum mendengar ucapannya. Rirrie memandangku dengan mesra sambil menebarkan senyum penuh pesona. Aku eksklusif roboh di atas tubuhnya. Menindih tubuhnya. Kugigit perlahan lehernya. Kujilat dagunya. Kukecup lembut bibirnya. Rirrie memeluk saya sambil mengecup lembut pundakku.

"Mas kapan-kapan kita ngewek lagi ya Mas?" pintanya.
"Iya sayang. Suatu ketika kita bakal ngewe lagi.. Kita cari gaya yang lainnya," jawabku perlahan.
"Sekarang Mas pengen bobo dulu. Mas kecapean nich," saya memohon.
"Iya dech Mas," balasnya.
"Mas.. Rirrie tambah sayang dech sama Mas."
Dan saya pun mendapat ciuman paling hangat di bibir dalam sejarahku bersamanya. Lalu tangannya turun ke bawah memegang penisku yang sudah lembek dan meremas-remasnya dengan lembut hingga ia terlelap. Kemudian kupeluk tubuhnya, kukecup keningnya lembut dengan berjuta perasaan yang ada. Dengan sisa kekuatan yang ada, kuangkat badanku dan balik posisi badanku hingga kepalaku berada di antara selangkangannya. Kukecup lembut vagina itu. Kujilat sedikit lendir yang membasahinya. Kunikmati sebentar pesona vaginanya dengan mulutku. Lalu akupun memejamkan mata. Kami pun tertidur meninggalkan senyum kepuasan di bibir kami.

Tamat



Subscribe to receive free email updates: