Rosi Dan Tantenya

Rosi, sebut saja demikian, sudah beberapa bulan kami saling mengembangkan kebutuhan biologis. Rosi yaitu perempuan berusia 22 tahun dengan tinggi 160-170 cm, dan dengan dada yg tak terlalu besar tetapi mengkal kira-kira 34, kulit putih, dengan wajah menyerupai perempuan cina, jadi agak sipit.

Hubungan kami berawal pada sebuah pesta kawanku, saya kenalan dengannya dan menjadi erat dengannya bahkan saya memperlihatkan tumpangan untuk mengantarkannya pulang, untung saya bawa helm cadangan. Kami berdua pulang, alasannya yaitu ia bosan untuk berada disana ia ditinggal oleh temannya. Rosi membonceng motorku, ia ngga keberatan dengan itu. Malam itu cukup dingin, kupinjamkan jaketku untuk menutupi tubuhnya yang hanya menggunakan kaos putih itu dan celana jeans biru. Bagiku Rosi sungguh sexy malam itu, ia menggunakan kaos putih tanpa lengan, dan bra hitam yang semakin memperlihatkan kemolekkan tubuhnya. Dan rambut panjangnya yang terawat dibiarkan tergerai.

Karena perutku masih lapar, tadi saya tak sempat makan dipesta alasannya yaitu keasikan ngobrol dan menikmati tubuhnya, kuajak ia makan, ia tak menolak. Dia meminta untuk dimakan ditempatnya. Aku setuju. Singkat dongeng kami hingga di rumah kontrakkannya dan makan disana, tanggapan makan saya membereskannya, kemudian ia mengajakku ke kamarnya untuk menemaninya malam ini, padahal saya ingin pulang. Aku mencoba menolak alasannya yaitu takut tertangkap berair orang lain, ia meyakinkan saya jikalau tak akan terjadi apapun. Aku mengiyakannya.

Kamarnya sungguh rapi, ya, maklum kamar cewek. Dia mengotrak rumah itu untuk berempat, termasuk dia. Singkat dongeng dia, bercerita padaku bahwa ia gres saja tetapkan pacarnya alasannya yaitu mendua. Dia menangis dan kuberanikan diriku untuk memeluknya dan menenangkannya, Rosi tak menolaknya. Setelah agak damai kubisiki ia bahwa ia tampak anggun malam ini. Rosi tersenyum dan menatapku dalam, kemudian memejamkan matanya. Kucium bibrnya, hangat, ia menerimanya. Kucium ia dengan lebih galak dan ia membalasnya, kemudian tangannya merangkul pundakku.

Kami berciuman dengan cukup ganas kemudian saya turun ke lehernya, Rosi pun mendesah "aahh." Mendengar itu kuberanikan meremas payudaranya yang montok. Rosi mendesah lagi, dam menjambak rambutku. Setelah beberapa ketika kulepaskan dia. Rosi sudah terangsang, kulucuti pakaiannya, kaosnya kulepas, bra-nya, tampaklah gunung kembar yang pas dalam genggaman tanganku, dengan punting merah-coklat cerah yang telah mengeras. Kubasaahi telunjukku dan mengelusnya, Rosi hanya memjamkan matanya dan menggigit bibirnya. Kulanjutkan melucuti celananya, ia menggunakan CD berenda putih sehingga tampak sebagian rambut kemaluannya yang lembab. Dan WOW, ternyata jembutnya tidak terlalu lebat dan rapi, rambut di sekitas bibir kemaluannya besih, hanya di cuilan atasnya. Dan vaginanya tampak kencang dengan clitoris yang cukup besar dan mulai basah.

"Kamu rajin mencukur ya," tanyaku, dengan wajah memerah ia mengiyakan. Sebab kata tantenya demi kesehatan vagina, dan semoga ngga bau.

Kupangku ia dan mulai menciuminya lagi, dan sapuan lidahku mulai kukonsentrasikan di puntingnya, ku jilati, kutekan bahkan kugigit kecil dengan gigiku, Rosi menggelinjang keasikkan, dan mendesah-desah mencicipi rangsangan kenikmatan. Tangan kananku mulai memainkan clit-nya, ternyata sudah banjir, kugesek klitorisnya dengan jari tengahku, perlahan-lahan, desahan dan lenguhan makin sering kudengar. Seirama dengan sapauan lidahku di puntingnya, Rosi makin terangsang, ia bahkan menjambak rambutku dan menekan kepalaku ke payudaranya, "Donn, enakh.. banget.. enakh.." Desahannya dan lenguhannya. Kira-kira 5 menit dari kumulai, badannya mulai mengejang dan "Donn.. Rosi.. mo.. keluaarr!" Sambil berteriak Rosi orgasme, denyutan vagina kurasakan di tangan kananku. Rosi kemudian berdiri.

"Sekarang giliranmu," katanya. Celanaku pribadi dilucutinya dan akupun disuruhnya berbaring. Salah satu tangannya memegang penisku dan yang lain memgang zakarnya, ia menggelusanya denga lembut "mmhh..," desahku. "Enak ya, Don." Akupun mengangguk. Rosi mulai menciumi penisku dan mengelus zakarnya, dan mengemutnya dan mengocoknya dengan mulutnya. Terasa jutaan arus listrik mengalir ke tubuhku, kocokannya sungguh nikmat. Kupengang kepalanya, kuikuti naik turunnya, sesekali kutekan kepalanya ketika turun. Sesaat kemudian ia berhenti. "Don, penismu lumanyan besar dan panjang yach, keras lagi, saya makin terangsang nich." Aku hanya tersenyum, kemudian kuajak ia main 69, ia mau. Vaginanya yang banjir itu sempurna diwajahku, merah dan kencang, sedang Rosi udah mengocok penisku. Saat itu saya gres menikmati vagina seorang wanita, saya mulai menjilati vaginanya, harum sekali anyir sabun dan anyir cairan vagina, dan clitorisnya hingga memerah dan kuhisap cairan yang sudah keluar, datang tiba ia berteriak ketika kuhisap vaginanya keras-keras. "Donnie.. I lovve itt, babbyy", ia menjerit dan saya tahu jikalau ia lagi titik puncak alasannya yaitu vaginanya sedang kujilat dan ketika itulah ketika pertama saya rasakan cairan perempuan yang asam-asam pahit tapi nikmat.

Setelah ia klimaks, ia bilang ia capai tapi saya nggak peduli alasannya yaitu saya belum tanggapan dan saya bilang ke ia jikalau saya belum puas, ketika itulah permainan dilanjutkan. Dia mulai melaksanakan gaya anjing dan saya mulai memasukkan penisku ke pantatnya yang besar dan menggiurkan dan saya tarik dorong selama beberapa lama. Beberapa usang kemudian, saya bosan dengan gaya itu, dan kusuruh ia untuk berada di bawahku dan saya mulai memasukkan penisku ke dalam vaginanya yang ternyata sudah berair lagi, perlahan kumasukkan, terasa sekali denyutan vaginanya.

Vaginanya agak susah kumasuki, sehabis penisku masuk kira-kira 1/2, ada sedikit darah mengalir, ternyata ia perawan batinku, kubisiki ia "Ros, sebentar lagi kau akan mencicipi kenikmatan yang sesunguhnya". Pelahan kugoyang penisku, maju mundur, membentuk angaka 8, rintihan kesakitan bermetamorfosis desahan kenikmatan. Saat saya berada di atas Rosi, kujilati payudaranya yang memerah dan ia menjerit perlahan dan mendesah-desah di telingaku dan membuatku tambah garang dan tanpa pikir panjang-panjang lagi, saya mulai menekannya dengan nafsu dan tentunya penisku sudah masuk ke dalam vaginanya yang sangat nikmat itu. "Ooohh nikmat sekali rasanya", ia juga menjerit "Ssshh", menyerupai ular yang sedang mendekati mangsanya.

10 menit kemudian, ia memelukku kuat-kuat dan saya resah tapi saya juga mengalami perasaan yang aneh alasannya yaitu tampaknya ada yang mau keluar dari kemaluanku, "Donnie.. saya mauu keluaarr" dan saya juga menjawabnya "Ros.. kayaknya akuu jugaa maauu.." nggak hingga 2 atau 3 menit, badanku dan Rosi sama-sama bergetar jago dan saya mencicipi ada yang keluar dari penisku ke dalam vaginanya dan saya juga merasa ada yang membasahi penisku dengan amat sangat.

Setelah itu, Rosi termangu alasannya yaitu kelelahan dan saya mulai mencium-ciumi bibirnya yang kecil dan mukanya yang sedikit menyerupai dengan artis Hongkong Charlie Yeung. Aku mulai membelai-belai rambutnya dan alasannya yaitu ia terlalu kelelahan ia tertidur pulas. Karena saya nggak mau mengganggu dia, saya keluar dari kamarnya dan kulihat di ruang TV, seorang perempuan kira-kira 30 tahunan sedang mengusap-usap clitorisnya sambil menonton Video CD tadi dan saya hampiri ia dan ia jadi kaget, "Ngapain kamu.." ia berbicara kepadaku." Keponakanku kau apain tuch.. teriakannya hingga kemari." Waduh tantenya nich, mati aku, batinku. Terus saya berkata ke dia, "Tante.. kemari dech saya mau bilang sesuatu!" Dia mengikutiku ke sudut ruangan dan ia bersandar di dekat tembok alasannya yaitu ia mau tahu saya mau ngapain.

Tantenya Rosi hanya menggunakan kaos dan rok mini. "Ada apaan sih!" katanya padaku. Tanpa banyabicara kudekati vaginannya yang sudah basah, pikirku ini yaitu kesempatan. Ku elus vaginanya perlahan, kondisi vaginanya gundul, tanpa rambut, dan kucium bibirnya, ada sedikit penolakan awalnya, kemudian desahan yang kudengarkan. "Enaakh.. dik, siapa namamu..?" tanyanya "Donnie" jawabku. "Oh Donn..puasin..tante..malam..i..ni" sambil mendesah dan melenguh.

2 menit kemudian kulepaskan ia dari belaianku, kulucuti pakaiannya, kondisi badannya sama dengan Rosi, hanya saja payudaranya sedikit lebih besar. Kugandeng ia ke kamarnya Rosi, ternyata ia sudah terbangun, dan sedang membersihkan vaginanya. "Udah bangun, Ros" ia menjawabnya dengan senyuman. "Temanmu kupakai dulu ya" tantenya berkata, Rosi tersenyum dan mengangguk. Tanpa mempedulikan Rosi, kubaringkan dia, kutabrak vaginanya dengan penisku, ternyata sedikit lebih mudah, alasannya yaitu ia sudah tidak perawan pikirku tetapi masih cukup kencang. Kumulai gerakan penisku, dan kucium lagi bibirnya, dan kunikmati payudaranya. Kami saling bersahutan mencicipi kenikmatan bersama.

5 menit kemudian saya mulai menghisap vaginanya dan clitorisnya hingga ia benar-benar mau titik puncak dan sehabis ia bilang ia mau klimaks, kumasukan penisku ke dalam vaginanya dan bless. Setelah beberapa lama, saya tampaknya mau keluar dan alasannya yaitu saya nggak dapat tahan kenikmatan ini makanya saya pribadi saja, croott.. crott.. hingga beberapa kali dan sehabis saya tanggapan Tantenya Rosi gantian memelukku dengan eratnya dan ia berteriak "Mass.. saya keeluarr oohh", ia bergetar jago dan sehabis itu ia mencium bibirku dan melumat habis bibirku dan sehabis ia kecapaian ia juga ketiduran.

Malam itu saya bermalam dirumah kontrakan Rosi, ternyata Rosi ngontrak bersama tantenya dan dua orang sobat perempuan lainnya. Paginya kami melaksanakan bertiga dikamar mandi, kemudian saya pulang. Mulai ketika itu saya menjadi pemuas mereka berdua. Sekarang saya sudah lulus, dan usang nggak ketemu mereka, saya merindukan ketika itu.

Bagi tante atau sobat perempuan lainnya yang ingin mencicipi pelayananku hubungi saya lewat email. Soal biaya dilema belakangan, yang penting kita dapat saling memuaskan. Kini saya tinggal dan kerja di Jogjakarta, sehingga saya agak kesulitan keluar kota. Tempat dapat diatur.

Tamat



Subscribe to receive free email updates: