Jovanca_Cantique@Yahoo.Com
Walaupun bulan ini penuh dengan kesibukanku, saya termasuk orang yang sangat susah untuk sanggup mengontrol keinginan seks atas wanita. Pengalaman ini kualami beberapa hari sebelum bulan-bulan sibukku yang kemudian di tempat kost. Di tempat kost kami berlima dan hanya ada satu-satunya cewek di kost ini, namanya Sari. Aku heran ibu kost mendapatkan anak perempuan di kost ini. Oh, rupanya Sari bekerja di dekat kost sini.
Sari cukup bagus dan kelihatan sudah matang dengan usianya yang relatif sangat muda, tingginya kira-kira 160 cm. Yang membuatku bergelora ialah tubuhnya yang putih dan kedua buah dadanya yang cukup besar. Ahh, kapan saya sanggup mendapatkannya, pikirku. Menikmati tubuhnya, menancapkan penisku ke vaginanya dan menikmati gelora kegadisannya.
Perlu pembaca ketahui, umurku sudah 35 tahun. Belum menikah tapi sudah punya pacar yang jauh di luar kota. Soal korelasi seks, saya gres pernah dua kali melakukannya dengan wanita. Pertama dengan Mbak Anik, sahabat sekantorku dan dengan Esther. Dengan pacarku, saya belum pernah melakukannya. Swear..! Beneran.
Kami berlima di kost ini kamarnya terpisah dari rumah induk ibu kost, sehingga saya sanggup menikmati gerak-gerik Sari dari kamarku yang hanya berjarak tidak hingga 10 meter. Yang gila dan memuncak ialah saya selalu melaksanakan masturbasi minimal dua hari sekali. Aku paling suka melakukannya di tempat terbuka. Kadang sambil lari pagi, saya mencari tempat untuk melampiaskan imajinasi seksku.
Sambil memanggil nama Sari, crot crot crot.., muncratlah spermaku, lezat dan lega walau masih punya mimpi dan keinginan menikmati badan Sari. Aku juga suka melaksanakan masturbasi di rumah, di luar kamar di tengah malam atau pagi-pagi sekali sebelum semuanya bangun. Aku keluar kamar dan di bawah terang lampu neon atau terang bulan, kutelanjangi diriku dan mengocok penisku, menyebut-nyebut nama Sari sebagai imajinasi senggamaku. Bahkan, saya pernah melaksanakan masturbasi di depan kamar Sari, kumuntahkan spermaku menetesi pintu kamarnya. Lega rasanya sehabis melaksanakan itu.
Sari kuamati memang terlihat menyerupai agak binal. Suka pulang agak malam diantar pemuda yang cukup altletis, tampaknya pacarnya. Bahkan beberapa kali kulihat suka pulang pagi-pagi, dan itu ialah pengamatanku hingga bencana yang menimpaku beberapa hari sebelum bulan itu.
Seperti biasanya, saya melaksanakan masturbasi di luar kamarku. Hari sudah larut hampir jam satu dini hari. Aku melepas kaos dan celana pendek, kemudian celana dalamku. Aku telanjang dengan Tangan kiri memegang tiang dan ajun mengocok penisku sambil kusebut nama Sari. Tapi tiba-tiba saya terhenti mengocok penisku, alasannya ialah memang Sari entah tiba-tiba tengah malam itu gres pulang.
Dia memandangiku dari kejauhan, melihat diriku telanjang dan tidak dengan cepat-cepat membuka kamarnya. Sepertinya kutangkap ia tidak grogi melihatku, tidak juga kutangkap keterkejutannya melihatku. Aku yang terkejut.
Setelah ia masuk kamar, dengan hambar kulanjutkan masturbasiku dan tetap menyebut nama Sari. Yang kurasakan ialah seolah saya menikmati tubuhnya, bersenggama dengannya, sementara saya tidak tahu apa yang dipikirkannya tentangku di kamarnya. Malam itu saya tidur dengan membawa kekalutan dan keinginan yang lebih dalam.
Paginya, ketika saya bangun, sempat kusapa dia.
"Met pagi.." kataku sambil mataku mencoba menangkap arti lain di matanya.
Kami hanya bertatapan.
Ketika makan pagi sebelum berangkat kantor juga begitu.
"Kok semalam hingga larut sih..?" tanyaku.
"Kok tak juga diantar menyerupai biasanya..?" tanyaku lagi sebelum ia menjawab.
"Iya Mas, saya lembur di kantor, temenku hingga pintu gerbang saja semalam." jawabnya sambil tetap menunduk dan makan pagi.
"Semalam nggak terkejut ya melihatku..?" saya mencoba menyelidiki.
Wajahnya memerah dan tersenyum. Wahh.., serasa jantungku copot melihat dan menikmati senyum Sari pagi ini yang berbeda. Aku rasanya sanggup gejala nih, sombongnya hatiku.
Rumah kost kami memang tertutup oleh pagar tinggi tetangga sekeliling. Kamarku berada di pojok dekat gudang, kemudian di samping gudang ada halaman kecil kira-kira 30 meter persegi, tempat terbuka dan tempat untuk menjemur pakaian. Tanah ibu kostku in cukup luas, kira-kira hampir 50 X 100 m. Ada banyak pohon di samping rumah, di samping belakang juga. Di depan kamarku ada pohon mangga besar yang cukup rindang.
Rasanya nasib baik berpihak padaku. Sejak ketika itu, bila saya berpapasan dengan Sari atau berbicara, saya sanggup menangkap gejolak nafsu di dadanya juga. Kami makin akrab. Ketika kami berbelanja kebutuhan Puasa di supermarket, kukatakan terus terang saja bila saya sangat menginginkannya. Sari membisu saja dan memerah lagi, sanggup kulihat walau tertunduk.
Aku mengajaknya menikmati malam Minggu tengah malam bila ia mau. Aku akan menunggu di halaman dekat kamarku, kebetulan semua teman-teman kostku pulang kampung. Yang satu ke Solo, istrinya di sana, tiap Sabtu niscaya pulang. Yang satunya pulang ke Temanggung, persiapan Puasa di rumah.
Aku harus siapkan semuanya. Kusiapkan tempat tidurku dengan sprei gres dan sarung bantal baru. Aku mulai menata halaman samping, tapi tidak begitu ketahuan. Ahh, saya ingin menikmati badan Sari di halaman, di meja, di rumput dan di kamarku ini. Betapa menggairahkan, seolah saya sudah menerima balasan pasti.
Sabtu malam, malam semakin larut. Aku tidur menyerupai biasanya. Juga semua keluarga ibu kost. Aku memang sudah nekat bila seandainya ketahuan. Aku sudah tutupi dengan beberapa pakaian yang sengaja kucuci Sabtu sore dan kuletakkan di depan kamarku sebagai penghalang pandangan. Tidak lupa, saya sudah menelan beberapa obat kuat/perangsang menyerupai yang diiklankan.
Tengah malam hampir jam setengah satu saya keluar. Tidak kulihat Sari mau menanggapi. Kamarnya tetap saja gelap. Seperti biasa, saya mulai melepasi bajuku hingga telanjang, tangan kiriku memegangi tiang jemuran dan tangan kananku mengocok penisku. Sambil kusebut nama Sari, kupejamkan mataku, kubayangkan sedang menikmati badan Sari. Sungguh mujur saya waktu itu. Di tengah imajinasiku, dengan tidak kuketahui kedatangannya, Sari telah ada di belakangku.
Tanpa aib dan sungkan dipeluknya aku, sementara tanganku masih terus mengocok penisku. Diciuminya punggungku, sesekali digigitnya, kemudian tangannya meraih penisku yang menegang kuat.
"Sari.. Sari.. achh.. achh.. nikmatnya..!" desahku menikmati sensasi di sekujur penisku dan tubuhku yang terangkat tergelincang alasannya ialah kocokan tangan Sari.
"Uhh.. achh.. Sari, Sari.. ohh.. saya mau keluar.. ohh.." desahku lagi sambil tetap berdiri.
Kemudian kulihat Sari bergerak ke depanku dan berlutut, kemudian dimasukkannya penisku ke mulutnya.
"Oohh Sari.. Uhh Sarii.., Saarrii.. Nikmat sekali..!" desahku ketika mulutnya mengulumi penisku kuat-kuat.
Akhirnya saya tidak sanggup menahannya lagi, crott.. crot.. crot.., spemaku memenuhi lisan Sari, membasai penisku dan ditelannya. Ahh anak ini sudah punya pengalaman rupanya, pikirku.
Lalu Sari berdiri dengan lisan yang masih menyisakan spermaku, saya memeluknya dan menciuminya. Ahh.., kesampaian benar cita-citaku menikmati tubuhnya yang putih, lembut, sintal dan buah dadanya yang menantang.
Kulumati bibirnya, kusapu wajahnya dengan mulutku. Kulihat ia menggunakan daster yang cukup tipis. BH dan celana dalamnya kelihatan menerawang jelas. Sambil terus kuciumi Sari, tanganku berkeliaran merayapi punggung, dada dan pantatnya. Ahh.. saya ingin menyetubuhi dari belakang alasannya ialah tampaknya pantatnya sangat bagus. Aku segera melepaskan tali telami dasternya di atas pundak, kubiarkan jatuh di rumput.
Ahh.., betapa manis pemandangan yang kulihat. Tubuh sintal Sari yang hanya dibalut dengan BH dan celana dalam. Wahh.., menciptakan penisku mengeras lagi. Kulumati lagi bibirnya, saya menelusuri lehernya.
"Ehh.., ehh..!" desis Sari menikmati cumbuanku.
"Ehh.., ehh..!" sesekali dengan nada agak tinggi ketika tanganku menggapai daerah-daerah sensitifnya.
Kemudian kepalanya mendongak dan buah dadanya kuciumi dari atas. O my God, betapa masih padat dan semok buah dada anak ini. Aku mau menikmatinya dan membuatnya mendesis-desis malam ini. Tanganku yang bandel segera saja melepas kancing BH-nya, kubuang melewati jendela kamarku, entah jatuh di mana, mungkin di meja atau di mana, saya tidak tahu. Uhh.., saya segera memandangi buah dada yang indah dan semok ini. Wah luar biasa, kuputari kedua bukitnya. Aku tetap berdiri. bergantian kukulumi puting susunya. Ahh.., menggairahkan.
Terkadang ia mendesis, terlebih bila tangan kananku atau kiriku juga bermain di putingnya, sementara mulutku menguluminya juga. Tubuhnya melonjak-lonjak, sehingga pelukan ajun atau kiriku seolah mau lepas. Sari menegang, menggelinjang-gelinjang dalam pelukanku. Lalu saya kembali ke atas, kutelusuri lehernya dan mulutku berdiam di sana. Tanganku kini meraih celana dalamnya, kutarik ke bawah dan kubantu melepas dari kakinya. Jadilah kami berdua telanjang bulat.
Kutangkap kedua tangan Sari dan kuajak menjauh sepanjang tangan, kami berpandangan penuh nafsu di awal bulan ini. Kami sama-sama melihat dan menjelajahi dengan mata badan kami masing-masing dan kami sudah saling lupa jarak usia di antara kami. Penisku melekat lagi di tubuhnya, lezat rasanya. Aku memutar tubuhnya, kusandarkan di dadaku dan tangannya memeluk leherku.
Kemudian kuremasi buah dadanya dengan tangan kiriku, tangan kananku menjangkau vaginanya. Kulihat taman kecil dengan rumput hitam cukup lebat di sana, kemudian kuraba, kucoba sibakkan sedikit selakangannya. Sari tergelincang dan menggeliat-geliat ketika tanganku berhasil menjangkau klitorisnya. Seolah ia berputar pada leherku, mulutnya kubiarkan menganga menikmati sentuhan di klitorisnya hingga terasa semakin basah.
Kubimbing Sari mendekati meja kecil yang kusiapkan di samping gudang. Kusuruh ia membungkuk. Dari belakang, kuremasi kedua buah dadanya. Kulepas dan kuciumi punggungnya hingga turun ke pantatnya. Selangkangannya semakin membuka saja seiring rabaanku.
Setelah itu saya turun ke bawah selakangannya, dan dengan penuh nafsu kujilati vaginanya. Mulutku menjangkau lagi kawasan sensitif di vaginanya hingga hampir-hampir kepalaku terjepit.
"Oohh.., ehh.., saya nggak tahan lagi.., masukkan..!" pintanya.
Malam itu, pembaca sanggup bayangkan, saya hasilnya sanggup memasukkan penisku dari belakang. Kumasukkan penisku hingga terisi penuh liang senggamanya. Saat penetrasi pertama saya melamun sebelum kemudian kugenjot dan menikmati sensasi orgasme. Aku tidak perduli apakah ada yang mendengarkan desahan kami berdua di halaman belakang. Aku hanya terus menyodok dan menggenjot hingga kami berdua terpuaskan dalam gairah kami masing-masing.
Aku berhasil memuntahkan spermaku ke vaginanya, sementara saya mendapatkan sensasi jepitan vagina yang mahir ketika tiba orgasmenya. Aku dibuatnya puas dengan kenyataan imajinasiku malam Minggu itu. Sabtu malam atau ahad dini hari yang benar-benar hebat. Aku bersenggama dengan Sari dalam bebrapa posisi. Terakhir, sebelum posisi konvensioal, saya melaksanakan lagi posisi 69 di tempat tidur.
Ahh Sari, ia berada dalam pelukanku hingga Minggu pagi jam 8 dan masih tertidur di kamarku. Aku berdiri duluan dan agak sedikit kesiangan. Ketika melihat ke luar kamar, ohh tidak ada apa-apa. Kulihat kedua cucu ibu kostku sedang bermain di halaman. Mereka tidak mengetahui di tempat mereka bermain itu telah menjadi bab sejarah seks hidupku dan Sari.
Pembaca, itulah pengalamanmu dengan Sari di kost. Aku sudah dua malam Minggu bersamanya. Betapa mahir di bulan ini. Aku bisa, saya bisa.. dan mau terus berburu lagi. Ahh.., hidup memang menggairahkan dengan seks, dengan wanita. Hanya, saya harus super selektif memilihnya. Semoga pengalamanku ini mempunyai kegunaan buat sobat muda.
Tamat
Sari cukup bagus dan kelihatan sudah matang dengan usianya yang relatif sangat muda, tingginya kira-kira 160 cm. Yang membuatku bergelora ialah tubuhnya yang putih dan kedua buah dadanya yang cukup besar. Ahh, kapan saya sanggup mendapatkannya, pikirku. Menikmati tubuhnya, menancapkan penisku ke vaginanya dan menikmati gelora kegadisannya.
Perlu pembaca ketahui, umurku sudah 35 tahun. Belum menikah tapi sudah punya pacar yang jauh di luar kota. Soal korelasi seks, saya gres pernah dua kali melakukannya dengan wanita. Pertama dengan Mbak Anik, sahabat sekantorku dan dengan Esther. Dengan pacarku, saya belum pernah melakukannya. Swear..! Beneran.
Kami berlima di kost ini kamarnya terpisah dari rumah induk ibu kost, sehingga saya sanggup menikmati gerak-gerik Sari dari kamarku yang hanya berjarak tidak hingga 10 meter. Yang gila dan memuncak ialah saya selalu melaksanakan masturbasi minimal dua hari sekali. Aku paling suka melakukannya di tempat terbuka. Kadang sambil lari pagi, saya mencari tempat untuk melampiaskan imajinasi seksku.
Sambil memanggil nama Sari, crot crot crot.., muncratlah spermaku, lezat dan lega walau masih punya mimpi dan keinginan menikmati badan Sari. Aku juga suka melaksanakan masturbasi di rumah, di luar kamar di tengah malam atau pagi-pagi sekali sebelum semuanya bangun. Aku keluar kamar dan di bawah terang lampu neon atau terang bulan, kutelanjangi diriku dan mengocok penisku, menyebut-nyebut nama Sari sebagai imajinasi senggamaku. Bahkan, saya pernah melaksanakan masturbasi di depan kamar Sari, kumuntahkan spermaku menetesi pintu kamarnya. Lega rasanya sehabis melaksanakan itu.
Sari kuamati memang terlihat menyerupai agak binal. Suka pulang agak malam diantar pemuda yang cukup altletis, tampaknya pacarnya. Bahkan beberapa kali kulihat suka pulang pagi-pagi, dan itu ialah pengamatanku hingga bencana yang menimpaku beberapa hari sebelum bulan itu.
Seperti biasanya, saya melaksanakan masturbasi di luar kamarku. Hari sudah larut hampir jam satu dini hari. Aku melepas kaos dan celana pendek, kemudian celana dalamku. Aku telanjang dengan Tangan kiri memegang tiang dan ajun mengocok penisku sambil kusebut nama Sari. Tapi tiba-tiba saya terhenti mengocok penisku, alasannya ialah memang Sari entah tiba-tiba tengah malam itu gres pulang.
Dia memandangiku dari kejauhan, melihat diriku telanjang dan tidak dengan cepat-cepat membuka kamarnya. Sepertinya kutangkap ia tidak grogi melihatku, tidak juga kutangkap keterkejutannya melihatku. Aku yang terkejut.
Setelah ia masuk kamar, dengan hambar kulanjutkan masturbasiku dan tetap menyebut nama Sari. Yang kurasakan ialah seolah saya menikmati tubuhnya, bersenggama dengannya, sementara saya tidak tahu apa yang dipikirkannya tentangku di kamarnya. Malam itu saya tidur dengan membawa kekalutan dan keinginan yang lebih dalam.
Paginya, ketika saya bangun, sempat kusapa dia.
"Met pagi.." kataku sambil mataku mencoba menangkap arti lain di matanya.
Kami hanya bertatapan.
Ketika makan pagi sebelum berangkat kantor juga begitu.
"Kok semalam hingga larut sih..?" tanyaku.
"Kok tak juga diantar menyerupai biasanya..?" tanyaku lagi sebelum ia menjawab.
"Iya Mas, saya lembur di kantor, temenku hingga pintu gerbang saja semalam." jawabnya sambil tetap menunduk dan makan pagi.
"Semalam nggak terkejut ya melihatku..?" saya mencoba menyelidiki.
Wajahnya memerah dan tersenyum. Wahh.., serasa jantungku copot melihat dan menikmati senyum Sari pagi ini yang berbeda. Aku rasanya sanggup gejala nih, sombongnya hatiku.
Rumah kost kami memang tertutup oleh pagar tinggi tetangga sekeliling. Kamarku berada di pojok dekat gudang, kemudian di samping gudang ada halaman kecil kira-kira 30 meter persegi, tempat terbuka dan tempat untuk menjemur pakaian. Tanah ibu kostku in cukup luas, kira-kira hampir 50 X 100 m. Ada banyak pohon di samping rumah, di samping belakang juga. Di depan kamarku ada pohon mangga besar yang cukup rindang.
Rasanya nasib baik berpihak padaku. Sejak ketika itu, bila saya berpapasan dengan Sari atau berbicara, saya sanggup menangkap gejolak nafsu di dadanya juga. Kami makin akrab. Ketika kami berbelanja kebutuhan Puasa di supermarket, kukatakan terus terang saja bila saya sangat menginginkannya. Sari membisu saja dan memerah lagi, sanggup kulihat walau tertunduk.
Aku mengajaknya menikmati malam Minggu tengah malam bila ia mau. Aku akan menunggu di halaman dekat kamarku, kebetulan semua teman-teman kostku pulang kampung. Yang satu ke Solo, istrinya di sana, tiap Sabtu niscaya pulang. Yang satunya pulang ke Temanggung, persiapan Puasa di rumah.
Aku harus siapkan semuanya. Kusiapkan tempat tidurku dengan sprei gres dan sarung bantal baru. Aku mulai menata halaman samping, tapi tidak begitu ketahuan. Ahh, saya ingin menikmati badan Sari di halaman, di meja, di rumput dan di kamarku ini. Betapa menggairahkan, seolah saya sudah menerima balasan pasti.
Sabtu malam, malam semakin larut. Aku tidur menyerupai biasanya. Juga semua keluarga ibu kost. Aku memang sudah nekat bila seandainya ketahuan. Aku sudah tutupi dengan beberapa pakaian yang sengaja kucuci Sabtu sore dan kuletakkan di depan kamarku sebagai penghalang pandangan. Tidak lupa, saya sudah menelan beberapa obat kuat/perangsang menyerupai yang diiklankan.
Tengah malam hampir jam setengah satu saya keluar. Tidak kulihat Sari mau menanggapi. Kamarnya tetap saja gelap. Seperti biasa, saya mulai melepasi bajuku hingga telanjang, tangan kiriku memegangi tiang jemuran dan tangan kananku mengocok penisku. Sambil kusebut nama Sari, kupejamkan mataku, kubayangkan sedang menikmati badan Sari. Sungguh mujur saya waktu itu. Di tengah imajinasiku, dengan tidak kuketahui kedatangannya, Sari telah ada di belakangku.
Tanpa aib dan sungkan dipeluknya aku, sementara tanganku masih terus mengocok penisku. Diciuminya punggungku, sesekali digigitnya, kemudian tangannya meraih penisku yang menegang kuat.
"Sari.. Sari.. achh.. achh.. nikmatnya..!" desahku menikmati sensasi di sekujur penisku dan tubuhku yang terangkat tergelincang alasannya ialah kocokan tangan Sari.
"Uhh.. achh.. Sari, Sari.. ohh.. saya mau keluar.. ohh.." desahku lagi sambil tetap berdiri.
Kemudian kulihat Sari bergerak ke depanku dan berlutut, kemudian dimasukkannya penisku ke mulutnya.
"Oohh Sari.. Uhh Sarii.., Saarrii.. Nikmat sekali..!" desahku ketika mulutnya mengulumi penisku kuat-kuat.
Akhirnya saya tidak sanggup menahannya lagi, crott.. crot.. crot.., spemaku memenuhi lisan Sari, membasai penisku dan ditelannya. Ahh anak ini sudah punya pengalaman rupanya, pikirku.
Lalu Sari berdiri dengan lisan yang masih menyisakan spermaku, saya memeluknya dan menciuminya. Ahh.., kesampaian benar cita-citaku menikmati tubuhnya yang putih, lembut, sintal dan buah dadanya yang menantang.
Kulumati bibirnya, kusapu wajahnya dengan mulutku. Kulihat ia menggunakan daster yang cukup tipis. BH dan celana dalamnya kelihatan menerawang jelas. Sambil terus kuciumi Sari, tanganku berkeliaran merayapi punggung, dada dan pantatnya. Ahh.. saya ingin menyetubuhi dari belakang alasannya ialah tampaknya pantatnya sangat bagus. Aku segera melepaskan tali telami dasternya di atas pundak, kubiarkan jatuh di rumput.
Ahh.., betapa manis pemandangan yang kulihat. Tubuh sintal Sari yang hanya dibalut dengan BH dan celana dalam. Wahh.., menciptakan penisku mengeras lagi. Kulumati lagi bibirnya, saya menelusuri lehernya.
"Ehh.., ehh..!" desis Sari menikmati cumbuanku.
"Ehh.., ehh..!" sesekali dengan nada agak tinggi ketika tanganku menggapai daerah-daerah sensitifnya.
Kemudian kepalanya mendongak dan buah dadanya kuciumi dari atas. O my God, betapa masih padat dan semok buah dada anak ini. Aku mau menikmatinya dan membuatnya mendesis-desis malam ini. Tanganku yang bandel segera saja melepas kancing BH-nya, kubuang melewati jendela kamarku, entah jatuh di mana, mungkin di meja atau di mana, saya tidak tahu. Uhh.., saya segera memandangi buah dada yang indah dan semok ini. Wah luar biasa, kuputari kedua bukitnya. Aku tetap berdiri. bergantian kukulumi puting susunya. Ahh.., menggairahkan.
Terkadang ia mendesis, terlebih bila tangan kananku atau kiriku juga bermain di putingnya, sementara mulutku menguluminya juga. Tubuhnya melonjak-lonjak, sehingga pelukan ajun atau kiriku seolah mau lepas. Sari menegang, menggelinjang-gelinjang dalam pelukanku. Lalu saya kembali ke atas, kutelusuri lehernya dan mulutku berdiam di sana. Tanganku kini meraih celana dalamnya, kutarik ke bawah dan kubantu melepas dari kakinya. Jadilah kami berdua telanjang bulat.
Kutangkap kedua tangan Sari dan kuajak menjauh sepanjang tangan, kami berpandangan penuh nafsu di awal bulan ini. Kami sama-sama melihat dan menjelajahi dengan mata badan kami masing-masing dan kami sudah saling lupa jarak usia di antara kami. Penisku melekat lagi di tubuhnya, lezat rasanya. Aku memutar tubuhnya, kusandarkan di dadaku dan tangannya memeluk leherku.
Kemudian kuremasi buah dadanya dengan tangan kiriku, tangan kananku menjangkau vaginanya. Kulihat taman kecil dengan rumput hitam cukup lebat di sana, kemudian kuraba, kucoba sibakkan sedikit selakangannya. Sari tergelincang dan menggeliat-geliat ketika tanganku berhasil menjangkau klitorisnya. Seolah ia berputar pada leherku, mulutnya kubiarkan menganga menikmati sentuhan di klitorisnya hingga terasa semakin basah.
Kubimbing Sari mendekati meja kecil yang kusiapkan di samping gudang. Kusuruh ia membungkuk. Dari belakang, kuremasi kedua buah dadanya. Kulepas dan kuciumi punggungnya hingga turun ke pantatnya. Selangkangannya semakin membuka saja seiring rabaanku.
Setelah itu saya turun ke bawah selakangannya, dan dengan penuh nafsu kujilati vaginanya. Mulutku menjangkau lagi kawasan sensitif di vaginanya hingga hampir-hampir kepalaku terjepit.
"Oohh.., ehh.., saya nggak tahan lagi.., masukkan..!" pintanya.
Malam itu, pembaca sanggup bayangkan, saya hasilnya sanggup memasukkan penisku dari belakang. Kumasukkan penisku hingga terisi penuh liang senggamanya. Saat penetrasi pertama saya melamun sebelum kemudian kugenjot dan menikmati sensasi orgasme. Aku tidak perduli apakah ada yang mendengarkan desahan kami berdua di halaman belakang. Aku hanya terus menyodok dan menggenjot hingga kami berdua terpuaskan dalam gairah kami masing-masing.
Aku berhasil memuntahkan spermaku ke vaginanya, sementara saya mendapatkan sensasi jepitan vagina yang mahir ketika tiba orgasmenya. Aku dibuatnya puas dengan kenyataan imajinasiku malam Minggu itu. Sabtu malam atau ahad dini hari yang benar-benar hebat. Aku bersenggama dengan Sari dalam bebrapa posisi. Terakhir, sebelum posisi konvensioal, saya melaksanakan lagi posisi 69 di tempat tidur.
Ahh Sari, ia berada dalam pelukanku hingga Minggu pagi jam 8 dan masih tertidur di kamarku. Aku berdiri duluan dan agak sedikit kesiangan. Ketika melihat ke luar kamar, ohh tidak ada apa-apa. Kulihat kedua cucu ibu kostku sedang bermain di halaman. Mereka tidak mengetahui di tempat mereka bermain itu telah menjadi bab sejarah seks hidupku dan Sari.
Pembaca, itulah pengalamanmu dengan Sari di kost. Aku sudah dua malam Minggu bersamanya. Betapa mahir di bulan ini. Aku bisa, saya bisa.. dan mau terus berburu lagi. Ahh.., hidup memang menggairahkan dengan seks, dengan wanita. Hanya, saya harus super selektif memilihnya. Semoga pengalamanku ini mempunyai kegunaan buat sobat muda.
Tamat