Guruku Idolaku

Cerita ini terjadi ketika saya masih duduk di kursi SMA. Memang benar kata orang bahwa masa Sekolah Menengan Atas yakni masa yang tak terlupakan. Nama yang ada di sini yakni rekaan saja, namun dongeng yang terjadi memang benar-benar nyata.

*****

Namaku yakni Rangga, umurku kini yakni 23 tahun. Sewaktu Sekolah Menengan Atas saya memiliki guru yang cantik, putih, langsing, ukuran dadanya saya perkirakan sekitar 34B dan sintal, pokoknya idola deh. Kebetulan guru itu mengajar pelajaran kimia, mata pelajaran yang sangat saya benci alasannya berupa hitungan plus hafalan yang menurutku bullshit banget.

Nah Ibuku sangat mengerti jikalau saya tuh lemah banget dalam bidang ini, terus beliau mengikutkanku dalam bimbingan mencar ilmu atau les. Kemudian entah gimana ternyata guru lesnya yakni guru sekolahku yang namanya Bu Lusi. Umur Bu Lusi sekitar 37 tahun tapi berhubung beliau belum menikah makanya semua yang ada di bodynya itu masih kenceng semua, termasuk vaginanya tentunya. Aku sebenernya heran juga cewek secantik itu belum nikah. Boro-boro nikah, pemuda saja beliau belum punya.

Siang itu sepulang sekolah, saya eksklusif makan tanpa mengganti baju sekolahku. Keadaan rumah sedang kosong, Ibu sedang dinas Bapak juga sedangkan Adikku bersekolah. Kemudian Mbak Nah (pembantuku) memberi tahu jikalau Bu Lusi sudah datang. Wah sial... Pikirku, soalnya saya lelah sekali rasanya. Tapi ya sudahlah. Lalu saya temui Bu Lusi... Wow ternyata hari ini Bu Lusi mengenakan pakaian yang aduhai hingga menaikkan libido priaku. Pakaian yang dikenakannya sangat indah dan pressed body, dengan setelan blus warna krem dipadu rok warna biru keabu-abuan menciptakan tonjolan di dadanya semakin memperkuat imajinasiku yang ingin meremas dan menghisapnya.

Sepanjang pelajaran saya nggak pernah konsentrasi dengan pelajaran yang diajarkannya, semua perhatianku menuju bodynya yang aduhai dan siap untuk dinikmati itu. Betapa ranumnya bila saya sanggup mencicipinya... Itu yang selalu ada di pikiranku hingga menciptakan my 'little general' menengadah ke atas membuktikan saya horny berat.

"Rangga ada yang kau nggak ngerti? Dari tadi Ibu lihat kau terdiam terus sih ibarat ada yang kau pikirin?!" tanya Bu Lusi, tampaknya beliau mengerti jikalau saya nggak memperhatikan pelajaran yang beliau ajarkan.
"Nggak kok Bu, cuman agak capek aja!" jawabku singkat.
"Ehm maaf Bu jikalau saya lancang pengen nanya-nanya wacana Ibu!" lanjutku.
"Mau nanya apa Ngga?"
"Ibu kok belum nikah sih kenapa?"
"Kamu itu lho nanyanya kok aneh-aneh, tapi bukan itu kan yang bikin kau hingga nggak merhatiin pelajaran Ibu tadi tapi malah merhatiin Ibu?"
"Sampe anu kau nggede kayak gitu!" kata Bu Lusi sambil nyentuh bab atas kontolku yang masih ditutupi celana sekolah bubuk abu.
"Kok Ibu tau jikalau saya merhatiin Ibu dari tadi?"
"Iya soalnya Ibu juga ngeliatin kau dari tadi nggak konsen terus anumu itu menggelembung gitu!"

Kemudian akupun mengambil posisi daerah duduk lebih bersahabat dengan Bu Lusi. Pokoknya bersahabat banget deh. Entah gimana kemudian kamipun saling memegang tangan, tapi alasannya ngerasa nggak yummy saya terus mengajak Bu Lusi ke kamarku. Seperti orang yang sudah usang memendam keinginan, Bu Lusi eksklusif saja main peluk dan cium saya hingga saya jatuh di lantai kamar.

"Bu di kasur aja yah semoga lebih empuk!". Kamipun bangun lagi dan menuju ke kasur.
"Maafin Ibu ya Ngga, abis Ibu dah ngebet banget pengen gituan"

Seperti sanggup durian runtuh, saya mulai membuka bajunya dan meraba bab dadanya, kuremas remas kemudian kujilat bab putingnya terus kugigit-gigit kecil. Bu Lusi tampak menggelinjang kenikmatan.

"Ke bawah lagi dong Ngga!" pintanya. Aku sih berdasarkan aja, habis yummy sih.
"Roknya di buka juga ya Bu!" kataku.
"Udah nggak usah pake nanya, buruan!"

Lalu kubuka rok dan celana dalam Bu Lusi. Wow tampak bukit kecil indah dengan warna merah merekah, tidak kusia-siakan kesempatan itu, akupun eksklusif menghisap kelentitnya. Kudengar nafas Bu Lusi memburu sambil sesekali melenguh kenikmatan.

"Oohh... Uhh... Oohh..."
"Ngga.. Siniin anu kamu, Ibu pengen megang!" katanya.
"Ini Bu!" kataku sambil menghentikan hisapanku, kemudian dipegangnya kontolku.
"Hm.. Lumayan juga anumu ya Nggak, Ibu isep ya?"
"Terserah Ibu aja deh", kemudian kamipun dalam posisi 69 kurang lebih selama 10 menitan.
"Ngga, masukin anu kau ya... Ibu pengen ngerasain anu kau sehebat apa!"
"Iya Bu"

Akupun bangun dan kutelentangkan tubuh Bu Lusi, kupegang kedua kakinya dan kuangkat sedikit supaya saya punya celah untuk memasukkan kontolku yang sudah nggak tahan pengen masuk vagina merah dan lembap itu.

"Tahan ya Bu..." kataku sambil memasukkan kepala penisku ke dalam vaginanya dengan pelan-pelan.
"Ouch... Pelan-pelan ya Ngga"
"Iya ini juga udah pelan... Tahan ya sayang..." kucoba lagi hingga hasilnya seluruh penisku maasuk ke dalam vagina Bu Lusi. Kemudian kugoyang goyangkan badanku naik turun.
"Ouch... Ach... Ohh... Oohh"
"Enak Ngga, teerusyiinn yang lebih kencengg...!!"
"Ohh... Aahh... Uuuhh... Ahhuhh..."
"Adduuhh... Eennaakk... Tteeruuss Nggaa... Kkamuu piinntterr baangett pelajarann inii..."

Bu Lusi meracau nggak karuan, untung saja kamarku kedap suara.

"Ngga, Ibu mau keluar niihh... Lebih kenceng laagii doonng" kupercepat goyangan badanku, kemudian...
"Aahh... Nnikmaatt" desis Bu Lusi.
"Kamu maasih belum ya Ngga..."
"Beeluum Buu..." kataku sambil terus menggoyang tubuh seksi Bu Lusi dengan sesekali Bu Lusi juga membantuku dengan goyangannya.
"Bu... Akuu mau kelluuaar niihh... Dii keeluarinn di mannaa?"
"Di verbal Ibu ajaa..." sahut Bu Lusi. Lalu kukeluarkan kontolku dan eksklusif disambar Bu Lusi untuk di masukkan ke dalam mulutnya.
"Aahh.. Bu... Kelluaarr..."

Crott... Croot.. Akupun terkulai lemas tidur di samping Bu Lusi yang masih berusaha menjilati spermaku yang tersisa di kontolku. Mungkin alasannya kelamaan dijilati hasilnya kontolku bangun lagi.

"Rangga... Berdiri lagi ya... Masih mau?"
"Boleh deh Bu... Tapi Ibu di atas yaa!" pintaku.
"Iya deh...!"

Kemudian kamipun mengulangi pelajaran wacana seks dengan posisi Bu Lusi kini di atasku.

"Ibu yang goyang yaa Bu... Rangga capeekk banget niihh... Tapi Rangga masih mau lagi..."
"Iyalah kan kini giliran Ibu yang kerja..." kata Bu Lusi sembari mengambil posisi di atas tubuhku. Kemudian dipegangnya kontolku dan diusap-usapkannya di verbal vaginanya kepala penisku...
"Siap tempur lagi ya Rangga sayang..."
"Iyaa Bu Lusi cintaku..."

Bless... Penisku sudah masuk lagi ke dalam vagina Bu Lusi yang masih lembap dengan air kenikmatannya.

"Bu goyangannya yang yummy dong" pintaku alasannya goyangannya kali ini pelan sekali, mana ada nikmatnya goyangan ibarat itu.

Kemudian kuhentikan gerakan Bu Lusi terus kudekap badannya sehingga payudaranya yang putih semok itu mengenai badanku dan kuminta beliau berposisi jongkok sehingga saya sanggup dengan leluasa menggoyangkan badanku dari bawah...

"Nah gini loh Bu gres enak..."
"Iya Nggaa... Eenakk bbangeett..."

Sambil terus kugoyangkan badanku dari bawah kukulum verbal manisnya... Lidah kamipun saling bertemu dalam verbal kami yang menyatu sepeerti halnya penisku yang menyatu dengan vaginanya...

"Ahh... Oohh... Uuuhhh..."
"Kamu memmang jantaann Raanggaa sayaangg...!!"
"Bbuu... Gantii possiissii yyaa... Aakkuu nggaa yummy posisi ginnii..." kataku soalnya dengan posisi yang ibarat itu rasanya saya nggak bebas banget.

Aku pun menjatuhkan Bu Lusi ke samping daerah tidurku dengan posisi beliau tidur menyamping saya juga tidur menyamping kemudian kamipun melanjutkan pelajaran seks yang nikmat ini...

"Sekarraangg gimaannaa Nggaa, udahh bebbaass...?"
"Ntar kaloo masiihh kuraangg kan maassiihh biisaa miintaa laagii kan Buu yyaa..." kataku dengan napas yang tersengal-sengal menikmati permainan yang gres kali ini saya hadapi.
"Kapanpuunn kaammuu mauu Nggaa... Ibbuu ssiaapp..." desis Bu Lusi di tengah tengah napasnya yang sudah nggak beraturan lagi.

Entah hingga berapa kali kami berganti posisi waktu itu saya sudah agak lupa. Yang terang permainan kami berjalan kira-kira satu setengah jam.

*****

Setelah kejadian pertama kali itu, kami masih sering mengulanginya hingga beberapa kali hingga hasilnya saya lulus Sekolah Menengan Atas dan kuliah di salah saatu Perguruan Tinggi Swasta di wilayah Surabaya. Terima kasih kuucapkan pada guru SMA-ku itu dikarenakan telah menunjukkan pelajaran paling nikmat dan tak terlupakan seumur hidupku ini.

Barangkali dari para pembaca ada yang mau menanggapi atau mau mengenalku lebih bersahabat silakan kirim saja email untukku.

Tamat



Subscribe to receive free email updates: