Percobaan Pertamaku

Salam kenal, saya disini mencoba untuk menjadi penulis baru. Oleh alasannya itu saya harapkan pinjaman anda sekalian.

*****

Ketika itu, saya masih sangat muda, kira-kira 11 tahun-an, panggil saja saya Banon. Ketika itu saya masih kelas 5 SD namun saya memiliki gairah sex yang tinggi, entah kenapa, entah dari mana datangnya. Pada hari liburan biasanya saya menginap di rumah tanteku, panggil saja namanya Ibu Deden. Dia memiliki seorang anak perempuan yang cukup cantik, langsing, dan putih! Panggil saja Rita.

*****

Ketika itu, di rumah tanteku sedang tidak ada seorangpun, alasannya saya sudah ditugaskan untuk menjaga rumahnya. Aku mulai menjaga sekitar pukul 9 pagi. Ketika itu saya masih belum mengenal sex. Namun saya telah dikhitan (disunat), sehingga saya biasa memainkan penisku itu alasannya bentuknya, juga saya sering menggesek-gesekkan pada sesuatu, contohnya tembok (karena saya belum tahu bahwa hal itu sanggup merusak dan saya belum tahu masturbasi).

Pada pukul 12 siang. Terdengar bunyi bel dari luar, ternyata anak Tanteku sudah pulang, si Rita.

"Bukain dong pintunya!!" beliau berteriak serentak akupun berlari menuju arah pintu itu dan membukakan kunci pintu tersebut.
"Awas awas! mau kencing!".

Ketika itu Rita masih berusia 10 tahun, masih muda bukan? Rita buru buru masuk alasannya mungkin kebelet ingin ke toilet. Namun ketika hingga di depan toilet, yah.. air kencingnya sudah tidak tertahan lagi sudah membasahi rok dan celana dalamnya.

"Aduh, makanya ati ati dong! Sabar kek!" kataku. Dia hanya diam.
"Gimana dong, Non?" tanyanya.
Aku bilang, "Tenang aja".

Kudekati beliau dan melepaskan roknya dan kusuruh beliau melepaskan celana dalamnya alasannya lembap terkena air kencing.

"Bersihin dulu 'memem' nya" katanya.

Diapun membersihkannya dengan air dan mengusap dari arah dubur ke arah vagina, kemudian kuhentikan dia.

"Salah! Rita, itu salah!", kataku.
"Memangnya kenapa?" tanyanya.
"Itu sanggup membawa basil dari dubur ke 'memem' jadi nanti memem nya kotor" kataku, maklum waktu itu saya pernah membaca buku milik ibunya yang berisi cara membersihkan diri.
"Jadi gimana?" tanyanya.
"Begini nih. Mau sama Banon atau ama kau aja?" tanyaku.
"Contohin dulu" jawabnya.

Lalu saya jongkok di belakangnya dan mengambil segayung air oleh tangan kananku dan tangan kiri ku menyentuh kewanitaannya.

"Gini nih" seruku sembari membasuhkan air dan menarik tangan kiriku dari vaginanya menuju duburnya, kulakukan itu 4-5 kali. Lalu ia bangkit dan mengeringkannya dengan handuk dan pergi berganti baju.

Mungkin ketika saya cebok kemaluannya, mungkin ia merasa sesuatu, soalnya ketika saya memegang vaginanya ia bengong dan tidak bergerak sedikitpun. Lalu Rita keluar dari kamar dengan keadaan sudah berganti baju mengenakan rok pendek dan baju sederhana. Lalu ia pun menghampiriku.

"Non, bila yang barusan nggak apa apa kan? Nggak ada penyakitnya kan?" tanyanya polos.
"Nggak tahu lah"
"Mau diperiksa?" tanyaku.
"Nggak ah" jawabnya.

Ketika itu suasana begitu boring, "Banon, males mainnya ini ini terus, main yang lain yuk!" tanyanya.
"Main apaan?" jawabku.
"Maen dokter dokteran yuk!" katanya.

Akhirnya akupun menyetujuinya. Ketika itu ada homogen lampu belajar, namun memiliki imbas apalah namanya, kayak bio energy Lantern (bukan iklan, hanya memperjelas). Saya berpura pura menjadi dokternya dan beliau menjadi pasiennya. Ketika itu saya menggunakan alat itu yang homogen Bio Energy Lantern. Kusuruh beliau berbaring, kemudian saya sinari beliau dari atas hingga bawah.

"Tidak ada dilema kataku", kemudian kusuruh beliau berbalik (tengkurap), kemudian saya mulai menyinarinya lagi (kayak ngescan gitu lah), kemudian saya hentikan dibagian pantatnya.
"Wah!ada masalah!" seruku.
"Apaan, Dok?" tanyanya.
"Kayaknya penyakit barusan ini" jawabku.
"Coba deh Dokter periksa dulu, sembuhin Dok!"jawabnya.

Lalu saya menyuruh beliau berbaring lagi dan saya memakaikan selimut hingga lehernya.

"Kita harus operasi" kataku dan beliau hanya mengangguk tanda setuju.

Lalu saya mulai mempermainkan peranku. Kubuka lebar selangkangannya dan kuangkat sedikit lututnya. Lalu saya mulai memainkan jariku di verbal vaginanya, saya menyentuh bab menyerupai biji kecil di bab atas vaginanya (mungkin ini clitorisnya). Lalu saya mempermainkan biji itu untuk sesaat, saya tekan, usap, pencet, di puter, tampaknya ia kegelian alasannya hal itu, sehingga selimut yang menutupinya terbuka dan jatuh disisi daerah tidur, sehingga ia sanggup melihat saya yang sedang bekerja ini, namun ia tidak melarangnya, bahkan tampaknya ia ingin lagi, alasannya ia menggerak-gerakkan pinggulnya, sehingga jariku yang asalnya berada di clitorisnya terpeleset dan jatuh ke dalam lubangnya. Namun hal itu berhasil kucegah, sehingga jariku tidak masuk ke dalam lubang vaginanya.

"Kenapa Dok?" tanyanya.
"Ah, enggak, ini sakitnya dari dalam kayaknya" kataku.
"Ya sudah Dok, lanjutin" katanya.

Tanpa ragu ragu saya memulai kembali tugasku, saya memainkan bibir vaginanya yang masih muda, masih segar, masih perawan, dan sudah terbawa nafsu, alasannya kulihat bibirnya merekah dan terlihat menyerupai basah-basah. Lalu saya masukin jari telunjukku itu ke dalam lubangnya secara perlahan-lahan, soalnya waktu itu saya masih takut bila terjadi apa-apa padanya, sanggup bisa saya dipecat dari rumah saya. Saat kumasukan jariku, kulihat ia menikmati penetrasi jariku, namun mungkin alasannya kurang basah, saya tanpa sengaja menyentuh selaput daranya, dengan seketika ia menutup selangkangannya.

"Aduh! sakit! jangan kedaleman!" katanya, saya bertanya dan meminta maaf.

Lalu saya terus melaksanakan gerakan masuk dan keluar jariku dari vaginanya, dan ia menggelinjang kecil menyerupai keenakan. Setelah itu beliau tergeletak lemas dengan keadaan masih mencicipi kenikmatan yang kuberikan ini. Mungkin beliau orgasme. Ketika hendak kucabut jariku itu, dengan cepat tangannya menarik kembali tanganku menuju vaginanya, tampaknya ia ketagihan dan masih bertenaga. Lalu kumulai kembali tugasku, dengan awalan yang baik, dan lebih dalam dari pada sebelumnya, tetapi tidak hingga mengenai selaput daranya, alasannya saya ingin ia tetap perawan.

Setelah kurang lebih 5 menit kulakukan gerakan itu, tampaknya ia telah orgasme lagi. Saat kucabut jariku, terlihat lembap dan ada semacam busuk yang masih kurang terang baunya (mungkin ketika itu beliau masih kecil).

Terdengar bunyi klakson mobil, dengan segera saya melap jariku dan membangunkannya dengan cara menusuk vaginanya hingga mengenai selaput daranya, namun tidak hingga robek.

"Aduh!Sakit tahu! Kamu ini jail amat!" hentaknnya.
"Itu ortu kau sudah pulang! Jangan tidur terus! Ntar disangka sudah ngapa-ngapain lagih nih!" perintahku.

Ia pun berdasarkan dan jalan terhuyung-huyung, mungkin alasannya lemas alasannya orgasme. Kami berduapun menyambut kedatangan ortunya Rita. Sesudah itu, Rita tidak pernah bercerita kepada siapapun, bahkan kepada kedua orang tuanya.

Sesudah insiden itupun, kami masih sering melaksanakan hal serupa, alasannya saya tidak berani memasukan penisku ke vaginanya. Jika permainan itu ingin di mulai, biasanya beliau yang meminta, atau pun kadang saya yang memintanya, dan beliau biasanya hanya menikmati apa yang dirasakannya. Bahkan waktu itu saya puas memainkan vagina cewek, soalnya beliau hanya terbaring bengong dan membiarkan saya bekerja sepuasnya.

Malah pernah kumasukkan benda yang kecil, dan kuambil kembali keluar. Juga pernah di rumah yang masih akan dijual, alasannya tidak ada siapapun disana, beliau mengajakku kesana dan akupun mengikutinya dan memulai program kami berdua. Seperti biasa saya hanya memainkan jari-jariku di vaginanya, dan mencegah nafsuku membobol vaginanya, alasannya beliau masih perawan. Ketika itu saya masih belum mengetahui perihal menjilat kemaluan cewek, makanya tidak kulakukan hal itu. Dia cukup puas dengan pelayananku selama ini, walaupun saya masih mencari pengalaman.

Pernah saya melakukannya di sofa miliknya. Dia berbaring disudut sofa dan saya sudah mengetahui perihal menjilati vagina, dan sesudah kupikir-pikir, sebaiknya melaksanakan hal itu di kamar mandi semoga tidak becek ke mana-mana dan gampang membersihkan diri.
Kuajak beliau ke kamar mandi, kemudian kusuruh beliau untuk duduk di kloset. Lalu saya buka celana dan bajunya sehingga beliau berada dalam keadaan telanjang bulat. Ketika melihat hal itu untuk pertama kalinya, penisku berereksi dan menonjol di celana pendekku.

Dia hanya bertanya, "Abis ini ngapain Banon?" tanyanya
"Tenang aja, biar saya kerja!" kataku.

Lalu saya berlutut di depannya dan mukaku berada persis di vaginanya. Lalu saya mulai menjilati vaginanya tanpa merasa jijik sedikitpun. Dia pun tampaknya menikmati hal tersebut, kemudian saya mulai menjilati terus hingga bibir vaginanya merekah dan saya sanggup melihat klitorisnya membesar, walaupun tidak begitu besar, akupun menjilati dan memainkan klitorisnya itu dengan mulutku.

Mengigit gigit kecil klitorisnya, mengulumnya dan menyodok lubangnya dengan lidahku. Kadang beliau menggelinjang kenikmatan dan hingga karenanya beliau lemas beberapa kali, mungkin sekitar 4 kali, mungkin alasannya efek psikis.

*****

Semua hal di atas sanggup ada kemiripan nama, tokoh, dan lain-lainnya, saya mohon maaf sebesar-besarnya, alasannya saya tidak bermaksud menyinggung perasaan pembaca dan yang lainnya. Bila pembaca mengganggap ini dongeng serius silakan, dan apabila pembaca menanggap bahwa dongeng ini hanyalah fiksi saya semata, silahkan, saya mendapatkan saran dan kritikan di email saya.

Tamat

Subscribe to receive free email updates: